Perwakilan direksi PT Adaro Indonesia (Adaro) Priyadi (kanan) berfoto usai menerima penghargaan Anugerah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) 2020 di Jakarta beberapa waktu lalu. | Republika/Thoudy Badai

Ekonomi

Adaro Siapkan Bisnis Energi Hijau

Banyak negara yang menggunakan biomassa secara berdampingan dengan batu bara.

JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk akan meluncurkan inisiatif hijau dengan melakukan diversifikasi bisnis yang ramah lingkungan. Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan, perkembangan energi hijau semakin maju dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu membuat Adaro mulai menjajaki investasi di sektor tersebut.

"Kita harus melakukan reformasi dan diversifikasi ke arah yang lebih hijau. Kami sedang menyiapkan Adaro Green Initiative. Harapannya, ini bisa menjadi pilar kesembilan dari lini bisnis Adaro," ujar Garibaldi secara virtual, Senin (19/4).

Garibaldi menyampaikan, terdapat dua hal yang akan menjadi fokus Adaro dalam pengembangan energi bersih. Pertama, ujarnya, adalah pengembangan biomassa.

 
Di Adaro Power kita sudah masuk ke PLTS lalu ke hidro. Kita juga akan masuk ke tenaga angin. Semua akan kita kerjakan dan akan fokus utamanya ke PLTS dan hidro.
GARIBALDI THOHIR, Presiden Direktur Adaro Energy
 

Garibaldi mengatakan, saat ini sudah banyak negara yang menggunakan biomassa secara berdampingan dengan batu bara sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Berdasarkan pengamatannya, konsumen Adaro di Jepang dan Korea Selatan sudah mulai melakukan kombinasi biomassa dan batu bara dalam PLTU. Menurutnya, hal ini menjadi potensi bisnis dan banyak diminati oleh pasar internasional.

"Potensi di Indonesia besar sekali. Kita leverage dengan konsumen kita juga dan kita akan mulai masuk ke biomassa," ujar Garibaldi.

Kemudian, inisiatif hijau dari Adaro bergerak dari sisi pembangkitan listrik. Perseroan akan fokus melakukan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Saat ini, beberapa inisitiatif pengembangan PLTS sudah dilakukan di lahan bekas tambang.

Selain PLTS, kata Garibaldi, Adaro juga sedang mengkaji pengembangan pembangkit listrik tenaga air dan angin. "Di Adaro Power kita sudah masuk ke PLTS lalu ke hidro. Kita juga akan masuk ke tenaga angin. Semua akan kita kerjakan dan akan fokus utamanya ke PLTS dan hidro," ungkap Garibaldi.

Selain itu, Adaro juga melihat adanya potensi bisnis dari kredit karbon. Hal ini turut menjadi salah satu kajian dalam Adaro Green Initiative. Garibaldi menekankan, inisiatif hijau tersebut akan direalisasikan pada tahun ini. Meski begitu, Garibaldi belum membeberkan detail aksi korporasinya.

"Kita utamakan (pembiayaan) yang organik meskipun tidak tertutup kemungkinan anorganik. Tapi tahun ini kita harus melakukan yang nyata," ujar Garibaldi.

Produksi coking coal

Adaro akan memacu produksi coking coal pada tahun ini. Bahkan, dalam jangka panjang produksi coking coal akan diseimbangkan dengan produksi thermal coal.

Chief Finance Officer Adaro Energy Lie Luckman menjelaskan, pada tahun lalu, Adaro menjual 1,5 juta ton coking coal atau batu bara kokas. Dia mengatakan, perusahaan akan meningkatkan produksi dari tambang batu bara kokas. Sehingga, pada tahun ini perusahaan menargetkan penjualan batu bara kokas bisa mencapai 2,4 juta ton.

"Jadi kita tahun ini bisa menetapkan lebih tinggi. Coking coal dua kali lipat," ujar Lie.

Menurut Lie, saat ini produksi dan penjualan Adaro masih didominasi batu bara thermal. Oleh karena itu, ke depan perseroan akan berupaya memperlebar pasar dengan memaksimalkan produksi batu bara kokas.

"Kita berharap secara perlahan dua sampai tiga tahun ke depan itu (penjualan) bisa mencapai 3 juta ton atau lebih. Ini kita jalankan dengan hati-hati," ujar Lie.

Lie mengatakan, permintaan pasar terhadap produk coking coal juga cukup menjanjikan. Dia mengatakan, beberapa negara produsen baja sudah menyatakan minat atas batu bara kokas milik Adaro.

"Jepang cukup kuat, Cina, dan Indonesia juga. Kita giat membuka pasar coking coal dan kita roadshow ke beberapa negara khususnya Asia terutama negara yang produksi baja," ujar Lie. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat