Galgadot dalam tangkapan layar trailer Justice League | Youtube

Geni

Sentuhan Baru Justice League

Ada perbedaan signifikan antara film Justice League kali ini dengan versi yang tayang pada 2017.

OLEH SHELBI ASRIANTI

Pengorbanan pemungkas Superman (Henry Cavill) saat menyelamatkan dunia, menyisakan duka. Kesedihan amat dirasakan Batman alias Bruce Wayne (Ben Affleck).

Meski dihantui rasa bersalah, Batman enggan terlalu lama berkubang dalam kesedihan. Sebab, di luar sana, masih ada musuh besar yang mengancam kedamaian bumi. Dia lantas berupaya menyatukan kekuatan dari para jagoan super dalam sebuah tim.

Bersama Diana Prince alias Wonder Woman (Gal Gadot), rencana perekrutan dimulai. Keduanya berusaha menggali informasi dan mendekati sejumlah sosok yang dianggap cocok.

Bruce berusaha membujuk Arthur Curry alias Aquaman (Jason Momoa), pewaris takhta kerajaan bawah laut Atlantis. Begitu juga Barry Allen alias Flash (Ezra Miller), pemuda dengan kemampuan bergerak secepat kilat.

Diana berjumpa dengan Cyborg yang bernama asli Victor Stone (Ray Fisher). Pemuda yang sebagian tubuhnya dimodifikasi dengan implan buatan itu punya kekuatan istimewa memanipulasi teknologi. 

Penyatuan kelompok lebih sulit dari yang dibayangkan Bruce. Pasalnya, setiap orang punya duka masa lalu dan berupaya menghadapinya. Namun, mereka semua tetap harus bersatu untuk menyelamatkan Bumi.

Film berjudul Zack Snyder's Justice League ini tayang di layanan streaming HBO Max mulai 18 Maret 2021. Khusus di Asia, film tersedia secara eksklusif di HBO GO seperti di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Hong Kong, dan Taiwan. 

Penggemar berat DC sudah pasti sangat menunggu-nunggu hadirnya sinema versi director's cut ini. Sutradara Zack Snyder kerap menyampaikan di berbagai kesempatan bahwa inilah cerita Justice League yang sungguh-sungguh mewakili visinya.

Perbandingan antara versi director's cut dan sinema 2017 silam tidak terelakkan. Ada perbedaan signifikan pada alur serta kedalaman cerita, selain durasi yang jauh lebih panjang dibanding sebelumnya.

Justice League yang rilis pada 2017 hanya berdurasi dua jam, standar untuk ukuran bioskop. Sementara versi potongan Snyder, durasinya menjadi dua kali lipat, yakni total empat jam dua menit.

Snyder membagi film dalam enam bagian dan satu epilog. Masing-masing punya inti kisah yang saling terangkai. Bisa dibilang versi ini alurnya jauh lebih lambat dibandingkan sinema orisinal di bioskop konvensional.

Pembukaan film sengaja dirancang berbeda, tetapi memuat pesan sama, yaitu pengorbanan Superman. Bahkan, ada kesan Snyder sengaja membuat sinema sama sekali berbeda dari adegan-adegan yang ada.

Bagaimanapun, sebagian penonton mungkin bakal puas dengan pendalaman cerita latar dari masing-masing karakter. Ini dimungkinkan karena durasi film tidak membatasi untuk mengisahkan semuanya. 

Pada sinema lampau, tidak dimungkiri semua berlintasan begitu cepat dengan alur adegan yang melompat. Karena saat itu kurang dieksplorasi, beberapa tokoh kesannya cuma menjadi pelengkap dan bukan anggota tim yang krusial.

Snyder tidak membiarkan itu terjadi kali ini. Contohnya saja, latar belakang sosok Victor Stone yang lebih digali. Begitu pula hubungannya dengan sang ayah, Silas Stone (Joe Morton) yang mengharukan hingga ujung film.

Pada kasus Flash, Snyder sengaja memunculkan tokoh yang tidak tampil di film terdahulu. Karakter perempuan itu tak mengucap dialog apa-apa, tetapi kehadirannya cukup memberi petunjuk.

Masih banyak detail cerita lain yang menjadi penjelas sehingga membuat keseluruhan film jadi lebih komprehensif. Porsi peran para tokoh di tim inti juga menjadi lebih seimbang tanpa ada yang dominan.

Hal baru lain ada di aspek audio. Snyder memasukkan sejumlah lagu tema dan musik latar baru. Salah satunya, musik bernuansa kuno yang selalu terdengar pada setiap kehadiran Wonder Woman dan bangsa Amazon.

Kejutan pun dihadirkan Snyder pada bagian epilog. Ada satu tokoh penjahat populer yang tentunya ditunggu-tunggu, juga karakter baru yang memperkenalkan diri pada Bruce. Untuk mengetahui siapa mereka, bisa dengan langsung menyimak filmnya.

Penonton sebaiknya memutuskan sendiri, lebih menyukai Justice League versi 2017, versi Zack Snyder, atau menikmati keduanya sekaligus. Tidak ada adegan ekstra film, mengingat durasi yang sudah cukup panjang.

Snyder sukses menghadirkan pengalaman baru bagi penonton mengenai kisah Justice League. Film ini bukan cuma tentang pahlawan super mengalahkan penjahat, tapi juga tentang pengorbanan, menghadapi kehilangan, dan menemukan kedamaian diri.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat