Dengan memilih zuhud, seorang Muslim kian menyadari bahwa kehidupan yang sejati berada di negeri akhirat. Karena itu, dirinya akan menjalani kehidupan di dunia ini sebagai ladang amalan | DOK PIXABAY

Khazanah

Anjuran Zuhud Terhadap Dunia

Muslim yang berwatak zuhud akan selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.

OLEH HASANUL RIZQA

Zuhud berarti tidak berhasrat pada hal-hal yang dibolehkan meskipun mampu mendapatkannya. Kalau seseorang memang tidak mampu memperoleh sesuatu mubah yang diinginkannya, maka itu tidak dikategorikan sebagai zuhud.

Demikian pula, kerahiban (rahbaniyah) tidak termasuk zuhud karena penundukan nafsu diri sendiri yang dilakukan seseorang tidak memberikan manfaat bagi umat. Bahkan, rahbaniyah dilarang oleh Islam.

Seorang Muslim yang berwatak zuhud akan selalu mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri. Ia rela hidup sederhana, tidak silau oleh kemewahan duniawi.

Meneladan Nabi

Nabi Muhammad SAW adalah puncak kezuhudan. Rasulullah SAW bisa saja menjadi seorang yang kaya raya, tetapi beliau memilih hidup bersahaja. Sebagai contoh, pernah dirinya menerima dinar dalam jumlah sangat banyak. Semuanya dibagikan kepada fakir miskin sehingga tersisa hanya enam dinar untuk istrinya.

Namun, beliau tak bisa tidur karena itu. Maka disuruhnya agar enam dinar tersebut diberikan kepada orang lain. Barulah sesudah itu beliau dapat memejamkan mata.

Nabi SAW mendidik para pengikutnya agar bersikap zuhud, tidak tunduk pada memperturutkan hawa nafsu. Karena itu, mereka mengutamakan kepentingan umum daripada diri sendiri. Sifat demikian hendaknya diteladani pula oleh kaum Muslimin kini.

photo
Rasulullah Muhammad SAW merupakan teladan paripurna dalam hal zuhud. - (DOK PIXABAY)

Prioritas Akhirat

“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS al-An’am: 32).

Orang yang memilih jalan zuhud akan cenderung mengutamakan urusan ukhrawi ketimbang duniawi. Ia selalu menyadari, kehidupannya di dunia akan berujung pada kematian. Karena itu, prioritasnya menjadikan jatah usia sebagai ladang amal sebelum ajal menjemput.  

Zuhud tidak berarti antidunia atau membiarkan diri jatuh dalam kesengsaraan. “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia” (QS al-Qashash: 77).

Dengan demikian, seorang Muslim harus terus berikhtiar dengan seluruh daya dan potensi yang ada di jalan yang baik. Namun, jangan pernah melupakan bahwa fokus utamanya adalah demi meraih ridha Illahi.

photo
Rasulullah SAW menganjurkan kita agar zuhud terhadap dunia. Itu agar diri kita dicintai Allah SWT. - (DOK WIKIPEDIA)

Raih Cinta Allah

Dari Sahl bin Sa'd, ia berkata, “Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amal yang bila kuamalkan, niscaya Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku.’ Maka, beliau bersabda, ‘Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah mencintaimu, dan berzuhudlah dari apa-apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia mencintaimu’” (HR Ibnu Majah).

Rasulullah SAW bersabda, “Zuhud adalah mencintai sesuatu yang dicintai Allah dan membenci sesuatu yang dibenci Allah. Meninggalkan harta yang halal sebagaimana meninggalkan harta yang haram. Sebab, yang halal pasti akan dihisab, sedangkan yang haram pasti akan membuahkan siksa. Menyayangi sesama orang Islam sebagaimana menyayangi diri sendiri. Memelihara diri dari ucapan yang tidak bermanfaat sebagaimana memelihara diri dari ucapan yang haram.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat