Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan sosialisasi penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat Operasi Yustisi di Pasar Nusukan, Solo, Jawa Tengah, Senin (11/1). | ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Nasional

'Sosialisasi dan Edukasi Prokes Harus Konsisten'

Edukasi prokes dinilai penting mengingat penularan virus Covid-19 masih tinggi.

JAKARTA -- Pemerintah diminta konsisten melanjutkan edukasi mengenai protokol kesehatan (prokes) dan Covid-19. Edukasi prokes memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M) dinilai penting mengingat penularan virus korona di Indonesia masih tinggi.

"Untuk pemangku kepentingan tentunya konsisten. Apa yang sudah baik, maka lanjutkan. Itu (edukasi dan sosialisasi) harus konsisten sebab masyarakat juga melihatnya," ujar Guru Besar Antropologi (Purna Bakti) Universitas Indonesia Yunita T Winarto saat mengisi konferensi virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (28/1).

Menurut dia, kalau pemerintah tidak konsisten dalam sosialisasi dan edukasi, ia khawatir masyarakat menjadi bimbang. Ia meminta edukasi prokes 3M terus ditegakkan. Bahkan, pemerintah harus mendampingi dan memonitor apa yang terjadi di masyarakat. "Kalau tidak terjadi perubahan perilaku, ini mengapa, apa sebabnya?" kata dia.

Ia juga mengimbau seluruh masyarakat ikut bersama-sama menerapkan prokes. Ia mengajak semua pihak mengupayakan situasi pascapandemi yang lebih aman dan tidak menakutkan.

Penularan Covid-19 di Indonesia masih tinggi. Jumlah kasus positif baru per Kamis (28/1) masih konsisten di angka lebih dari 10 ribu kasus, yaitu 13.695 positif baru. Total kasus Covid-19 pun telah mencapai 1.037.993. Namun, kesadaran masyarakat untuk menerapkan prokes 3M justru makin rendah.

Pakar keselamatan dan kesehatan kerja/promosi kesehatan di tempat kerja, L Meily Kurniawidjaja, mengatakan, jika masyarakat tidak tahu bahaya Covid-19 dan tidak menerapkan prokes 3M, sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran harus terus dilakukan.

Edukasi juga harus dilakukan dengan benar. "Selain itu, kita visualisasi (pemetaan) apa yang salah kalau ada (penularan virus) di hotel, pasar, bioskop, sekolah, rumah sakit," ujarnya.

Meily berterima kasih pada pemangku kepentingan dan pemerintah yang menggandeng masyarakat untuk memerangi virus bersama-sama. Namun, dia meminta penegakan hukum harus dilakukan pada masyarakat yang cuek. Meily percaya jumlah masyarakat yang acuh tak acuh terhadap pandemi ini tidak terlalu banyak.

Masyarakat, kata Meily, harus tahu betul pandemi ini masih panjang. "Kita tidak bisa hanya menuduh pemerintah. Kalau kita tidak terlibat, dampaknya langsung terjadi pada kita sendiri karena bisa kehilangan terlalu banyak orang yang kita sayangi. Jadi, marilah kita bersama-sama (terlibat)," ujarnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat penyuntikan vaksin kedua pada Rabu (27/1) juga meminta masyarakat tidak lengah menjalankan protokol kesehatan. Pemerintah menargetkan vaksinasi untuk masyarakat umum dimulai pertengahan Februari 2021.

Vaksinasi, Jokowi menyebut, bukan upaya final memutus rantai penularan Covid-19. Seusai divaksin, masyarakat tetap harus menaati prokes 3M secara disiplin. "Ini penting karena kuncinya ada di situ. Selain vaksinasi, kunci yang kedua adalah menjaga protokol kesehatan, menghindari kerumunan, kurangi mobilitas ke mana-mana. Saya kira itu," ujar Jokowi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat