Warga menaiki perahu saat melintasi banjir yang merendam kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Jumat (19/2). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

Menghitung Dampak Lanjutan

Banjir di sejumlah wilayah akibat intensitas dan curah hujan yang tinggi menyebabkan beragam dampak.

Banjir di sejumlah wilayah akibat intensitas dan curah hujan yang tinggi menyebabkan beragam dampak. Sudah pasti, banjir membuat harta benda warga menjadi korban. Tak hanya perabot, kendaraan, tapi juga dokumen berharga dapat terendam air bah.

Tempat-tempat untuk mengungsi terbentuk untuk menampung warga, yang rumahnya terempas atau tak bisa ditempati sementara karena air belum surut. Beruntung, baik pemda maupun masyarakat berswadaya menghimpun bantuan.

Tak hanya makanan, warga juga membangkitkan solidaritas, termasuk melalui media sosial untuk menghimpun donasi, pakaian, ataupun selimut, misalnya untuk diserahkan kepada korban banjir. Di sisi lain, ada dampak lanjutan yang mesti mendapatkan perhatian.

 
Tak hanya makanan, warga juga membangkitkan solidaritas, termasuk melalui media sosial untuk menghimpun donasi, pakaian, ataupun selimut.
 
 

Di antaranya, para petani yang kini menghadapi gagal panen atau puso akibat sawahnya terendam banjir. Mereka mengeluarkan modal yang dimiliki, tetapi panen yang diharapkan mampu menghasilkan keuntungan tak bisa mereka raih karena banjir. Misalnya, berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, per 18 Februari 2021, ada sekitar 8.276 hektare sawah yang terendam banjir dan kurang lebih 5.112 hektare di antaranya tanaman padinya puso.

Di daerah lainnya, baik di Jawa maupun luar Jawa kasus serupa bisa terjadi. Tidak hanya tanaman padi, tetapi juga jenis tanaman lainnya yang menjadi komoditas andalan. Sebab, kita melihat cuaca ekstrem dan hujan berintensitas tinggi hampir terjadi di seluruh wilayah.

Bagi petani, padi ataupun tanaman komoditas lain, untuk menanam kembali seusai banjir surut tentu membutuhkan modal awal. Tidak hanya untuk benih dan tenaga, tetapi juga pupuk. Pemerintah mau tak mau harus mulai memikirkan keadaan ini.

 
Mereka mesti mengelola dana di tangan agar cukup untuk tanam ulang dan cadangan bagi kebutuhan keseharian. 
 
 

Bukan hanya pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, melainkan juga pemerintah pusat. Kalaupun ada klaim asuransi bagi petani yang mengalami  puso, apakah jumlah yang mereka dapatkan mencukupi untuk menggarap kembali lahan pascabanjir?

Mereka mesti mengelola dana di tangan agar cukup untuk tanam ulang dan cadangan bagi kebutuhan keseharian. Subsidi pupuk dan benih, mungkin harus dihitung kembali oleh pemda ataupun pemerintah pusat. Intinya, agar petani lebih ringan bebannya.

Dengan demikian, nantinya petani tak memiliki hambatan berarti untuk menghasilkan komoditas bahan pokok. Hal itu agar pasokan di pasar tetap mencukupi sehingga kelak tak melahirkan gejolak harga, yang tentunya berimbas pula bagi pemerintah juga masyarakat.

Apalagi, bencana ini hadir di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga reda. Pandemi membuat mobilitas terhambat, ekonomi terdampak berat, ditambah banjir dan bencana alam lainnya, yang juga melahirkan kerugian-kerugian yang bersifat ekonomis.

 
Saat sekarang, upaya terdekat adalah membantu para korban banjir yang harus mengungsi dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka di pengungsian. 
 
 

Petani dan pelaku usaha yang terdampak banjir, mau tak mau menghadapi kerugian tak terelakkan. Mereka tentu berpikir keras agar kegiatannya berjalan kembali setelah banjir. Meski mereka perlu mengelola dana dengan baik, bantuan pun dibutuhkan.

Apa pun bentuk bantuan tersebut. Baik dari pemda, pemerintah pusat, maupun lembaga keuangan. Tujuannya, mereka minimal dapat memenuhi kebutuhan pokoknya kembali, syukur-syukur ada hasil berlebih yang bisa disimpan untuk kebutuhan lainnya.

Saat sekarang, upaya terdekat adalah membantu para korban banjir yang harus mengungsi dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan mereka di pengungsian. Maka itu, tak boleh dilupakan juga mereka yang usaha, penghidupan, ataupun lahan pertaniannya terdampak banjir.

Mereka juga perlu bantuan agar sumber penghidupannya tetap berjalan. Tak terbayangkan bila lahan penghidupan mereka yang sudah timpang akibat pandemi, lalu dihajar banjir hingga membuat lumpuh. Semoga itu tak terjadi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat