Pedagang cabai menunggu calon pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/2). Harga cabai masih mengalami kenaikan signifikan di sejumlah daerah akibat kendala produksi dan distribusi. | MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO

Ekonomi

Banjir Hambat Produksi Cabai

Harga cabai di pasar induk menyentuh Rp 110 ribu per kg.

 

JAKARTA -- Harga cabai masih mengalami kenaikan signifikan di sejumlah daerah akibat kendala produksi dan distribusi. Padahal, pada Februari harga cabai diprediksi akan mengalami penurunan. Bencana banjir disebut menjadi kendala sehingga menurunkan tingkat produksi dan gangguan distribusi.

"Banyak lahan cabai mengalami kebanjiran. Sekarang sedang didorong agar bantuan benih cabai yang ada di daerah segera dieksekusi," kata Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, kepada Republika, Ahad (21/2).

Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan Tommy Nugraha menyampaikan, berdasarkan informasi dari para petani cabai, sejumlah sentra memang mengalami kebanjiran akibat curah hujan tinggi beberapa hari terakhir. Bencana banjir secara langsung menganggu kegiatan produksi cabai.

"Kendala banjir terjadi hampir merata di sentra-sentra cabai. Rata-rata sentra kebanyakan di Jawa. Otomatis sedikit menganggu harga," kata Tommy.

Mengutip statistik Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga cabai rawit per Jumat (19/2) dihargai Rp 81 ribu per kilogram (kg). Harga itu jauh di atas harga normal sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kg. Sementara, harga cabai merah keriting sebesar Rp 48.750 per kg dan cabai merah besar Rp 47.350 per kg.

 

 

Hujan dan banjir tidak hanya mempengaruhi produksi, bahkan juga transportasi yang mengalami kendala.

 

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha
 

Ia mengatakan, cabai termasuk tanaman yang terus berproduksi sepanjang tahun. Tommy menjelaskan, beberapa lokasi bencana banjir saat ini diketahui melanda kawasan sentra cabai yang siap melakukan panen.

Meski demikian, pihaknya belum dapat menjelaskan lebih detail mengenai dampak penurunan produksi cabai akibat banjir yang terjadi. Ia mengatakan, para petugas lapangan masih fokus menangani banjir sembari melakukan pencatatan dan penghitungan kawasan cabai yang terendam.

Selain menganggu produksi, kegiatan transportasi cabai dari sentra ke pusat kota juga mengalami gangguan. Alhasil, alur distribusi barang mengalami gangguan dan keterlambatan. Hal itu tentunya berdampak pada minimnya pasokan yang masuk ke pasar ritel.

"Hujan dan banjir tidak hanya mempengaruhi produksi, bahkan juga transportasi yang mengalami kendala," kata dia.

Untuk langkah jangka pendek, Tommy mengatakan, Kementan segera melakukan gerakan tanam cabai di sejumlah daerah yang tidak mengalami kebanjiran. Kementan akan memberikan bantuan bagi para petani agar segera terealisasi.

Namun, ia juga belum bisa memastikan seberapa luas kawasan yang bisa digunakan dan target produksi untuk menggantikan potensi panen yang hilang akibat banjir. "Kami belum bisa sampaikan detailnya karena kita masih mengolah datanya. Yang penting kami lakukan langkah solusi daripada tidak sama sekali," katanya.

Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menyatakan, situasi produksi cabai dalam tiga hari terakhir mengalami gangguan. Itu menyebabkan terganggunya distribusi pasokan cabai ke pasar lokal maupun pasar induk.

"Pasar terganggu akibat banyak banjir. Ada juga barang sudah siap tapi tidak diambil. Jadi ini terganggu sekali," kata Ketua AACI Abdul Hamid.

photo
Buruh tani memanen cabai rawit di areal persawahan Desa Kendalsari, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (25/1). - (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Ia mengatakan, pasokan cabai yang seharusnya dipanen oleh petani mengalami kerusakan akibat banjir yang terjadi di banyak daerah. Hal itu kemudian meningkatkan harga dari tingkat petani.

Abdul menuturkan, akibat bencana yang melanda sentra-sentra produksi, prediksi harga cabai yang semula seharusnya turun pada awal Februari meleset. "Prediksi kita jadi hilang karena rencananya harga turun ternyata tidak bisa. Kondisinya memang berubah semua," katanya.

Saat ini harga cabai rawit di tingkat petani tembus Rp 85 ribu per kilogram (kg) sehingga harga riil di pasar induk menyentuh Rp 110 ribu per kg. "Kalau sekarang ada harga cabai rawit di konsumen Rp 80 ribu, itu sudah murah," katanya.  

Sementara, cabai merah keriting dari petani berkisar Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu kg. Sedangkan di pasar induk mencapai Rp 60 ribu per kg. Sementara itu, cabai merah besar masih dihargai Rp 35 ribu per kg dan di pasar mencapai Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per kg.

Terkait dengan solusi gerakan tanam cabai dari pemerintah, Abdul mengatakan, petani harus mendapatkan bantuan jika ingin menyukseskan hal itu. Menurutnya, modal petani cukup terbatas akibat kerugian yang dialami dari bencana banjir. Selain itu, diharapkan ada kemudahan untuk mengakses kredit perbankan untuk kegiatan usaha petani cabai.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat