KRL Commuter Line Bogor-Jakarta melintasi perlintasan Kebon Pedes, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2019). Kementerian Perhubungan akan memperpanjang jalur KRL Commuter Line hingga Karawang, Jawa Barat dengan konstruksi prasarana kereta | ANTARA FOTO

Bodetabek

Perlintasan Kebon Pedes Bogor Tunggu Keputusan Pusat

Detail engineering design (DED) perlintasan tidak sebidang Kebon Pedes Bogor sudah diajukan ke pemerintah pusat.

BOGOR— Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor belum bisa melaksanakan pembangunan perlintasan tidak sebidang di lintasan kereta api Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Sebab, proyek pembangunan perlintasan tidak sebidang Kebon Pedes masih diajukan ke pemerintah pusat.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, mengatakan, detail engineering design (DED) dari perlintasan tidak sebidang Kebon Pedes sudah diajukan ke pemerintah pusat. Pengajuan ini bersama dengan 12 proyek pembangunan Pemkot Bogor lainnya.

“Kita mengajukan DED ini pernah kita ajukan ke pusat. Kan ada 12 proyek dari Pemkot Bogor, berdasarkan pembicaraan tindak lanjut permintaan Pemkot Bogor. Sekarang ini masih dalam proses,” kata Dedie kepada Republika, Rabu (7/4).

Selain itu, lanjut Dedie, dalam pembangunan perlintasan tidak sebidang ini, terdapat banyak kendala. Seperti, pandemi Covid-19, refocusing anggaran, hingga pengalihan prioritas. Nantinya, dari 12 program tersebut, pemerintah pusat akan mengeksekusi atau memilih berapa program yang bisa dilaksanakan.

“Jadi, artinya sampai saat ini usulan itu sudah ada di pemerintah pusat. Tinggal bagaimana nanti mengeksekusi atau memilih satu, dua, tiga, atau 10 dari 12 program yang kita usulkan. Salah satunya adalah perlintasan Kebon Pedes, dalam bentuk flyover atau underpass,” ujar Dedie.

Dedie mengaku, Pemkot Bogor belum menentukan langkah-langkah pembebasan lahan. Sebab, belum ada kepastian kapan anggaran tersebut diturunkan oleh pemerintah pusat.

Sementara itu, salah seorang warga yang hampir setiap hari melewati jalan tersebut, Putra (30 tahun) menyambut baik rencana Pemkot Bogor tersebut. Sebab, dirinya kerap mengalami kemacetan ketika melewati perlintasan kereta Kebon Pedes. Terutama mulai pukul 16.00 WIB hingga malam hari.

“Biasanya macetnya sore. Apalagi, pas hujan banyak kendaraan yang tergelincir, saya juga pernah,” ujar Putra.

Tak hanya itu, menurutnya, macet di perlintasan rel kereta tersebut terjadi karena bantalan rel terlalu tinggi. Ditambah lagi, terdapat persimpangan jalan ke arah Pondok Rumput yang juga menambah kemacetan, karena banyak kendaraan warga keluar masuk lokasi tersebut.

“Kalau lewat sana, kendaraan harus lebih pelan-pelan biar ban enggak nyelip. Ada pak ogah juga enggak terlalu berpengaruh. Makanya, saya menyambut baik rencana dibuatnya flyover atau underpass, butuh soalnya,” kata dia lagi.

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, lebar jalan di perlintasan kereta Kebon Pedes berjarak sekitar 5 meter. Sejak siang hari sekitar pukul 15.00 WIB, terdapat dua orang pak ogah yang mengatur lalu lintas kendaraan di sana. Satu orang berjaga di dekat rel, dan seorang lainnya berjaga di persimpangan Pondok Rumput.

Meski demikian, setelah palang pintu kereta terbuka, kendaraan dari dua arah jalan selalu tersendat saat melewati rel. Sebab, lebar jalan di lokasi tersebut sempit. Apalagi, ketika dua mobil dari dua arah saling bertemu.

Pada malam hari, sejumlah pengamen juga terlihat mengamen di pintu kereta tersebut. Sehingga, hal itu menyebabkan situasi di lokasi terlihat semakin semrawut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat