Steven Indra Wibowo (Koh Steven) , Ketua Mualaf Center Indonesia. | Wihdan Hidayat/Republika

Narasi

Donasikan Harta Bantu Tangani Korona

Steven Indra Wibowo (Koh Steven), Ketua Mualaf Center Indonesia

Oleh Tokoh Perubahan 2020

OLEH WAHYU SURYANA

Republika kembali menggelar penganugerahan Tokoh Perubahan 2020. Pada perhelatan yang masih dibayangi pandemi Covid-19 ini, Republika menyoroti mereka yang berjibaku membawa bangsa melewati masa-masa sulit. Berikut profil mereka.

Semangat berbagi tak surut di masa pandemi. Seperti yang dilakukan oleh Indra Wibowo atau yang akrab disapa Koh Steven. Ia secara aktif membantu menangani pandemi dengan menjual aset-asetnya untuk memberdayakan warga membuat alat pelindung diri (APD), masker, dan lainnya.

Pandemi yang melanda Indonesia dan dunia telah memberikan dampak luar biasa di segala sektor kehidupan. Hal itu sejatinya sudah diperhitungkan Koh Steven sejak awal masa pandemi, bahkan ketika Covid-19 belum masuk ke Indonesia. Berbekal pengalamannya bekerja di lembaga riset internasional sebagai researcher certified Esomar, ia pun mendapat banyak informasi dan riset terkait virus ini.

Koh Steven lantas bisa memprediksi, bagaimana dampak pandemi virus yang mungkin terjadi. Pada Maret 2020, kasus virus Covid-19 pertama kali ditemukan di Indonesia. Sejak itu, jumlah kasusnya terus bertambah. Hampir semua sektor pun merasakan dampaknya, terutama ketika pembatasan pergerakan masyarakat diberlakukan.

 
Mereka kita ajari jahit, kita ajari buat APD standar, alhamdulillah setiap orang mendapat bagiannya masing-masing untuk berperan.
 
 

Tak menunggu waktu lama, ia segera bergerak untuk membantu menangani pandemi ini. Bersama sejumlah relawan dan lembaga kemanusiaan, pendiri dan Ketua Mualaf Center Indonesia (MCI) pun dengan cepat mengindentifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk penanganan dampak Covid-19.

Ia menuturkan, pada awal-awal korona merebak, kebutuhan akan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis sangatlah besar. Demikian pula masker bagi tenaga medis maupun masyarakat, stoknya di pasaran masih terbatas. Melihat kondisi ini, Koh Steven bersama tim kemudian berinisiatif membuat APD dan masker secara swadaya.

Seiring hari berganti, kebutuhan APD dan masker terus bertambah besar. Permintaan bantuan datang dari berbagai pihak yang berpengaruh pada dana. Namun, keterbatasan itu tak menjadikan Koh Steven patah semangat. Ia memutuskan untuk menjual aset yang dimiliki. Uniknya, Koh Steven mengaku menjual aset untuk membuat APD bukanlah keputusan sulit.

Pria kelahiran Jakarta 14 Juli 1981 ini berpendapat, itu akan sulit dilakukan ketika hanya dipikirkan, tapi akan ringan jika dijalankan. Koh Steven malah mengaku terbebani melihat tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanganan pandemi justru kesulitan mendapat APD. Walaupun, ia menyadari betul, membuat baju hazmat itu membutuhkan dana tak sedikit.

photo
Steven Indra Wibowo (Koh Steven), Ketua Mualaf Center Indonesia. - (Wihdan Hidayat/Republika)

Akhirnya, Koh Steven menjual tidak kurang dua unit rumah, tujuh mobil mewah, dan tiga motor besarnya demi membuat APD. Sejak April 2020, berbagai jenis APD terus disumbangkan ke tenaga medis.

"Saya baca-baca jurnal medis, lihat bahan-bahan, memang akhirnya kekurangan uang dan waktu itu yang paling gampang jual rumah, jual mobil, dan jual motor karena tidak mungkin pinjam uang, pinjam ke bank," katanya.

Kala itu, ia merasa, menjual aset menjadi salah satu solusi paling sederhana agar bisa cepat mendapatkan dana. Ia bersyukur, walaupun di masa-masa sulit ini, istri dan anak-anak turut merestui keputusan Steven. Menurut dia, niatan baik akan sulit dikerjakan jika dijadikan pikiran yang berkepanjangan.

Sebab, waktu panjang berpikir itu sama saja memberi kesempatan setan untuk masuk, memberikan banyak pilihan pertimbangan agar tidak melakukan. Produksi APD pun berlanjut. Menariknya, semua APD dan masker itu diproduksi sendiri dengan memberdayakan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

"Mereka kita ajari jahit, kita ajari buat APD standar, alhamdulillah setiap orang mendapat bagiannya masing-masing untuk berperan," jelas dia.

Tercatat, APD yang sudah diproduksi per Maret 2021, antara lain, 320 ribu hazmat protective, 240 ribu surgical gown, kemudian 1,975 juta surgical masker, 20 ribu masker kain, 600 ribu masker spundbond, dan dan 500 ribu masker KN95.

Pakaian hazmat yang diproduksi kemudian didistribusikan secara gratis ke lebih 4.000 fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Bantuan lain yang diberikan, yakni ribuan liter hand sanitizer.

Bukan tanpa kendala aksi kemanusiaan itu berjalan. Ketika harga masker meroket, ia dan tim justru meluaskan gerakan membuat dan membagikan masker gratis. Namun aksi ini membuat Steven kerap mendapat ancaman karena gerakannya dinilai mengancam.

Mulai dari pedagang yang memohon secara halus sampai penimbun masker yang mengancam akan membunuh keluarganya. Termasuk, asosiasi pedagang alat kesehatan yang memintanya memberikan harga atas setiap masker yang diberikan.

"Akhirnya oke oke, saya kasih harga, saya minta teman jual, kasih harga 100 per masker, jadi kalau orang beli Rp 10 ribu dapat 100 masker. Padahal di luar masih Rp 10 ribu per satu masker," kata Koh Steven kepada Republika, Kamis (24/3).

Ia meyakini, semua yang dimilikinya sampai hari ini, termasuk harta, tidak lain merupakan titipan Allah SWT. Karenanya, ia merasa, sangat aneh jika semua barang titipan itu justru tidak dikembalikan kepada pemiliknya. "Ini titipan Allah yang dititipkan kepada kita, kita kembalikan dengan cara yang baik," ujar dia.

Ketahanan pangan

Sejatinya, bantuan yang diberikan Koh Steven dan tim tak hanya berupa penyediaan alat kesehatan, tapi juga menyasar bahan kebutuhan sehari-hari. Makanan siap saji dan paket sembako per Desember 2020 yang sudah disalurkan mencapai tidak kurang 300 ribuan paket sembako. Sasarannya hanya sekitar 15 persen berada di kota-kota besar, dan lebih 80 persen di daerah terpencil di Indonesia.

 
Saya banyak baca jurnal, saya baca saat satu wabah masuk suatu negara itu yang diruntuhkan ekonomi, makanya kita kuatkan persediaan beras lokal.
 
 

Bahkan, ia mengungkapkan, 40-50 persen merupakan masyarakat yang masih sangat jarang mengenal teknologi. Walau jarang mendapat sorotan, Koh Steven menilai mereka harus menjadi prioritas karena merasakan betul dampak pandemi. Ke depan, masih ada program bantuan sembako yang akan dilaksanakan.

Pengalaman bekerja di lembaga survei internasional membantu Steven mengidentifikasi kebutuhan bantuan. Termasuk, saat fokus bantuan menangani masalah ketahanan pangan pascapandemi melalui penyiapan lahan pertanian dan memperkuat persediaan beras lokal. Saat harga pasar tidak stabil, Steven dan MCI Peduli bergerak ke petani lokal tanpa melalui tengkulak.

Bahkan, membeli padi siap panen dengan harga tinggi dan membagikannya ke masyarakat daerah yang membutuhkan. Koh Steven sudah pula membeli lahan pertanian di berbagai daerah. "Lahannya tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan, tapi terbanyak ada di Jawa," kata Koh Steven.

Menurut dia, pembelian lahan yang dilakukan dari masa tanam dilandasi alasan di sana kesempatan terbuka untuk orang lain kerja, tidak melibatkan tengkulak. "Melainkan langsung ke petani, itu sekaligus untuk ketahanan pangan," ujarnya.

Targetnya tidak besar, papar dia, yakni 40-50 ton per bulan, dibandingkan penduduk Indonesia yang butuh makan. “Saya banyak baca jurnal, saya baca saat satu wabah masuk suatu negara itu yang diruntuhkan ekonomi, makanya kita kuatkan persediaan beras lokal. Kita bergerak ke petani-petani lokal, luar biasa, kita beli beras lokal, kita bagikan," jelasnya.

Aksi kemanusiaan Koh Steven sejatinya bukan sedari masa pandemi. Ia telah aktif membantu penanganan bencana alam sejak lama. Dalam penanganan bencana alam, Koh Steven hampir selalu turun langsung mendistribusikan bantuan. Mulai dari gempa, letusan gunung berapi, tsunami, sampai banjir yang dilaluinya tanpa sorotan kamera.

Steven mengaku bersyukur, sejak mualaf sampai hari ini doa yang dipanjatkan tidak ada yang meleset. Malah, ia sering takut, ketika doanya dikabul jadi sosok tamak, sombong, dan tidak mampu menjalankan kewajibannya. Ia mengaku sangat bersyukur jika apa yang dilakukannya bisa jadi inspirasi orang lain maupun masyarakat luas.

Menurut Steven, tidak perlu menunggu orang lain untuk melihat apa yang kita kerjakan karena ada Allah SWT yang selalu memperhatikan. "Bantu urusan orang dan bantu perkara orang semampu kita. Nanti Allah SWT akan bantu urusan kita dan perkara kita di dunia. Kalau kita saja sekarang bakhil membantu orang, bagaimana Allah mau bantu urusan kita," kata Koh Steven. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat