Sejumlah rumah dan kendaraan rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Ahad (4/4/2021). | HUMAS BNPB/ANTARA FOTO

Nasional

Pencarian Korban Banjir Bandang Flores Timur Diteruskan

Pencarian ratusan orang yang dilaporkan hilang terus dilakukan.

 

 

JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, sebanyak 41 orang meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Ahad (4/4). Jumlah korban jiwa diperkiran akan terus bertambah mengingat pencarian orang hilang masih dilakukan di tiga kecamatan tersebut hingga Ahad petang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, data itu terkumpul per Ahad (4/4), pukul 17.30 WIB. Raditya mengatakan, banjir menerjang Flores Timur pada pukul 01.00 WIT dini hari. Banjir bandang dipicu hujan dengan intensitas tinggi di beberapa kecamatan.

"Wilayah terdampak antara lain Desa Nelelamadike di Kecamatan Ile Boleng, Kelurahan Waiwerang dan Desa Waiburak di Kecamatan Adonara Timur, Desa Oyang Barang dan Pandai di Kecamatan Wotan Ulumado serta Desa Waiwadan dan Duwanur di Kecamatan Adonara Barat," kata dia dalam keterangan pers, Ahad (4/4).

Di Desa Nelelamadike, 35 warga meninggal dunia, 5 luka-luka, dan 19 hilang. Sedangkan di Desa Waiburak, 3 warga meninggal dunia, 4 terluka, dan 7 masih hilang. Di Desa Oyang Barang, 3 warga meninggal, dan 1 orang hilang.

"Pihak pemerintah daerah telah melakukan rapat terbatas antara Bupati, TNI, Polri dan instansi terkait. Salah satu upaya mereka adalah membuat posko penanganan darurat," ujar dia.

Raditya menjelaskan, kendala yang ditemukan di lapangan adalah penyeberangan laut ke Pulau Adonara. Hujan, angin, dan gelombang tinggi mengalibatkan pelayaran tidak diizinkan oleh otoritas setempat. "BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Flores Timur dan memantau penanganan darurat. Jika dibutuhkan mobilisasi bantuan, BNPB siap dengan pengarahan sumber daya," tambah dia.

Dukungan logistik yang telah didorong menuju lokasi bencana antara lain makanan siap saji 1.002 paket, lauk pauk 1.002 paket, makanan tambah gizi 1.002 paket. Selanjutnya, selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, rapid test antigen 10.000 test, masker kain 1.000 buah, dan masker medis 1.000 buah.

Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli mengatakan, ada ratusan orang yang belum ditemukan dalam bencana banjir yang diikuti tanah longsor di Desa Nele Lamadike, Kecamatan Ile Boleng. Informasi itu diperoleh dari laporan via telepon oleh kepala Desa Nele Lamadike.

"Kepala Desa Nele Lamadike Pius Pedang menyampaikan kepada saya bahwa ratusan orang belum ditemukan dalam bencana tanah longsor," kata dia.  Pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk pengerahan alat berat untuk mencari para korban.

Kepala Pelaksana Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur Alfonsus H Betan mengatakan, ratusan orang yang dilaporkan hilang di sekitar 40 rumah yang tertimbun longsor

photo
Sejumlah warga menyaksikan rumah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021). Berdasarkan data BPBD Kabupaten Flores Timur sebanyak 23 warga meninggal dunia akibat banjir bandang yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi pada minggu dini hari. - (HUMAS BNPB/ANTARA FOTO)

di Ile Boleng. Petugas BPBD masih melakukan pendataan. "Ada sekitar 40 rumah yang tertimbun longsor, dan ada kurang lebih 100 warga di kecamatan itu dilaporkan keluarganya hilang diduga tertimbun longsor," katanya.

Sementara, di Kabupaten Lembata, empat orang dinyatakan meninggal dunia. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Lembata, Nasrun Neboq mengatakan, enam orang yang ditemukan tewas berasal dari empat desa di Kecamatan Ile Ape. Menurut dia, banjir bandang terjadi akibat aliran lahar dari puncak Gunung Ile Lewotolok, dampak hujan deras dan angin kencang beberapa hari terakhir.

"Peristiwa ini merupakan banjir bandang berupa lahar dingin dari puncak Gunung Ile Lewotolok. Ada enam orang yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Enam korban ini sudah teridentifikasi," kata dia, kemarin.

Nasrun mengatakan, masih banyak korban di empat desa yang belum ditemukan. Mereka diduga terseret aliran air. Hingga Ahad, pencarian terhadap para korban terus dilakukan. Kondisi lapangan masih berat karena hujan lebat disertai angin kencang.

"Kami menghimbau warga untuk waspada selama cuaca buruk melanda daerah ini," kata Nasrun.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BMKG (infobmkg)

Evakuasi

 

Warga di Kecamatan Adonara Timur dan sekitarnya secara bergotong-royong membangun jembatan darurat untuk mendukung proses evakuasi korban. Jembatan darurat yang dibangun warga ini telah mempermudah evakuasi korban meninggal yang ditemukan. "Untuk sementara ini sebanyak tiga orang," kata Camat Adonara Timur, Damianus Wuran.

Ia mengatakan, jembatan darurat dibangun setelah akses jembatan utama yang menghubungkan wilayah Waiwerang dengan Waiburak terputus total. Hingga saat ini, katanya, jumlah korban yang teridentifikasi barus sekitar enam orang, tiga diantaranya belum ditemukan.

Ia mengatakan belum ada dukungan alat berat untuk membantu pencarian karena persediaan yang terbatas. "Jadi kita masih sesuaikan kondisi yang ada di lapangan meskipun memang pencarian korban sangat sulit pada area timbunan lumpur," katanya.

 

photo
Seorang warga menyaksikan banjir bandang yang merusak permukiman di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021). Berdasarkan data BPBD Kabupaten Flores Timur pada Ahad, sebanyak 23 warga meninggal akibat banjir bandang yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi pada minggu dini hari. - (HUMAS BNPB/ANTARA FOTO)

27.808 Jiwa Terdampak Banjir di Bima

Setidaknya dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 27.808 jiwa atau 9.245 kepala keluarga (KK) terdampak akibat banjir bandang di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak Jumat (2/4). Banjir merata di semua kecamatan akibat luapan empat bendungan setelah hujan lebar yang berlangsung lama.

"BPBD Kabupaten Bima melaporkan dua warganya meninggal dunia akibat kejadian tersebut," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati di Jakarta, Ahad (4/4).

Hujan yang turun selama kurang lebih sembilan jam pada Jumat (3/4), di seluruh wilayah Kabupaten Bima menyebabkan bendungan yang ada di empat kecamatan meluap sehingga menggenangi persawahan dan perumahan warga di 29 desa. Banjir terjadi mulai pukul 15.00 WITA dengan ketinggian berkisar antara satu hingga dua meter. Di sejumlah titik, banjir mencapai atap rumah warga.

Tercatat wilayah yang terdampak banjir adalah Kecamatan Madapangga, Bolo, dan Woha, Monta. Selain korban jiwa, kurang lebih 9.245 unit rumah warga terendam, 12 di antaranya rusak. Tercatat kurang lebih 9.245 KK atau 27.808 jiwa terdampak. Jumlah warga yang mengungsi ke rumah kerabat dan lokasi lainnya masih dalam pendataan BPBD Bima.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BMKG (infobmkg)

Empat unit jembatan juga ikut terputus. Selain itu, 294 hektare lahan pertanian dan 25 hektare lahan perikanan warga ikut terdampak. BPBD NTB berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bima dalam memberikan bantuan logistik kepada warga terdampak di 29 desa. BPBD setempat juga telah mengirimkan perahu karet, tenda, dan logistik sebagai bantuan awal.

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah bersama Bupati Bima Indah Damayanti Putri telah meninjau lokasi bencana banjir pada Sabtu (3/4). "Lakukan apa yang bisa kita bantu dan jangan saling menyalahkan," ujar Zulkieflimansyah.

Gubernur mengatakan, saat ini kondisi di Kabupaten Bima telah berangsur pulih karena banjir yang mulai surut.

Sementara, BPBD Provinsi NTB telah berkoordinasi dengan BPBD Bima untuk pemberian bantuan logistik lanjutan kepada warga terdampak banjir seperti selimut, terpal, paket sandang, paket lauk pauk, dan lainnya.

BPBD setempat juga berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengantisipasi perkembangan cuaca di wilayah tersebut. BMKG memprakirakan terdapat potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat-sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi dalam sepekan ke depan.

Warga di sebagian wilayah Mataram, Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, dan Kota Bima diminta waspada.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat