Jenazah guru sekolah dasar Oktovianus Rayo yang meninggal akibat ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) tiba di kamar jenazah RSUD Mimika, Papua, Sabtu (10/4/2021). | ANTARA FOTO / Sevianto Pakiding

Nasional

Penembakan Guru Timbulkan Ketakutan di Beoga

Kapolda Papua mengakui korban penembakan kelompok kriminal bersenjata di Beoga bertambah.

JAYAPURA—Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri mengaku korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Beoga, Kabupaten Puncak, bertambah. Setelah seorang guru Oktovianus Rayo (42 tahun) ditembak pada Kamis (8/4), kini satu lagi pendidik di Distrik Beoga, bernama Yonatan Randen juga ditembak pada Jumat (9/4).

Randen ditembak saat bersama warga hendak mengungsi ke Koramil Beoga. Kapolda Papua menuturkan, saat ini warga sudah mengungsi ke pos TNI di Beoga. Jenazah kedua korban penembakan sudah berhasil dievakuasi pada Sabtu (10/4).

Bupati Puncak Willem Wandik menyatakan jenazah kedua guru yang bertugas di Beoga sudah tiba di Timika dan akan dilanjutkan ke Makassar untuk dimakamkan di kampung halamannya di Toraja.

Ketika ditanya tentang kondisi masyarakat di Beoga, Wandik mengaku saat ini sudah diamankan di pos militer hingga situasi kembali kondusif. "Kami berharap tidak ada lagi korban baik itu guru maupun tenaga medis sehingga anak-anak dan warga bisa mendapat pelayanan kesehatan dan pendidikan sama dengan daerah lainnya di Papua,” tutur Bupati Wandik.

Pada Ahad (11/4), para pengungsi di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua mulai kesulitan bahan makanan. Mereka tidak lagi bisa berbelanja setelah insiden penembakan yang menewaskan dua guru. Dikutip Antara, Maria nama samaran yang bertugas di Puskesmas Beoga mengaku bersama rekan-rekannya mengungsi ke rumah warga yang berdekatan dengan Koramil. Ia berharap segera dievakuasi keluar dari Beoga.

photo
Keluarga menunggu jenazah guru sekolah dasar Oktovianus Rayo yang meninggal akibat penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Timika, Papua, Jumat (9/4/2021). Jenazah Oktovianus Rayo yang meninggal di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak pada Kamis (8/4) belum bisa dievakuasi karena faktor cuaca dan ancaman penembakan KKB. - (SEVIANTO PAKIDING/ANTARA FOTO)

"Kami tidak mungkin bertugas dalam kondisi seperti ini karena diliputi ketakutan," kata tenaga medis yang mengaku masih honorer di Puskesmas Beoga dan kini bersama lima rekannya beserta dua anak balita mengungsi.

Sementara, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua mengeklaim telah berkoordinasi dengan TNI dan Polri terkait keamanan guru di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, pascapenembakan yang menewaskan dua orang tenaga pendidik. Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua Dance Yulian Flassy mengatakan, pihaknya berharap kepala daerah melakukan konsolidasi dengan unsur Forkompimda setempat untuk mencari solusi atas permasalahan yang tengah terjadi.

"Kami merasa prihatin atas kejadian yang menyebabkan dua guru di Beoga meninggal," katanya. Dia menjelaskan, pihaknya berharap para tenaga pendidik ini dapat bertahan di tempat tugasnya karena pelayanan yang sudah diberikan dan dilakukan pasti mendatangkan hal baik.

Tuduhan

Sebelumnya, dikutip dari suarapapua.com, Brigjen Sabinus Waker lewat Komandan Operasi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap VIII Kemabu Intan Jaya, Gusby Waker mengakui, pihaknya bertanggungjawab terhadap penembakan guru di Beoga.

“Yang kami tembak itu intelijen TNI-Polri. Kami lakukan atas dasar laporan dari PIS (Papua Intelligent Service) terkait kerja-kerjanya yang kami terima,” tegasnya.

Namun, pihak keluarga dari Rayo yang berinisial RS membantah Oktavianus Rayo sebagai mata-mata aparat keamanan. Ia justru menuding tuduhan itu hanya modus untuk menutupi kejahatan KKB kepada masyarakat Papua. “Itu hanya modus KKB. Disini mereka sering mengancam kios-kios pendatang untuk menyerahkan uang Rp 20 juta per kios," ujarnya.

Kepala Humas Satgas Nemangkawi, Komisaris Besar Polisi MIqbal Alqudussy, mengatakan, Rayo dan Renden hanya menjalankan tugas sebagai guru di kabupaten Puncak, Papua. “Tidak ada bukti kedua guru tersebut sebagai mata-mata aparat. Siapapun yang punya hati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut," kata Alqudussy.

Ia katakan, peristiwa serupa pernah juga terjadi pada 22 Mei 2020, ada tenaga medis yang sedang menangani Covid-19 ditembak karena dilabeli intel oleh KKB. Menurutnya, logistik KKB semakin bergantung pada hasil pemerasan ke warga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat