Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri panen raya padi di desa Wanasari, Bangodua, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/4/2021). | Dedhez Anggara/ANTARA FOTO

Tajuk

Pesan Ketahanan Pangan

Apa yang disampaikan Presiden merupakan ikhtiar mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Bertempat di sebuah area persawahan yang asri, Presiden Joko Widodo bertatap muka dengan sejumlah petani, Rabu (21/4). Mereka adalah petani yang menggarap lahan di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Angin berembus semilir ketika pagi itu Presiden berdialog dengan para petani.

Protokol kesehatan diterapkan saat Presiden berbincang di saung dekat sawah tersebut. Presiden duduk di jodok (kursi kayu) panjang dengan latar belakang padi yang telah menguning. Pertanda padi yang siap panen.

Pada kesempatan ini, Presiden juga melakukan panen raya. Tampak Jokowi didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, dan Bupati Indramayu Nina Agustina.

Pada Maret hingga Mei memang menjadi masa bagi petani untuk panen. Di saat panen raya inilah petani semestinya juga panen pendapatannya. Namun, apa daya, permasalahan saat panen raya justru bermunculan.

 
Petani tidak boleh sebagai pihak yang dirugikan saat semestinya mereka meraih hasil jerih payah mereka.
 
 

Mulai dari bencana alam di sejumlah wilayah yang menerpa tak kunjung henti, permainan mafia yang membuat harga padi saat panen raya anjlok, hingga wacana impor beras yang memunculkan pro konta tak produktif bagi petani. Ujung-ujungnya, petani tak kebagian untung.

Kehadiran Presiden berdialog dengan petani dan melakukan panen raya, membawa pesan bahwa petani harus sejahtera. Petani tidak boleh sebagai pihak yang dirugikan saat semestinya mereka meraih hasil jerih payah mereka.

Tak heran bila Jokowi kembali menegaskan tentang wacana impor beras saat panen raya. "Kita ingin swasembada. Pemerintah tidak senang dan tidak suka namanya impor beras," kata Jokowi.

Wacana impor beras itu merupakan bagian dari perencanaan terkait ketahanan pangan. Bencana alam yang terjadi bisa mengancam pasokan bahan pangan. Area persawahan yang rusak dihantam banjir merupakan hal yang bersifat tak terduga.

Namun, dampak akibat area persawahan yang hancur diterjang banjir sudah pasti berupa gagal panen. Demikian pula dengan ancaman pandemi Covid-19 yang belum memperlihatkan tanda-tanda berakhir.

 
Apa yang disampaikan Presiden merupakan bentuk ikhtiar mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
 
 

Semua hal tersebut, mesti dirancang dengan kalkulasi matang dan terencana. Cadangan pangan harus disiapkan, memitigasi kejadian darurat.

Karenanya, Jokowi menegaskan lagi, hingga Juni 2021 tidak akan ada impor beras karena rentang tersebut adalah masa panen raya. "Insya Allah sampai akhir tahun (tidak ada impor beras). Kita tahan agar produksinya bagus," katanya.

Apa yang disampaikan Presiden merupakan bentuk ikhtiar mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Pada masa musim bencana dan pandemi Covid-19 yang tak menentu, ketahanan pangan merupakan pertahanan negara. Kestabilan sosial ekonomi dan politik, berkorelasi dengan bagaimana ketahanan pangan terbangun dengan baik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memerinci tiga komponen utama ketahanan pangan: ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan berkaitan dengan kemampuan memiliki stok pangan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan dasar.

 
Tentu untuk mewujudkannya membutuhkan tak sekadar niat dan perencanaan tetapi eksekusi yang matang. 
 
 

Akses pangan berkorelasi dengan kemampuan memiliki sumber daya ekonomi maupun fisik guna mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Adapun pemanfaatan pangan adalah kemampuan memanfaatkan bahan pangan yang dimiliki secara benar, tepat, dan proporsional.

Organisasi Pangan Dunia (FAO) menambahkan poin keempat, yakni kestabilan dari ketiga komponen itu dalam kurun waktu yang panjang. Ada keberlanjutan atas kemampuan stok, akses, dan pemanfaatan pangan yang dimiliki.

Tentu untuk mewujudkannya membutuhkan tak sekadar niat dan perencanaan tetapi eksekusi yang matang. Kalkulasi yang matang tanpa program-program aksi yang detail dan terencana, tentu tak akan menghasilkan sesuatu yang sempurna.

Pesan Presiden saat hadir di Desa Wanasari sangat jelas. Ketahanan pangan adalah kunci untuk menciptakan kesejahteraan untuk semua. Mari bersama kita wujudkan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat