Petugas mendampingi tenaga kesehatan yang tak bisa bertugas karena positif Covid-19 di RSDC Wisma Atlet, Jakarta, Selasa (26/1). | Republika/Putra M. Akbar

Kabar Utama

Keterbatasan Nakes Mulai Berdampak

Nakes makin kewalahan dengan lonjakan kasus penularan Covid-19.

DEPOK -- Terus melonjaknya kasus penularan Covid-19 tak hanya membuat penuh fasilitas-fasilitas kesehatan. Tenaga medis juga makin kewalahan dengan lonjakan kasus dan penularan serta kematian di kalangan mereka.

Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, Jawa Barat, misalnya, pasien membeludak karena hampir setiap harinya bertambah ratusan orang. Selain kekurangan tempat tidur dan ruang ICU pasien Covid-19, rumah sakit tersebut juga kekurangan tenaga medis perawat.

"Penyebabnya banyak perawat juga yang kelelahan dan jatuh sakit. Saat ini, seorang perawat menangani tujuh pasien Covid-19 sekaligus," ujar Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori, di RSUD Kota Depok, Rabu (27/1).

Devi berharap pihaknya segera mendapatkan tambahan tenaga perawat. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari relaksasi aturan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa dalam kondisi Indonesia kekurangan perawat saat ini. Perawat yang belum memiliki STR (surat tanda registrasi) pun dapat langsung diberdayakan.

"Saat ini sedang dijajaki menggunakan tenaga para siswa sekolah perawat. Ada 20 atau 25 calon perawat. Nanti kami maksimalkan," ungkapnya

Pihaknya, kata Devi, akan menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah perawat agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan tambahan di RSUD Kota Depok. "Intinya mencari SDM ke sekolah-sekolah perawat," ungkapnya.

Menurut Devi, dengan penambahan perawat tentu dapat memaksimalkan kapasitas hingga 145 tempat tidur isolasi bagi pasien Covid-19. Selain itu, RSUD juga bisa berupaya menggenjot kapasitas pelayanan pasien Covid-19.

Salah satu targetnya, kata dia, yakni menambah tiga ruang ICU khusus pasien Covid-19. "Saat ini, ICU-nya masih enam. Awalnya, ICU ada dua, naik jadi empat, naik lagi jadi enam, ini mau naik lagi jadi sembilan," kata Devi menjelaskan.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC) Kota Depok melaporkan, pada Selasa (26/1), pasien positif Covid-19 bertambah 389 orang. Jadi, total pasien positif Covid-19 sebanyak 25.185 orang. Untuk pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia, bertambah sembilan orang. Total korban meninggal dunia menjadi 553 orang atau 2,20 persen.

photo
Tenaga kesehatan saat beristirahat di RSDC Wisma Atlet, Jakarta, Selasa (26/1/2021). - (Republika/Putra M. Akbar)

Di tengah keterbatasan tenaga kesehatan (nakes) tersebut, Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) kembali melaporkan jumlah tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19 selama pandemi di Indonesia. Sejak 2 Maret hingga 27 Januari 2021, sebanyak 647 tenaga kesehatan meninggal.

"Dari 647 tenaga kesehatan meninggal dunia, 289 di antaranya merupakan dokter. Sementara itu, 27 orang merupakan dokter gigi, 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker, dan 15 tenaga laboratorium medik," ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (28/1).

Dia mengungkapkan, para dokter yang wafat terdiri atas 161 dokter umum (empat guru besar), 123 dokter spesialis (12 guru besar), serta lima residen, yang keseluruhannya berasal dari 26 IDI wilayah (provinsi) dan 116 IDI cabang (kota/kabupaten).

Ratusan tenaga kesehatan meninggal dunia akibat Covid-19 ini tersebar pada 30 provinsi. Jumlah terbanyak di Jawa Timur dengan 56 dokter, 6 dokter gigi, 89 perawat, 4 tenaga lab medic, dan 33 bidan yang gugur. Selanjutnya, DKI Jakarta dengan 43 dokter, 10 dokter gigi, 25 perawat, 2 apoteker, 3 tenaga lab medic, dan 7 bidan meninggal.

Sementara di Jawa Tengah, 41 dokter, 2 dokter gigi, 27 perawat, 3 tenaga lab medic, dan 2 bidan meninggal. Di Jawa Barat, 33 dokter, 4 dokter gigi, 27 perawat, 6 apoteker, serta satu tenaga lab medik dan 13 bidan gugur. Di Sumatra Utara, 26 dokter, satu dokter gigi, 3 perawat, dan 9 bidan meninggal. Kemudian di Sulawesi Selata, 18 dokter, 7 perawat, dan 4 bidan meninggal.

"DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait dua perawat. Serta satu dokter masih dalam konfirmasi verifikasi," kata Adib Khumaidi.

Banyaknya tenaga medis yang gugur membuat IDI menyebut Indonesia saat ini secara persentase kematian nakes menduduki posisi tertinggi di Asia dan tiga besar di dunia. "Kalau di dunia dengan persentase kematian nakes dengan kematian di Indonesia kita di tiga besar, kalau secara jumlah, di kita memang di 10 besar," kata dia.

Sementara itu, RSUP Dr Sardjito mencatatkan Rekor Muri atas jumlah vaksinasi terbanyak, kemarin. Rekor ini tercatat setelah pelaksanaan vaksinasi kepada 3.300 sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang dilaksanakan di GSP Universitas Gadjah Mada (UGM).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, vaksinasi harus cepat untuk mengejar kekebalan komunal. Dalam setahun, harus sudah divaksinasi 70 persen dari populasi atau sekitar 181 juta orang atau 363 juta suntikan.

"Jadi, kalau 365 hari 363 juta suntikan, artinya satu hari satu juta, itu rata-rata. Kalau kita mulainya dari nol supaya rata-rata satu juta, mungkin harus dua juta per hari kapasitasnya," ujar Budi di GSP UGM, Kamis (28/1).

Ia menekankan, harus dicari terobosan agar pelaksanaan vaksinasi bisa lebih dari satu juta per hari. Ia menegaskan, demi mewujudkan itu kata kuncinya cuma satu, yaitu kerja sama.

Budi mengingatkan, dari vaksinasi di Yogyakarta itu, harus ada pelajaran yang diambil agar bisa diperbaiki ke depannya. Misal, jumlah penyuntik dan jumlah pemindai tidak boleh sama, dibagi per tempat tidur, serta tiap tempat tidur diberi stiker waktu.

"Mungkin nanti dibuat standar, screener (pemindai) berapa menit, suntik berapa menit, jadi kita benar-benar bisa hitung berapa kapasitas yang dibutuhkan secara lebih tepat," ujar Budi.

Kemudian, harus dihitung berapa luas ruang tunggu, ruang antrean, dan ruang usai suntikan. Jadi, ketika memilih tempat, bisa diketahui kebutuhannya sehingga ketika dilakukan pelaksanaan tidak menimbulkan suasana berdesakan.

Setelah ini, Budi berharap Yogyakarta dapat pula mengeluarkan semacam SOP pelaksanaan vaksinasi. Dengan demikian, SOP itu bisa direplikasi tidak cuma untuk provinsi-provinsi lain, termasuk di tempat-tempat lain di Yogyakarta. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat