Ilustrasi perbaikan JPO atau jembatan penyeberangan orang. | Republika/Putra M. Akbar

Bodetabek

Pemkot Bogor Bangun JPO di Tiga Lokasi

Titik pertama pembangunan JPO adalah di Jalan Paledang. Tepatnya yang berada di depan Stasiun Bogor.

BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah melakukan studi dan kajian terkait kebutuhan jembatan penyeberangan orang (JPO). Saat ini, ada tiga titik yang jadi perhatian Pemkot Bogor.

“Jadi, kita sedang melakukan studi dan kajian terkait dengan kebutuhan penyeberangan jalan orang yang tujuannya untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan untuk warga,” kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, Senin (8/2).

Lebih lanjut, Dedie mengatakan, titik pertama pembangunan JPO, yakni JPO Paledang di Jalan Paledang, tepatnya yang berada di depan Stasiun Bogor. Menurutnya, selama ini JPO Paledang dinilai tidak manusiawi dan kurang ergonomis. Apalagi, di JPO tersebut kerap terjadi tindak kriminal pencopetan.

Selanjutnya, kata Dedie, Pemkot Bogor berencana membangun JPO di area sekitar Masjid Raya Bogor, di Jalan Pajajaran, Bogor Timur. “Kemudian, yang ketiga adalah JPO yang harus kita bangun, antara Jambu Dua Mall ke Jalan Pajajaran,” ujar dia.

Tak hanya itu, Pemkot Bogor juga berencana memperbaiki JPO yang ada di Kota Bogor, yang dinilai tidak layak secara teknis. Sehingga, membutuhkan perbaikan, pembongkaran, ataupun pergantian.

Meski demikian, Dedie mengatakan, ada dua titik yang akan diprioritaskan Pemkot Bogor dalam waktu cepat. “Yang sudah mengerucut sebetulnya dua ya. Itu JPO untuk Jambu Dua arah Pajajaran, satu lagi adalah JPO di sekitaran Masjid Raya Bogor. Itu yang akan kita prioritaskan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” kata dia.

Pembangunan JPO tersebut bisa saja dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau mengalokasikan anggarannya ke Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2021 Kota Bogor. Namun, lanjutnya, pengalokasian kepada APBD dinilai agak sulit sehingga Pemkot Bogor berencana mencari alternatif, terutama dengan bekerja sama dengan pihak ketiga.

“Tetapi, kalau kita bicara APBD sekarang kan fokusnya mungkin agak sulit kalau kita alokasikan sekarang-sekarang. Makanya, kita sedang mencari alternatif terutama untuk JPO di Paledang, itu dikerjasamakan dengan pihak ketiga,” kata Dedie.

Salah seorang pengguna JPO yang ditemui Republika di JPO di Paledang, Muhammad (26 tahun) mengatakan, JPO Paledang memang membutuhkan renovasi. Sebagai pengguna jalan yang hampir setiap hari menggunakan JPO tersebut, dia menilai, JPO Paledang terlihat kumuh, ditambah dengan bau tidak sedap yang tercium dari sisi bawah jembatan.

“Iya itu kan sudah kumuh, banyak pengemis, bau pesing juga di bawahnya. Sebagai pengguna kereta yang pasti lewat situ, kalau jembatannya dirapiin pengguna jalan jadi merasa aman,” kata dia.

Tak hanya itu, di JPO Paledang terlihat banyak pengemis yang kerap duduk di tangga jembatan. Juga beberapa pedagang yang berjualan permen, tisu, dan masker. Dia mengatakan, keberadaan pengemis dan pedagang di tempat yang tidak seharusnya mengganggu lalu lintas pejalan kaki.

Jika JPO baik Paledang maupun JPO lainnya selesai dibangun, sebaiknya tidak ada lagi spanduk yang dipasang di sisi jembatan. Seperti yang tampak di JPO Paledang, terdapat lima spanduk yang berjejer mulai dari spanduk partai, hingga spanduk perintah penggunaan masker.

Selain mengganggu keindahan, menurutnya, para pengguna jembatan juga jadi kesulitan jika ingin memandang ke arah jalanan. “Spanduk nanti jangan lagi dipasang di jembatan. Kita pengguna jembatan jadi enggak bisa kelihatan kalau mau lihat ke arah bawah,” kata dia menambahkan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat