Anak bermain di area pemukiman yang terendam banjir di kawasan Kebon Pala II, Jakarta, Rabu (3/2). Banjir tersebut terjadi akibat luapan kali Ciliwung setelah tingginya curah hujan pada Rabu (3/2) dini hari dengan ketinggian berkisar 10-20 centimeter . | Republika/Thoudy Badai

Kabar Utama

Cuaca Ekstrem Ancam 26 Provinsi

Kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan hingga sepekan ke depan.

JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem hingga sepekan ke depan. Menurut prakiraan BMKG, hujan lebat disertai angin kencang dan kilat/petir berpotensi terjadi di 26 provinsi hingga Selasa (16/2).

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 96 persen dari 342 zona musim telah memasuki musim hujan. Analisis BMKG menunjukkan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia dan munculnya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia.

Kondisi tersebut memengaruhi pola arah dan kecepatan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia. Selain itu, kondisi labilitas atmosfer yang kuat di sebagian wilayah Indonesia dapat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan awan hujan dalam skala lokal. "Berdasarkan kondisi tersebut, kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan," kata Guswanto, Rabu (10/2).

Ia menambahkan, curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir serta angin kencang berpotensi terjadi di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, dan Banten. Selain itu, kondisi tersebut antara lain dapat terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin," ujarnya.

Bencana hidrometeorologi telah melanda sejumlah daerah. Pada Selasa (9/2) sore, longsor terjadi di Desa Kalijering, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen dan menimpa empat rumah warga. Tim SAR gabungan pada Rabu (10/2) menemukan dua dari tiga korban longsor.

Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen Teguh Kristiyanto mengatakan, kedua korban yang telah ditemukan tersebut bernama Tarsinah (60) dan Doniatun (46). Korban atas nama Tarsinah ditemukan sekitar pukul 06.30 WIB, lokasi temuan berjarak sekitar 100 meter dari rumah korban.

Kemudian korban kedua atas nama Doniatun ditemukan tidak jauh dari penemuan korban pertama pada pukul 14.20 WIB. "Di lokasi bencana tanah longsor hingga siang ini masih terjadi hujan," katanya.

photo
Foto udara pemukiman warga yang terdampak banjir akibat luapan Sungai Cibeet dan Citarum, di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/2). Menurut data BPBD Kabupaten Bekasi sebanyak 12 Kecamatan terdampak banjir dengan ketinggian 30 cm sampai dengan 150 cm. - (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Di Indramayu, Jawa Barat, banjir yang melanda dalam tiga hari terakhir belum juga surut pada Rabu kemarin. Upaya penanggulangan banjir pun terus dilakukan.

Kepala Sekretariat BPBD Kabupaten Indramayu, Caya mengatakan, berdasarkan pendataan pada 8–10 Februari 2021 pukul 12.00 WIB, banjir merendam 22 kecamatan di Kabupaten Indramayu. Di wilayah-wilayah itu, ada 25.206 rumah warga yang terendam.

Ketinggian air yang merendam rumah-rumah warga bervariasi. Bahkan, ada yang mencapai 2–3 meter. Hal itu seperti yang terjadi di Desa Karang Tumaritis, Kecamatan Haurgeulis. ‘’Dari jumlah rumah yang terendam itu, 11 rumah di antaranya rusak berat,’’ kata Caya, Rabu (10/2).

Selain merendam rumah, banjir juga menggenangi 29 tempat ibadah dan 83 fasilitas umum yang tersebar di 22 kecamatan. Tak hanya itu, 2.096 sawah/tambak milik warga ikut terendam.

Akibat banjir tersebut, warga terpaksa harus mengungsi. Selain ke balai desa dan kantor kecamatan, lokasi pengungsian juga banyak tersebar di masjid-masjid dan di pinggir jalur Pantura.

Caya mengatakan, jumlah keseluruhan pengungsi selama tiga hari terakhir, mencapai 77.752 jiwa. Dari jumlah itu, saat ini sudah ada yang kembali ke rumahnya masing-masing. ‘’Ada juga warga yang masih mengungsi,’’ terang Caya.

Pada Rabu (10/2) siang, banjir yang menggenangi jalur pantura di Kecamatan Losarang dan Kandanghaur sudah mulai surut. Meski demikian, tenda darurat pengungsi masih berdiri di jalur pantura. Hal itu seperti yang terlihat di jalur pantura Desa Jumbleng, Kecamatan Losarang, serta Desa Karanganyar, Cilet dan Parean, Kecamatan Kandanghaur. Para pengungsi mendirikan tenda di jalur arah Jakarta. Namun, lebih banyak warga yang memilih mengungsi di masjid-masjid.

photo
Pengungsi korban banjir mendirikan tenda darurat di jalan raya Pantura desa Jumbleng, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (9/2). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Indramayu mengatakan jumlah pengungsi korban banjir Indramayu mencapai 15 ribu jiwa. - (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Di Jawa Tengah, Kota Semarang menjadi salah satu daerah yang cukup parah terdampak banjir. Banjir bahkan sempat melumpuhkan sarana transportasi publik, seperti jalur kereta api dan jalur pantura.

Langkah- langkah guna mengatasi persoalan banjir di wilayah Kota semarang terus diupayakan. Hal ini dilakukan guna mempercepat proses pembuangan air di titik- titik genangan yang masih menghambat aktivitas warga. Hal itu seperti dilakukan di wilayah Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Rabu (10/2).

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mengupayakan pengerukan sedimentasi dari sejumlah sungai yang memicu luapan air. Tingginya sedimentasi membuat sungai tidak optimal dalam menampung debit air yang meningkat tajam akibat curah hujan yang tinggi. Kondisi itu membuat genangan banjir masih berlanjut di Jalan Kaligawe Raya arah Genuk. Termasuk kawasan lain yang ada di sekitar Kaligawe, seperti di sebagian wilayah Tambakrejo, Jalan Gajah Raya, kawasan Sawah Besar serta kawasan Pasar Waru.

photo
Warga beraktivitas di area pemukiman yang terendam banjir di kawasan Kebon Pala II, Jakarta, Rabu (3/2). Banjir tersebut terjadi akibat luapan kali Ciliwung setelah tingginya curah hujan pada Rabu (3/2) dini hari dengan ketinggian berkisar 10-20 sentimeter . - (Republika/Thoudy Badai)

Sedimentasi juga membuat pompa air pengendali banjir yang sudah terpasang tidak bisa berfungsi optimal untuk mengantisipasi genangan, seperti yang ada di rumah pompa Pasar Waru, di wilayah Kelurahan Kaligawe.

“Saya minta dikeruk sedimentasinya, karena dari tiga pompa, hanya dua yang berfungsi. Satunya tidak bisa jalan karena ada masalah sedimentasi,” ungkap Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Pemkot Semarang, kata dia, telah mengerahkan alat berat guna mengeruk sedimentasi sungai yang menuju arah muara tersebut. “Upaya pengerukan sedimentasi kita kebut,” kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat