Pembeli membawa cabai di atas kepalanya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/2). Badan Pusat Statistik (BPS) meminta pemerintah dan seluruh masyarakat mewaspadai cuaca buruk yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air. | MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO

Ekonomi

BPS: Waspada Cuaca Buruk

Laju inflasi secara umum mengalami perlambatan.

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) meminta pemerintah dan seluruh masyarakat mewaspadai cuaca buruk yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air. Sejumlah kelompok bahan pangan strategis mengalami inflasi lantaran adanya kenaikan harga yang salah satunya disebabkan oleh faktor cuaca. Alhasil, komoditas pangan menjadi pemicu utama dalam laju inflasi sepanjang Januari 2021.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan, komoditas pangan seperti cabai mengalami kenaikan harga karena intensitas hujan tinggi. Menurut dia, masalah harga yang terjadi tidak lepas dari fenomena La Nina sejak akhir tahun lalu yang memicu terjadinya banjir di sejumlah daerah sentra produksi.

"Jadi betul kenaikan harga ini lebih dipengaruhi dari sisi suplai karena cuaca yang buruk. Kita harapkan ini sifatnya sementara," kata Suhariyanto, Senin (1/2).

BPS mencatat, inflasi pada Januari 2021 sebesar 0,26 persen. Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi tertinggi yakni 0,81 persen dengan andil terhadap inflasi keseluruhan 0,21 persen.

"Komoditas yang dominan adalah cabai rawit dengan andil 0,08 persen, ikan segar 0,04 persen, lalu kenaikan harga tempe memberi andil inflasi 0,03 persen dan tahu mentah 0,02 persen," kata Suhariyanto.

 
Beras paling penting. Kita berharap 2021 tetap stabil.
SUHARIYANTO, Kepala BPS
 

Kepala BPS menyampaikan, inflasi tempe dan tahu disebabkan kenaikan harga kedelai impor yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Kenaikan harga kedelai secara langsung mendongkrak kenaikan biaya produksi tempe dan tahu. Menurut dia, permintaan terhadap dua komoditas makanan itu stabil tinggi. Namun, kenaikan harga kedelai juga tinggi sehingga memicu terjadi inflasi.

BPS menyatakan, situasi harga beras pada kuartal I 2020 diperkirakan akan stabil. Stabilitas harga beras diketahui terjaga dalam dua tahun terakhir. Namun, BPS meminta pemerintah untuk menjaga ketat stabilitas harga dan pasokan di masa pandemi Covid-19.

"Beras paling penting. Ini sudah dua tahun stabil pergerakannya dan tidak memberikan pengaruh ke inflasi. Kita berharap 2021 tetap stabil," kata Suhariyanto.

Ia mengatakan, hal yang perlu diwaspadai adalah potensi banjir maupun bencana banjir yang sudah terjadi di sejumlah daerah. Hal itu tentu akan berdampak pada produksi beras jika banjir menggenangi area persawahan.

photo
Calon pembeli berbelanja di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/2). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2021 sebesar 0,26 persen, lebih lambat dibandingkan Desember 2020 yang sebesar 0,45 persen maupun Januari 2020 yang sebesar 0,39 persen. - (MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO)

Selain itu, dampak pandemi Covid-19 masih membayangi perekonomian. Meski terdapat kenaikan harga-harga pangan, laju inflasi secara umum mengalami perlambatan. Itu terlihat dari data Januari 2021 yang memiliki inflasi hanya 0,26 persen, lebih rendah dari Januari 2020 yang sebesar 0,39 persen maupun Desember 2020 yang mencapai 0,45 persen.

Begitu pula dengan angka inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,55 persen. Dibandingkan inflasi tahun ke tahun pada Januari 2020, inflasi tersebut lebih rendah karena pada Januari 2019 mencapai 2,68 persen.

"Itu menunjukkan sisi permintaan masih sangat lemah dan tentunya ini berpengaruh ke konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu kita harus kerja sama untuk pulihkan Indonesia," kata Suhariyanto.

Ekonom Center for Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, tren inflasi pada 2021 berpeluang lebih tinggi dari tahun lalu yang mencatat rekor terendah. Pasalnya, permintaan konsumen diyakini membaik pada tahun ini setelah tertekan hampir satu tahun akibat pandemi Covid-19.

Ia mengatakan, kenaikan inflasi diyakini meningkat karena adanya peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Seperti misalnya pada kelompok bahan pangan yang tahun lalu mengalami penurunan permintaan akibat banyak pembatasan aktivitas sosial.

Kenaikan harga saat ini yang dipicu oleh faktor cuaca dan bencana banjir di sejumlah daerah, merupakan faktor musiman. "Ini seasonal saja karena awal-awal tahun, saya pun tidak yakin masalah ini akan sepanjang tahun," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat