Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung melakukan rapid test antigen ke pengemudi kendaraan dengan pelat nomor dari luar Bandung di gerbang keluar Tol Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (26/4/2021). Masyarakat tidak perlu panik terkait masuknya beb | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Transmisi Lokal Varian Baru VIrus Diprediksi Tidak Banyak

Masyarakat tidak perlu panik terkait masuknya beberapa virus varian baru ke Indonesia.

JAKARTA – Transmisi lokal atau penularan dalam satu populasi tertentu dari varian baru virus korona hasil mutasi diprediksi tidak banyak terjadi. Kendati demikian, varian baru yang telah ditemukan di beberapa provinsi di Indonesia perlu jadi kewaspadaan bersama agar penularan tidak sampai terjadi.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, indikator terbaik ketika varian baru virus mengalami transmisi lokal adalah jika muncul klaster. Jika terjadi klaster besar dan muncul dalam waktu singkat, perlu dicurigai disebabkan oleh virus mutan varian baru.

“Jumlahnya masih sedikit, sehingga belum cukup menggambarkan ada atau tidaknya transmisi lokal,” ujar Amin saat dihubungi Republika, Rabu (5/5).

Di sisi lain, menurut Amin, perlu di lakukan whole genome sequencing (WGS) untuk membuktikannya. Dari WGS ini dapat dilihat adanya mutasi dan dianalisis kekerabatan virus dengan virus-virus sebelumnya dan keterkaitan antarkasus, termasuk perkiraan pergerakan manusianya. “Mudah-mudahan (transmisi mutasi virus) tidak terjadi,” ujar dia.

Amin mengingatkan, supaya tidak terjadi transmisi lokal, cara pencegahannya sama persis dengan menangkal varian lama, yakni patuh protokol kesehatan (prokes), vaksinasi, dan surveilans genom harus dilakukan. Prokes menjadi cara di baris pertama yang paling ampuh dan harus dilakukan untuk mencegah masuknya virus.

photo
Seoramg pemudik menunjukan hasil tes Rapid Antigen di Ajibarang, Banyumas, Sabtu (24/4/2021). Pemkab Banyumas melakukan test Rapid Antigen kepada pemudik yang tidak mempunyai surat keterangan negatif Covid-19 dan mempersiapkan lokasi karantina massal di kompleks GOR Purwokerto, Banyumas. - (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Satu warga Bali sebelumnya telah terkonfirmasi meninggal akibat paparan varian baru dari Afrika Selatan (Afsel) bersandi B1351. Pasien tersebut diketahui meninggal pada pertengahan Februari lalu. Pasien yang meninggal diketahui belum mengikuti program vaksinasi Covid-19.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, WNI yang terinfeksi varian virus asal Afsel diketahui saat spesimennya diambil pada 25 Januari 2021. Kementerian Kesehatan melaporkan, total terdapat 17 kasus varian baru virus korona B117 (asal Inggris), B1617 (asal India) dan B1531 (asal Afrika Selatan) yang saat ini terdeteksi berada di Indonesia.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masuknya beberapa virus varian baru ke Indonesia diharapkan tidak membuat masyarakat panik. Pemerintah telah mengantisipasi masuknya TKI dari luar negeri. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kontrol terhadap TKI yang pulang ke Tanah Air.

“Sekaligus mencegah adanya oknum yang melakukan pelanggaran terkait dengan prosedur kedatangan ke Tanah Air,” ujar Wiku.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menilai, mutasi virus menjadi hal yang umum terjadi pada jenis RNA seperti Covid-19. Mutasi virus terjadi karena adanya replikasi orang yang terinfeksi.

Menurut dia, virus ini bisa menginfeksi karena upaya 3T tidak memadai serta upaya protokol kesehatan 5M juga abai. Akibatnya, potensi mutasi virus menyebar ke mana-mana sangat besar, seperti kasus B117. Meski sebagian besar mutasi virus tidak membahayakan, bukan berarti adanya varian baru virus ini dibiarkan.

Dicky mengingatkan, varian baru virus ini tetap berpotensi menyebabkan terjadinya transmisi lokal karena situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum terkendali. “Kita tidak bisa mengendalikan orang-orang yang terinfeksi,” ujar dia.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merekomendasikan enam upaya masyarakat untuk berkontribusi mengantisipasi gelombang kedua penularan Covid-19. Yang paling utama adalah patuh dan disiplin menjalankan prokes, serta yang tidak mudik Lebaran untuk saat ini.

“Kami mengajak segenap warga negara Indonesia untuk mengedepankan kepentingan kemanusiaan dan ikut berkontribusi menekan angka penularan,” kata Ketua PDPI Agus Dwi Susanto.

Masyarakat perlu melaksanakan prokes 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan secara teratur, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi. Menurut Agus, kasus baru Covid-19 di Indonesia bisa kembali naik dan bisa terus melonjak apabila masyarakat lengah dan tidak konsisten menjalankan prokes.

“Virus bermutasi untuk bisa bertahan aktif. Oleh sebab itu, kita sebagai makhluk yang lebih sempurna harus juga berubah agar bisa bertahan hidup,” ujar dia. Selain itu, menurut Agus, masyarakat harus menaati larangan mudik dan mengganti dengan melakukan silaturahmi Idul Fitri secara virtual atau daring.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat