Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Relasi Takwa dan Kaya

Dari sini, relasi takwa dan kaya sangat erat dan ada kausalitasnya.

Oleh ABDUL MUID BADRUN

OLEH ABDUL MUID BADRUN

Banyak sekali keistimewaan yang diberikan kepada mereka, pribadi-pribadi takwa dan dijelaskan dalam Alquran. Salah satu firman-Nya, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya." (QS at-Thalaq: 2-3).

Mari kita cermati makna dan hakikat ayat di atas. Luar biasa sekali ayat ini karena memberikan garansi bagi mereka yang termasuk kategori orang-orang bertakwa (muttaqun). Garansi itu berupa jaminan kemudahan hidup dan kekayaan materi. Bukankah, dua hal ini yang kita semua cari-cari dalam hidup ini, dari zaman dulu hingga sekarang? Namun, mengapa banyak sekali orang tidak mendapatkannya. Banyak sekali orang sulit meraihnya.

Kalau kita membaca Alquran dan Hadis, banyak sekali definisi dan pengertian tentang takwa. Mulai dari menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, beriman dan menafkahkan sebagian rezekinya, dan masih banyak lagi definisi lainnya. Namun, saya menggarisbawahi definisi takwa adalah orang yang takut berbuat dosa. Karena, kata Imam Al-Ghazali, yang mudah dan ringan itu dosa; yang sulit dan berat itu amanah; yang dekat itu kematian; dan yang cepat itu waktu.

Dari sini jelas, dosa itu sangat mudah dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Tidak mengenal status sosial, jabatan, kedudukan, jenis kelamin dan keturunan. Dosa-dosa inilah yang seringkali ada dalam keseharian kita dalam beraktivitas di rumah maupun di kantor dari zaman dulu hingga sekarang. Sehingga, menghindari dosa merupakan jihad tersendiri di era milenial ini.

Karena mudah dan ringan, maka barangsiapa yang mampu mengendalikannya dalam hal apapun dan di manapun maka ia sudah menjadi pribadi takwa. Kita bisa lihat gambaran di sekitar kita. Banyak sekali orang mudah berbuat dosa. Mulai dari dosa skala kecil, sedang sampai dosa-dosa besar seperti korupsi, dusta, syirik, membunuh dan sejenisnya. Inilah yang mestinya dihindari agar rahmat-Nya bersama kita.

Karena orang yang terbiasa berbuat kotor dan ada di lingkungan kotor, bau busuk pun tidak tercium. Berbeda dengan orang yang terbiasa hidup bersih (berbuat baik), ada kotoran sedikit saja sudah merasa kotor sekali.

Oleh karenanya, untuk bisa meraih kemudahan hidup dan jaminan kaya hanya satu resepnya yaitu hati-hati berbuat dosa. Atau dalam bahasa lain saya sebut “JBD (Jangan Buat Dosa) Principle” atau prinsip jangan buat dosa.

Mudahkah? Tentu tidak mudah, karena perlu rem yang pakem. Rem pakem ini bisa dirawat dengan puasa baik puasa wajib maupun puasa-puasa sunnah seperti puasa senin-kamis, puasa tengah bulan dan lainnya. Karena dengan puasa inilah “self reminder” paling kuat agar tidak (menghindari) berbuat dosa.

Dari sini, relasi takwa dan kaya sangat erat dan ada kausalitasnya (hukum sebab-akibat). Makin takwa, tentu akan makin kaya. Jangan sampai terbalik, kaya dulu baru takwa.

Orang yang hati-hati berbuat dosa itu mustahil miskin, mustahil sengsara, dan mustahil menderita. Kalau toh terjadi, itu hanya tangga sementara menuju kaya yang sebenarnya. Maka, perlu sabar untuk meraihnya. Di era pandemi ini, mari tingkatkan takwa dengan tidak berbuat dosa agar mudah hidup kita dan kaya akibatnya.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat