Masakan ultraproses mengancam kesehatan di banyak populasi jika konsumsinya tidak diperhatikan. | Antara/Septianda Perdana

Kuliner

Kembali ke Masakan Rumahan

Masakan ultraproses mengancam kesehatan di banyak populasi jika konsumsinya tak diperhatikan.

 

OLEH GUMANTI AWALIYAH, SANTI SOPIA 

Pada era modern, konsumsi makanan olahan dengan cepat menggantikan makanan asli di seluruh dunia. Bahkan, kaum urban sepertinya sulit lepas dari jerat makanan olahan dengan rasa buatan, pewarna buatan, pemanis tambahan, dan zat tambahan lain yang melewati proses panjang (ultraproses).

Produk makanan ultraproses diolah di pabrik dan sebagian besar dijual dalam kemasan yang dapat dikonsumsi kapan dan di mana saja. Produk ini umumnya diiklankan komersial, sehingga masyarakat mengalihkan minatnya dari makanan "asli" dengan berbagai alasan kepraktisan. Padahal, di balik itu semua, makanan ultraproses menyimpan dampak yang kurang baik bagi tubuh.  

Breastfeeding Promotion Network of India (BPNI) yang merupakan mitra kerja Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) meneliti hubungan tingkat konsumsi makanan ultraproses dan kesehatan. Hasilnya, peningkatan konsumsi makanan ultraproses dapat memicu obesitas, asma, dan mengi pada anak, diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, depresi, sindrom iritasi usus besar, hingga kanker.

“Banyak studi yang menunjukkan makanan ultraproses mengancam kesehatan di banyak populasi jika konsumsinya tidak diperhatikan. Jawaban dari permasalahan ini adalah perlunya kebijakan yang mengatur promosi dan penggunaan label makanan yang lebih jelas,” ujar Koordinator BPNI dr Arun Gupta yang juga salah satu tim penyusun dokumen ini, akhir Januari lalu.

Arun juga menegaskan, sejauh ini tidak ada penelitian yang menemukan manfaat konsumsi makanan ultraproses bagi kesehatan. Karena itu, dia berharap studi ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko mengonsumsi makanan tersebut.

photo
Berbagai macam rempah-rempah untuk bahan masakan rumahan. - (Pixabay)

Ketua Umum AIMI Nia Umar menjelaskan, makanan ultraproses umum dikonsumsi semua kalangan dari bayi usia nol bulan hingga lansia. Contohnya, susu formula, sereal instan, cokelat, es krim, kudapan, dan biskuit. Mi instan, minuman berenergi, minuman bersoda, roti tawar, makanan beku, piza, dan burger pun masuk dalam jenis makanan ultraproses. 

Untuk susu formula, Studi lembaga Helen Keller International’s Assessment & Research on Child Feeding (HKI ARCH) di Bandung menguji 100 produk susu pertumbuhan untuk usia 12 sambai 36 bulan. Setelah diuji model Nutrient Profiling dari Food Standards Agency (FSA) Inggris, ternyata satu pertiga dari produk itu tak memenuhi syarat sehat karena kandungan gula yang tinggi. 

Perwakilan dari HKI dr Dian Nurcahyati Hadihardjono mengatakan, sebanyak 77 persen susu pertumbuhan itu mengandung sukrosa dengan satu sampai 10 gula tambahan dan rata-rata mengandung lima gula tambahan berbeda. 

“Ini artinya klaim sehat dan aman itu tidak benar-benar menyehatkan. Pemanis buatan dan pengolahan susu pabrikan membuatnya masuk ke makanan ultraproses yang membahayakan tubuh,” katanya.

 
Pemanis buatan dan pengolahan susu pabrikan membuatnya masuk ke makanan ultraproses yang membahayakan tubuh.
 
 

Itu sebabnya, Dian menilai perlu ada komitmen pemerintah untuk menindak perusahaan yang melanggar Kode Etik Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI. “Konsumen juga harus cerdik, baca label kemasannya, pelajari, jangan tergiur diskon atau promo iklan. Karena kalau sudah dikonsumsi bayi itu efek jangka panjangnya mengerikan,” papar Dian.

Dalam konteks Indonesia, AIMI melihat promosi makanan ultraproses sangatlah masif. “Selain edukasi pada masyarakat, pemerintah pun perlu mengatur lebih tegas agar masyarakat terlindungi dari risiko,” kata dia.

Nia juga merekomendasikan agar masyarakat kembali mengandalkan makanan asli untuk sehari-hari, seperti masakan rumah. Sedangkan pada bayi, polanya adalah air susu ibu (ASI) eksklusif dan dilanjutkan sampai usia dua tahun dengan makanan pendamping ASI (MPASI). 

Bagi orang dewasa, pola makan sehat merupakan gizi seimbang dari berbagai unsur komponen bahan makanan. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasi batasan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) sebanyak lima persen dari diet harian untuk gula, 10 persen dari diet harian (lemak) dan satu persen untuk lemak trans, dan garam kurang dari 5 gram/hari (satu sendok teh).

photo
Masakan ultraproses mengancam kesehatan di banyak populasi jika konsumsinya tidak diperhatikan. - (Dok Instagram KFC)

Konsep Sehat di Gerai Cepat Saji

 

Tren gaya hidup hijau atau green lifestyle kian diminati kaum urban. Kuliner sehat yang menjadi favorit pun semakin berkembang seiring banyaknya muncul inspirasi baru.

General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia (KFC) Hendra Yuniarto mengatakan, sebelum Covid-19, konsep gaya hidup hijau sebenarnya sudah sering terdengar. Aneka menu sehatnya pun beragam dan menarik. Hal itulah yang membuat KFC memperkenalkan restoran lifestyle dining dan salad bar/ kepada konsumen dengan konsep ini. 

Inovasi pada konsep Naughty by Nature menawarkan cara baru menyantap salad dan sayuran yang seru sekaligus mengenyangkan dengan kombinasi ayam khas KFC sebagai proteinnya. "Kami terus-menerus melakukan riset dan pengembangan dalam mengembangkan konsep dan menu Naughty by Nature secara maksimal," kata Hendra, awal tahun ini. 

Sebelum muncul pandemi Covid-19, konsep menu sehat ini digagas sejak awal 2019. Konsep ini memberikan pilihan bagi konsumen yang lebih sehat dan sesuai selera pelanggan. Misalnya, konsumen bisa memilih salad, kentang, dan pilihan-pilihan lebih sehat. Dia mengkui, konsep ini murni hanya di Indonesia dan gerai-gerai KFC ingin memberikan pengalaman bersantap yang belum pernah ada sebelumnya.

photo
Masakan ultraproses mengancam kesehatan di banyak populasi jika konsumsinya tidak diperhatikan. - (Dok Instagram KFC)

Project Officer Naughty by Nature Nadif Zahiruddin mengatakan, menu andalan Naughty by Nature adalah Meal Market Platter yang membuat pelanggan dapat mengombinasikan berbagai pilihan ayam olahan.

“Menu itu seperti Grilled Chicken, OR Chicken, Hot and Crispy, hingga Chicken Skin sebagai protein dengan berbagai macam pilihan sayuran segar, seperti kale caesar, sweet potato salad, kale slaw,” kata Nadif.

Ada juga makanan pendamping yang sehat, kata dia, seperti roasted baby potato, mashed potato, zucchini gratin, dan lain-lain. Selain itu, KFC menghadirkan hidangan ala gourmet, seperti chicken taco, pasta, ayam KFC geprek, dan makanan berbahan dasar telur, juga makanan-makanan ringan, minuman, dan hidangan penutup. 

“Konsep gerai banyak sekali warna bumi. Kita menyesuaikan desain dan makanan karena banyak opsi sehat jadi arsitektur ke arah hijau, ada tanaman asli, bersih yang digemari anak muda sekarang,” kata Nadif.

Konsep pemesanan makanan pun diubah dalam pandemi ini dengan sistem pemindaian kode. Penyesuaian lainnya adalah dapur terbuka (open kitchen) yang memungkinkan konsumen melihat langsung menu yang disajikan secara segar. Gerai seperti ini ada di Jalan Senopati, Jakarta Selatan yang memungkinkan pelanggan dapat menyukai suasananya, meski tetap menjalankan protokol kesehatan ketat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat