Warga melintasi banjir di perumahan Pondok Hijau Permai, Bekasi, Jawa Barat, Ahad (7/2/2021). Menurut warga, banjir setinggi 20 cm hingga 1 meter tersebut terjadi akibat curah hujan tinggi. | ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Bodetabek

Bayang-Bayang Banjir dan Longsor di Bekasi  

Pemerintah Daerah Bekasi berupaya membangun infrastruktur untuk mencegah banjir dan longsor.

Hujan yang terus mengguyur Kota Bekasi, Jawa Barat, dalam beberapa hari terakhir, menimbulkan bencana tanah longsor, selain banjir di beberapa titik tentunya. Selang satu hari setelah tanggul Kali Bekasi di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) roboh, pada Selasa (16/2) dini hari WIB, terjadi longsor turap Rawa Tembaga di kawasan Wisata Kuliner Apartemen Center Point, Kecamatan Bekasi Selatan.

Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi mencatat, pemicu longsor akibat akibat hujan deras yang terjadi sejak Senin (15/2) dini hari hingga siang WIB. Akibat longsor tersebut mengakibatkan enam warung dan tiga pohon tumbang hingga masuk ke Kali Rawa Tembaga.

"Kejadian longsor terjadi sekitar pukul 02.00 WIB akibat hujan turun lebat. Kita mendapatkan informasi warga kemudian langsung turun menuju lokasi dan kini sedang dalam penanganan petugas," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bekasi, Wiratma di Kota Bekasi, Selasa (16/2).

Menurut Wiratma, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Pasalnya, pedagang sudah tutup stan dan pulang ketika longsor terjadi.

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi Arief Maulana menjelaskan, longsor turap Rawa Tembaga diperkirakan mencapai 32 meter dengan kedalaman 5,5 meter. Jajarannya telah meninjau lokasi guna mengantisipasi ke depannya.

Terjadinya turap longsor disebabkan kontruksi yang sudah tidak optimal karena berusia 20 tahun. Berikutnya, curah hujan tinggi sejak awal 2021, terutama pada tanggal 21, 24 Januari, dan 8 Februari 2021.

Arief menambahkan, air buangan kawasan kuliner Center Point juga langsung dialirkan ke badan Kali Rawa Tembaga. Sehingga stabilitas tanah di bantaran kali menjadi terganggu.  

“Di lokasi turap Rawa Tembaga juga terdapat vegetasi pohon besar yang berada di badan konstruksi sehingga ketika pohon tertiup angin kencang dan akar pohon tidak kuat mengikat struktur tanah, pergerakan tersebut memengaruhi stabilitas turap,” terang Arief.

Sementara itu, tanggul Kali Bekasi yang berada di Perumahan Pondok Gede Permai, Kecamatan Jatiasih, roboh sepanjang 60 meter dan turun hampir dua meter. Kondisi itu tentu membahayakan warga yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Kali Bekasi.

Pada posisi normal, kemiringan tanggul hanya sampai setengah meter. Apabila tanggul turun atau rebah, kemampuan kapasitas menampung air menjadi lebih kecil. Selama ini, Pondok Gede Permai merupakan wilayah yang kerap dilanda banjir kiriman.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Humas Kota Bekasi (humaskotabekasi)

Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono, menuturkan, penyebab robohnya tanggul tidak terjadi dalam waktu sekejap. Jika dilihat dari kondisinya yang miring, kata dia, memang ada borepile atau fondasi penahan yang dipasang sejak 2010. Kondisi penahan sudah tidak kuat dan dilaporkan sejak dua bulan lalu sudah mulai bergerak miring.

Hal itu membuat fondasi penahan ikut terkikis akibat tergerus air di bawah tanggul. “Karena ada gerusan air yang ada di bawah sehingga tanggul ini tidak kuat menahan tanahnya turun,” tutur Tri di lokasi.

Pemkot Bekasi bakal membuatkan tanggul baru dengan metode yang berbeda dari sebelumnya. Dengan begitu, warga perumahan bisa aman dari ancaman banjir jika aliran kali meluap. “Nanti alat berat sudah mulai turun. Sudah mulai melakukan persiapan. Secepat mungkin kami lakukan,” ujar Tri.

Seorang warga Perumahan Pondok Gede Permai, Surya, mengatakan, robohnya tanggul sebenarnya sudah lama terjadi. Semula tanggul hanya miring, dan kini malah semakin parah seperti dalam posisi rebahan.

“Itu kejadiannya Ahad (14/2) semalam kurang lebih jam 20.30 WIB-21.00 WIB saya dengar suara kretak-kretak gitu, tapi kita ga nyangka kalau tanggul itu,” kata Surya.

Warga sebenarnya sudah berusaha secara swadaya sejak dua bulan lalu, untuk menimbun bagian bawah tanggul menggunakan pasir. Namun, langkah itu tidak terlalu berarti karena tanggul terus terkikis hujan. “Waktu itu dapat bantuan pasir delapan truk dari pemerintah dan dari warga saweran beli batu dua truk dan pasir enam truk. Namun, setelah kejadian banjir kemarin, jarak tiga hari terjadi kemiringannya lebih parah ini,” kata Surya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat