Tokoh Perubahan Republika | Republika

Kabar Utama

Melawan Pandemi dengan Energi Kebaikan

Apresiasi bagi mereka yang selalu menguatkan gelombang positif di tengah pandemi.

 

 

OLEH IRFAN JUNAIDI, Pemimpin Redaksi Republika

Apa yang terbayang saat pertama kali mendengar kabar soal merebaknya wabah Covid-19? Hampir semua dari kita memandangnya dengan penuh ketakutan, kepanikan, kengerian, dan hal-hal lain yang suram.

Semua pihak menyatakan, tidak pernah menduga dan mempersiapkan antisipasinya. Covid-19 banyak dibahas dari sisi dampak negatifnya.

Terasa betul pukulan keras pandemi ini terhadap banyak sendi kehidupan. Ekonomi dunia melamban dan bergerak minus. Pabrik-pabrik tutup. Aktivitas bisnis banyak yang berhenti sehingga lapangan kerja pun menyusut. Angka pengangguran langsung naik dan kemiskinan dunia bertambah.

Korban meninggal akibat pandemi pun mengundang ketakutan tersendiri. Rumah sakit di berbagai negara sangat kewalahan karena pasien yang datang begitu banyak dengan kondisi bergejala berat. Ancaman kematian yang merebak menjadikan dunia ini penuh dengan ketakutan.

Waktu pun berjalan. Adaptasi terhadap situasi pandemi terjadi begitu cepat. Umat manusia kemudian dituntut untuk bisa menemukan jalan baru dalam mengarungi kehidupan yang berubah luar biasa drastis. Awalnya, memang terasa susah dan penuh benturan. Namun, kemudian proses adaptasi pun berjalan makin lancar.

 
Umat manusia kemudian dituntut untuk bisa menemukan jalan baru dalam mengarungi kehidupan yang berubah luar biasa drastis.
 
 

 

Sampailah kini sama-sama kita rasakan bahwa hadirnya pandemi memberikan banyak sekali pelajaran. Krisis ini juga menghasilkan hal-hal baru bagi kehidupan manusia yang semula terasa sulit untuk diwujudkan. Efisiensi dalam dinamika kehidupan pun terjadi di mana-mana. Rupanya, memang selama ini begitu banyak resource yang sebenarnya bisa dihemat.

Dunia kesehatan jelas mengalami banyak kemajuan dalam melayani publik. Pendidikan juga berubah menjadi punya jangkauan lebih luas. Ekosistem bisnis juga menemukan cara-cara baru yang lebih efisien dan efektif. Bersyukur sekali, budaya tolong-menolong di negeri ini masih terjaga sehingga pandemi juga menghadirkan semangat baru untuk saling peduli.

Sisi positif dari pandemi ini sekarang sudah lebih mudah untuk diamati. Sejak awal muncul pandemi, Republika memilih untuk terus menjadikan energi positif sebagai nilai dasar dalam menyajikan informasi kepada masyarakat luas.

Dalam setiap konten yang disiarkan terkandung niat untuk membuat masyarakat tidak larut dalam suasana suram dan ketakutan. Sebaliknya, publik diajak lebih semangat dan yakin bahwa pandemi akan terkalahkan.

Pilihan pandangan tersebut pun tecermin dalam hajat penganugerahan Tokoh Perubahan Republika kali ini. Apresiasi tersebut ditujukan kepada mereka yang selalu menguatkan gelombang positif di tengah pandemi. Meski dalam situasi krisis, para tokoh ini terus bekerja giat tanpa pamrih di lini masing-masing untuk menguatkan bangsa ini.

 
Apresiasi tersebut ditujukan kepada mereka yang selalu menguatkan gelombang positif di tengah pandemi.
 
 

 

Keterbatasan tak membuat mereka kemudian menyerah menghadapi ujian pandemi. Lihat saja apa yang dijalankan Nurmaya, seorang penjual tanaman hias di Kemanggisan, Jakarta Barat. Setiap hari, ia membagikan makanan gratis meksi sebenarnya dalam kesulitan.

Hasil jualan tanaman hias dia sisihkan sebagian untuk membeli makanan. Pendapatannya yang tak menentu tak membuatnya surut dalam menjalankan kebaikan ini. Makanan dia bagikan kepada mereka yang memerlukan tanpa memandang suku, agama, maupun ras. Masyarakat di sekitarnya pun lalu tergerak untuk menitipkan donasi kepada Nurmaya.

photo
Nurmaya berpose untuk Republika saat diwawancarai di gerai tanaman hias miliknya di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa (23/3). Setiap hari Jumat ia membagikan nasi bungkus kepada warga secara gratis sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama ditengah pandemi covid-19. - (Republika/Thoudy Badai)

Begitupun dengan Indra Wibowo atau akrab disapa Koh Steven. Pria berusia 41 tahun ini aktif membantu penanganan Covid-19 dengan terus menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis. Dia juga terus menyediakan sembako dan makanan siap saji untuk masyarakat yang memerlukan.

Untuk terus membantu korban yang kehidupannya berat akibat pandemi, dia bahkan merelakan untuk menjual aset berharganya, seperti rumah dan moge. Hasil penjualan yang mencapai Rp 14 miliar dia gunakan untuk keperluan masyarakat. Saat ini, dia juga tengah menyiapkan lahan seluas 200 hektare untuk memperkuat ketahanan pangan para petani pascapandemi.

photo
Steven Indra Wibowo (Koh Steven) , Ketua Mualaf Center Indonesia. - (Wihdan Hidayat/Republika)

Aktivitas penuh keikhlasan juga dilakukan oleh Junaedi bin Akim. Pria kelahiran Karawang 43 tahun lalu sudah 23 tahun menggeluti profesi sebagai penggali kuburan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon. Ia bersama rekan-rekannya di Grup D petugas pemakaman adalah yang pertama kali ditugasi memakamkan jenazah korban meninggal akibat Covid-19 di Indonesia.

Tentu, butuh keikhlasan yang luar biasa untuk menjalankan aktivitas tersebut. Pada puncak-puncak pandemi ia bersama rekan-rekan bekerja 15 jam sehari menguburkan jenazah yang tak henti datang.

 

photo
Petugas gali kubur TPU Pondok Rangon Junaidi berfoto untuk Tokoh Perubahan Republika di Jakarta. - (Republika/Putra M. Akbar)

Tak kalah pentingnya adalah soal edukasi yang dijalankan untuk menyadarkan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sejak awal muncul pneumonia aneh di Wuhan, Dokter Erlina Burhan langsung memasang alarm waspada. Dokter kelahiran Padang, 15 Mei 1963, ini sempat mengingatkan bahwa penyakit ini akan sampai ke Indonesia karena penularannya melalui mobilisasi manusia.

photo
Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Jakarta Erlina Burhan saat sesi foto untuk Tokoh Perubahan Republika 2020 di Jakarta. - (Republika/Prayogi)

Melalui Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dokter yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit Persahabatan ini saat itu langsung menggelar konferensi pers soal bahaya penyakit tersebut. Lewat seminar-seminar, Erlina terus menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengantisipasi penyakit itu. Sebelum Covid-19 dinyatakan masuk Indonesia, dia sudah menyusun pedoman diagnosis dan tata laksana pneumonia Covid-19.

Pandemi juga menjadi prakondisi lahirnya banyak inovasi. Salah satunya adalah alat deteksi cepat Covid-19, Genose. Sosok yang berperan besar di balik lahirnya alat tersebut adalah Prof Kuwat Triyana. 

photo
Prof Kuwat Triyana - (Wihdan Hidayat/Republika)

Dosen UGM ini sudah memulai penelitianya sejak 2008. Waktu itu, memang bukan spesifik untuk mendeteksi Covid-19. Begitu pandemi datang, dia langsung memodifikasi alat tersebut untuk bisa menjadi alat uji cepat Covid-19. Karya anak bangsa ini mulai digunakan di sebagian terminal, stasiun kereta, dan bandara. 

Buah keikhlasan para sosok yang bergerak di garda terdepan melawan pandemi ini adalah energi kebaikan yang penting disebarkan. Semangat yang tulus yang dijalankan penuh kebersamaan akan menjadikan bangsa ini sangat kuat dalam menghadapi pandemi. Selain ikhlas atau tulus, kebersamaan juga menjadi kata kunci dalam menghadapi ujian pandemi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat