
Nasional
Donor Darah dan Plasma Aman Saat Pandemi
Donor plasma konvalesen sudah pernah dipakai ketika wabah SARS-CoV-1.
BANDUNG – Stok darah di Palang Merah Indonesia (PMI) menurun drastis sejak pandemi yang salah satunya disebabkan kekhawatiran masyarakat terpapar Covid-19 saat mendonor. Masyarakat diimbau tidak takut mendonor karena semua dilakukan berdasarkan protokol kesehatan secara ketat.
Kepala Unit Transfusi Darah PMI Kota Bandung, dokter Uke Muktimanah, mengatakan, pada awal pandemi, PMI kekurangan darah karena kebutuhan atas darah masih sama dan banyaknya keluarga donor darah yang dibatalkan. Bahkan, keperluan darah yang dapat terpenuhi hanya 10 persen dari total kebutuhan.
Meski pandemi, kata Uke, kebutuhan akan donor darah tetap dibutuhkan. Untuk itu, PMI membuat protokol kesehatan ketat guna mencegah penularan Covid-19 saat donor darah dan memberikan rasa aman bagi pendonor.
“Petugas menggunakan APD lengkap sesuai standar, kita meminta juga untuk menggunakan masker, mengecek suhu, mencuci tangan, dan pembatasan antrean, dan kita minta untuk mengisi formulir khusus tentang Covid-19 dengan jujur,” kata Uke dalam diskusi daring bertajuk ‘Donor Darah dan Plasma Konvalesen di Kala Pandemi, Siapa Takut?’ yang digelar Republika dan didukung Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (16/2).
Uke mengatakan, sering kali menerima pertanyaan soal donor darah saat pandemi. Dia mengakui pandemi bukan alasan pendonor sehat tidak mendonorkan darahnya. Apalagi dengan protokol kesehatan yang sudah disiapkan.
“Kami juga sudah tersertifikasi BPOM, darah yang diberikan sudah melalui prosedur yang sesuai dengan pemerintah dan aman untuk diberikan pada yang membutuhkan. Untuk penderita OTG (orang tanpa gejala Covid-19) pun sudah dilarang datang ke PMI,” kata Uke.
Dampak pandemi lainnya adalah plasma konvalesen yang menjadi salah satu alternatif pengobatan Covid-19 yang cukup signifikan jika pemakaiannya tepat. Plasma konvalesen ini mengandung antibodi dari individu yang sudah sembuh.
“Untuk mendapatkan plasma konvalasen memang lebih sulit karena ada persyaratan yang harus kita laksanakan,” kata Uke.

Uke menyebut, donor plasma konvalesen sudah pernah dipakai ketika wabah SARS-CoV-1, Ebola dan flu burung dengan hasil yang cukup menjanjikan. Pada awalnya, donor plasma ini hanya diberikan pada pasien dengan kondisi berat dan mengancam nyawa. “Namun, sekarang diberikan pada pasien kondisi sedang, sehingga permintaan itu cukup tinggi ke PMI,” kata Uke.
Pemberian plasma konvalasen melalui proses plasmaferesis di PMI harus melewati beberapa tahap. Hanya UTD yang punya sertifikat BPOM yang dapat melakukan plasmaferesis. Pendonor melakukan donor darah yang kemudian darahnya dimasukkan dalam labu dan diambil plasmanya saja. Sel darah merahnya kemudian dikembalikan ke pendonor.
“Edukasi perlu dilakukan baik dari rumah sakit dan dokter untuk bisa membuat penyintas menjadi from zero to hero karena memang meski pernah positif, tapi tetap bisa membantu sesama,” kata Uke.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.