Warga memilih busana yang dijual di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (10/4/2021). Pasar Tanah Abang mulai dipadati warga untuk berbelanja berbagai kebutuhan Ramadhan. | ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Kabar Utama

BI: Pemulihan Ekonomi Berlanjut 

Momentum Ramadhan dan Lebaran mendongkrak belanja masyarakat untuk pemulihan ekonomi.

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,1-5,1 persen dari proyeksi sebelumnya yang berkisar 4,3-5,3 persen. Meski proyeksi turun, BI menyebut pemulihan ekonomi terus berlanjut sehingga pertumbuhan akan terus meningkat. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan tersebut seiring dengan pemantauan terhadap indikator-indikator perekonomian. "Kami sampaikan, memang proyeksi turun tapi trennya akan terus naik. Perekonomian masih akan menunjukkan pemulihan yang berkelanjutan," kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (20/4).

Perry mengatakan, berlanjutnya pemulihan ekonomi ditunjang oleh berbagai kebijakan, seperti akselerasi di sisi fiskal dan perbaikan ekspor yang mendukung pertumbuhan produk domestik bruto lebih lanjut. Berbagai indikator pertumbuhan terus menunjukkan tren peningkatan.

Namun demikian, kata Perry, realisasi indikator konsumsi tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 pun diturunkan. "Konsumsi dan ritel mengalami peningkatan, tapi tingkat peningkatannya kami lihat dengan data-data terbaru itu lebih rendah dari yang perkiraan sebelumnya," katanya.

Konsumsi yang sangat berpengaruh pada ekonomi Indonesia belum mencapai target yang diharapkan. Ini tidak terlepas dari mobilitas masyarakat yang masih terbatas meski pemerintah terus menggencarkan upaya vaksinasi.

Sepanjang 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret tahun lalu membuat ekonomi dalam negeri terkontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020. 

Berbagai program pemulihan ekonomi pun dikeluarkan pemerintah. Meski dalam dua kuartal selanjutnya ekonomi Indonesia masih minus, tapi tidak sedalam kuartal II yang menunjukkan adanya perbaikan. Pada kuartal III 2020, ekonomi tumbuh negatif 3,49 persen. Adapun pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi minus 2,19 persen. 

Perry mengatakan, BI akan terus memantau perkembangan dari berbagai indikator pertumbuhan di kuartal-kuartal mendatang. Sementara itu, perekonomian global diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya dengan proses pemulihan global yang semakin tidak merata antarnegara.

photo
Data Ekspor-Impor Maret 2021 - (bps.go.id)

Perkembangan tersebut terutama didorong oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan Cina yang berlangsung lebih cepat dibandingkan negara lain. Di AS, perbaikan ekonomi diperkirakan semakin kuat, sejalan dengan proses vaksinasi yang berjalan lancar dan tambahan stimulus fiskal yang lebih besar.

Di Cina, pemulihan ekonomi yang lebih tinggi ditopang oleh perbaikan permintaan domestik dan global. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 menjadi 5,7 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 5,1 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, perekonomian Indonesia berangsur pulih seiring meningkatkan aktivitas bisnis para pelaku usaha di dalam negeri. Hal ini tecermin dari kinerja ekspor Maret 2021. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Indonesia tumbuh 30,47 persen secara tahunan. Sri menilai, pertumbuhan ini tergolong tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. “Kenaikan ekspor ini menunjukkan pulihnya dan bangkitnya kembali perekonomian Indonesia dan pelaku ekonomi Indonesia serta pulihnya kembali perekonomian dunia,” ujarnya saat acara "Memacu Ekspor UKM", secara virtual, Selasa (20/4).

Tak hanya kinerja ekspor, Sri Mulyani menyebut pertumbuhan positif dari impor sebesar 25,73 persen pada Maret 2021. Hal ini menunjukkan aktivitas permintaan barang dalam negeri mengalami peningkatan.

"Ini merupakan pertumbuhan yang sangat tinggi dibanding dua tahun terakhir dan terutama dibandingkan tahun pertama kita menghadapi pandemi Covid-19,” ucapnya.

Pertumbuhan kinerja ekspor juga ditopang oleh kinerja ekspor dari sektor nonmigas tumbuh 30,07 persen secara tahunan senilai 17,45 miliar dolar AS. “Ini menggambarkan adanya pertumbuhan daya kompetisi produk-produk nonmigas. Ini juga menunjukkan kondisi perekonomian kita mampu untuk terus meningkatkan produk-produk nonmigas yang menembus pasar dunia," ucapnya.

Center of Reform on Economics (CORE) menilai, peningkatan kinerja ekspor di tengah pandemi tidak semata-mata dapat mendorong pemulihan ekonomi pada tahun ini. Sebab, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi masih relatif kecil.

“Meskipun ekspor meningkat bukan berarti perekonomian akan langsung pulih karena pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih ditentukan oleh konsumsi dan investasi,” ujar Direktur Riset CORE Piter Abdullah ketika dihubungi Republika, Selasa (20/4).

Menurutnya, selama masih ada pandemi yang membatasi konsumsi dan investasi, maka pertumbuhan ekonomi masih akan tertahan. Dengan demikian, sulit bagi ekonomi Indonesia untuk kembali ke level normal. 

“Namun kita patut mensyukuri kenaikan ekspor di tengah pandemi. Kenaikan ekspor ini didorong oleh pertama kenaikan harga komoditas dan meningkatnya permintaan mengikuti membaiknya perekonomian beberapa negara khususnya Cina,” ucapnya.

Genjot konsumi

Pemerintah memanfaatkan momentum Ramadhan dan Lebaran untuk mendongkrak belanja masyarakat. Konsumsi yang meningkat diyakini menjadi jurus ampuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021.

Sejumlah jurus yang dilakukan pemerintah untuk mendorong konsumsi ini beragam. Di antaranya, memastikan tunjangan hari raya (THR) buruh dibayarkan tepat waktu oleh perusahaan, kepastian THR untuk PNS, mempercepat penyaluran bansos, hingga subsidi ongkos kirim dalam program Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, kepastian mengenai pencairan THR karyawan dan buruh sudah dituangkan dalam SE Menteri Ketenagakerjaan nomor M/6/HK.04/IV/2021. Aturan tersebut mengharuskan perusahaan membayarkan THR secara penuh paling lambat H-7 Lebaran.

Adapun THR untuk PNS, Polri, dan TNI dipastikan akan cair H-10 Lebaran. "Kemudian, untuk ASN dan prajurit TNI-Polri, ini juga difinalisasi oleh Ibu Menkeu dan akan dibayarka H-10," kata Airlangga, Senin (19/4). 

Jurus lain untuk meningkatkan konsumsi adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial. Airlangga menyampaikan, bansos dalam bentuk Kartu Sembako periode Mei-Juni akan dicairkan lebih maju di awal Mei nanti. Hal ini diharapkan bisa membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan menjelang Lebaran. "Kemudian bansos berupa beras sedang dalam pematangan, yakni terkait dengan 10 kg sasaran peserta kartu sembako non-PKH," kata Airlangga. 

Terakhir, pemerintah akan menyubsidi ongkos kirim dalam program Harbolnas. Harbolnas ini akan digelar serentak di sejumlah marketplace pada H-10 dan H-5 Hari Raya Idul Fitri. Tak tanggung-tanggung, pemerintah juga menyiapkan Rp 500 miliar untuk subsidi biaya ongkos kirim. Namun, rencananya bebas ongkir hanya berlaku untuk produk nasional saja.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat