Sejumlah anggota kepolisian melakukan penjagaan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (1/4/2021). Polda Metro Jaya memperketat akses masuk ke wilayah tersebut dengan melakukan pemeriksaan barang bawaan pengunjung dan pengamanan menggunakan anggota bersenj | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

'Evaluasi Sistem Keamanan Mabes Polri'

Evaluasi mulai dari personel maupun evaluasi terhadap bekerjanya alat deteksi.

 

JAKARTA -- Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen (Purn) Benny Mamoto menilai sistem keamanan yang ada di Mabes Polri, Jakarta sudah sesuai standar. Namun pada kasus penyerangan oleh perempuan berinisial ZA (25 tahun), Polri dinilai kecolongan.

Karena itu, ia meminta adanya evaluasi untuk sistem keamanan di Mabes Polri agar kasus serupa tak terulang. "Evaluasi mulai dari personel yang bertugas pada saat peristiwa terjadi maupun evaluasi terhadap bekerjanya alat deteksi," ujar Benny dalam sebuah diskusi daring, Ahad (4/4).

Menurut dia, sistem pengamanan akan bergantung pada kemampuan personel yang bertugas. Ia menilai perlu adanya polisi wanita (polwan) yang bertugas di bagian pemeriksaan agar mereka dapat memeriksa pengunjung perempuan yang mendatangi Mabes Polri.

"Diperlukan penggeledahan dan pemeriksaan, baik melakukan alat deteksi maupun secara fisik langsung pakai tangan. Itu harus dilakukan oleh petugas wanita atau polwan. Ini kami lihat tidak ada," ujar Benny.

Perempuan berinisial ZA menerobos masuk ke Markas Polri dan menodongkan senjata ke polisi pada Rabu (31/3) sore. Ia ditembak mati oleh aparat. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, ZA adalah lone wolf atau pelaku teror yang bergerak sendiri.

 
Diperlukan penggeledahan dan pemeriksaan oleh petugas wanita atau polwan.
 
 

Aksi itu tak berselang lama setelah aksi bom bunuh diri di gerbang depan Gereja Katedral Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Ahad (28/3). Dua serangan itu juga terjadi saat aparat sedang gencarnya menangkap orang yang tertuduh teroris. Sejak awal tahun, sedikitnya 100 orang telah ditangkap di berbagai daerah.

Dalam diskusi yang sama, mantan kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Soleman Ponto mengatakan, yang patut dipertanyakan dalam dua aksi teror itu adalah kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). "Mari kita tanya BNPT apa yang telah mereka perbuat sehingga teroris ini masih gentayangan, jadi bukan intelijen yang kebobolan," ujar Ponto.

Lain masalahnya, kata dia, kalau tidak ada BNPT sehingga intelijen harus bertanggung jawab.

Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid mengatakan, kerja pencegahan radikalisme dan terorisme tidak hanya tugas BNPT maupun institusi pemerintah semata. "Tapi melibatkan segenap elemen bangsa Indonesia," kata Nurwakhid, Ahad (4/4).

Menurut dia, perlu penguatan secara aktif dan produktif sivitas akademi dan masyarakat moderat untuk membantu strategi kesiapsiagaan nasional maupun kontra radikalisasi. Dalam kesiapsiagaan nasional, BNPT menyiapkan strategi mulai dari fisik, pasukan, sistem manajemen maupun kesiapsiagaan terhadap ideologi. Sebab, akar masalah terorisme yang mengatasnamakan agama adalah ideologi yang menyimpang.

Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto tidak mau menyebut Mabes Polri kebobolan. Ia mengaku kepolisian sudah mengetahui ancaman teror sejak Januari 2021 sehingga meningkatkan capacity building. Artinya, kepolisian melakukan pengamanan melekat, senjata menempel di badan.

Sementara, pelayanan masyarakat juga tidak bisa ditutup. "Mabes Polri itu kan memang area pelayanan publik sehingga tidak bisa lah ditutup," ujar Wawan, Sabtu (3/4).

photo
Sejumlah anggota kepolisian berjaga pasca penembakan terduga teroris di kawasan Gedung Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021). - (Republika/Putra M. Akbar)

Balas dendam

Wawan menduga, bom bunuh diri di Makassar merupakan aksi balas dendam pelaku. Sebab, mentornya di jaringan Jamaah Ansarut Daulah (JAD) tewas ditembak Densus 88 Antiteror dalam operasi penangkapan pada awal Januari 2021. Mentor yang dimaksud adalah Moh Rizaldi (MR).

"Sebetulnya kan mereka mengarah ke balas dendam setelah mentornya itu tewas terbunuh," ujar Wawan.

Wawan menuturkan, operasi penangkapan Rizaldi karena aparat mengendus rencana aksi teror yang sudah disusun. Kedua pelaku pengeboman Makassar itulah yang kemudian mewujudkan serangan ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat