Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Ikhlas Memimpin

Memimpin dengan ikhlas itu berarti ada kesungguhan, ketelitian, dan komitmen pada regulasi yang ditetapkan.

Oleh IMAM NAWAWI

OLEH IMAM NAWAWI

Suatu waktu, Nabi Sulaiman AS mengumpulkan semua pasukan kerajaan, tidak terkecuali yang terdiri dari barisan burung. Nabi Sulaiman langsung membuat pernyataan tegas begitu mengetahui burung hudhud tidak hadir.

Namun, kala hudhud datang, burung cerdas itu membawakan sebuah laporan. Sebuah penuturan yang menjadikan Nabi Sulaiman mengurungkan niatnya sampai laporan dari hudhud dapat dibuktikan.

"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah!" (QS an-Naml [27]: 22-24).

Kemudian Nabi Sulaiman memberikan respons tegas. "Nabi Sulaiman berkata, akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan." (QS an-Nam [27]: 27-28).

Kisah di atas memberikan satu ibrah bagaimana semestinya pemimpin menjalankan tugas kepemimpinan dengan ikhlas, tulus dan sepenuh hati. Dari kisah di atas jelas tergambar bahwa memimpin dengan ikhlas itu berarti ada kesungguhan, ketelitian, dan komitmen pada regulasi yang ditetapkan.

Lihatlah bagaimana Nabi Sulaiman akan menerapkan hukum kepada hudhud yang tidak hadir, kecuali datang dengan alasan yang bisa diterima secara rasional.

Ini berarti, sebagai pemimpin, Nabi Sulaiman benar-benar telah meng-upgrade kemampuan seluruh pasukannya dalam hal memahami aturan dan konsekuensi jika ada yang tidak menjalankan dengan disiplin ketetapan yang telah dibuat, sehingga jika ada temuan penyimpangan tidak segan untuk segera menindaknya.

Demikian juga bagian dari karakter seorang Muslim yang ikhlas di dalam memimpin. Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali disebutkan, ikhlas berarti tulus, murni. Ketulusan dalam mengabdi kepada Allah SWT dengan segenap hati dan jiwa.

Oleh karena itu, kala kata ikhlas ini melekat dalam diri seorang pemimpin maka ia akan menjalankan roda kepemimpinan secara tertib, cermat, dan penuh perhitungan.

Lebih jauh, ketika sebuah perkara telah terbukti kebenarannya, tidak ada pilihan lain selain menerima itu sebagai hal yang penting diakui, ditindaklanjuti dan kemudian dijadikan dasar membuat sebuah kebijakan. Seperti Nabi Sulaiman menyikapi laporan dari hudhud. 

Dengan demikian, seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki visi, kekuatan, jaringan, dan segala perangkat yang secara empiris diperlukan dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Namun, lebih dalam, seorang pemimpin sangat memerlukan keikhlasan hadir dan kokoh di dalam hati dan pikirannya.

Seperti Umar bin Khattab yang tak ada waktu dalam 24 jam, kecuali mengurus kesejahteraan rakyatnya. Bergerak dengan penuh kesungguhan dalam memeriksa dan memastikan semua rakyatnya hidup dalam kecukupan, selamat dari kelaparan, dan mencegah kriminalitas terjadi apalagi sampai merajalela.

Sekiranya bukan keikhlasan yang tumbuh dalam diri Umar, mustahil legasi kepemimpinannya akan abadi sampai saat ini dan akhir masa nanti.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat