AI | Republika

Inovasi

Robot tak akan Bisa Gantikan Manusia

Banyak manfaat yang bisa didapatkan masyarakat dengan adanya AI.

Pada 2017, nama Sophia Robot menjadi salah satu tema yang banyak dibicarakan. Saat itu, Sophia mendapat status warga negara dari Pemerintah Arab Saudi.


Pada Senin (16/9), Sophia yang juga digelari predikat sebagai robot tercerdas di dunia hadir di Jakarta untuk berinteraksi dalam dialog internasional bertema "Memanfaatkan Teknologi Termu takhir Melalui Pendesainan Ulang Arsitektur Nasional, Regional, dan Global".


Dalam penampilan perdananya di Jakarta, Sophia tampil mengenakan kebaya merah muda dan selendang berwarna senada, karya Didiet Maulana, Creative Director of Ikat Indonesia.


Sophia pun sempat menyampaikan kebanggaannya menggunakan kebaya. Saya harap bisa memakai pakaian ini setiap hari karena saya diberi tahu kebaya memiliki makna khusus bukan hanya sekadar kecantikan, melainkan juga inner strenght, ujarnya.


Sophia tampil sepanggung bersama mantan menteri perdagangan Mari Elka Pangestu. Keduanya pun berinteraksi dengan bahasa Inggris.Ada sekitar 20 pertanyaan yang dilontarkan Mari kepada Sophia. Sang robot pun tak lupa menjawab pertanyaan dari para audiens.


Dalam diskusi tersebut Sophia menjelaskan, terlepas dari kekhawatiran banyak pihak selama ini, sebenarnya robot tidak akan bisa menggantikan manusia. Menurut dia, keberadaan robot hanya bisa membantu meringankan tugas manusia.


Sophia pun menjawab pernyataan ini karena banyak masyakat yang khawatir lapangan pekerjaan akan makin berkurang karena adanya robot.Lebih lanjut, ia mengatakan, ada berbagai kualitas manusia yang tak akan mungkin bisa dimiliki robot, seperti empati, inspirasi, dan kreativitas.Menjadi CEO atau guru menuntut kamu harus bisa memahami perasaan orang lain. Sedangkan, robot hanya jago mengolah angka dan melakukan pekerjaan yang berulang, ujarnya.


Saat ditanya apakah Sophia lebih pintar dari manusia, ia mengatakan kapasitas ingatannya lebih baik dari manusia. Namun, hal ini tidak membuatnya lebih pintar dari orang lain.


Apa yang ada di dalam Sophia adalah artificial intelligence (kecerdasan buatan). Otak saya dibuat setelah ada otak manusia. Otak manusia jauh berbeda dalam banyak hal. Jadi, kita memang harus bekerja sama, bukan berkompetisi, kata dia.


Mari Elka Pangestu mengatakan, tujuan dihadirkannya Sophia adalah agar masyarakat tidak takut dengan AI. Banyak manfaat yang akan di dapatkan masyarakat dengan adanya AI. AI ada bukan untuk menggantikan manusia, melainkan untuk membantu dalam banyak hal, ujarnya.

photoRepublika


Agar semua orang bisa menikmati keuntungan globalisasi, kata dia, semua pihak harus bekerja sama dan memastikan semua orang bisa mempunyai akses terhadap pendidikan, teknologi, dan internet. Dengan demikian, setiap inovasi dapat dinikmati oleh semua orang secara merata.


Selain itu, pada masa depan dunia tak hanya membutuhkan enginerdan programmer.Dunia juga membutuhkan orang yang mempunyai keterampilan lain seperti kreativitas. Kita butuh seniman dan penulis, ujarnya.


Sophia adalah robot buatan Hanson Robotics, perusahaan teknologi di Hong Kong. Ia mampu mengenali wajah seseorang dan hampir bisa berinteraksi dengan manusia.


Meski ia telah mendapat status warga negara, Sophia mengaku belum mendapat paspor sebagai tanda resmi warga negara. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menggelar dialog internasional bertema teknologi dan dampaknya ke masyarakat, ekonomi, dan negara. (ed:setyanavidita livikacansera)



Terinspirasi Audrey Hepburn
Sophia pertama kali diaktifkan pada 19 April 2015. Dikutip dari TechCrunch, penampilannya terinspirasi dari aktris Audrey Hepburn.


Menurut orang yang merancangnya, David Hanson, Sophia memiliki kemampuan meniru gerak tubuh manusia dan ekspresi wajah serta mampu menjawab pertanyaan tertentu.Termasuk melakukan percakapan sederhana mengenai topik yang telah ditentukan sebelumnya.


Robot ini menggunakan teknologi pengenalan suara dari Alphabet Inc yang merupakan perusahaan induk Google dan dirancang untuk menjadi lebih pintar dari waktu ke waktu. Hanson merancang Sophia untuk menjadi teman yang cocok bagi para orang tua di panti jompo atau untuk membantu orang pada acara besar atau kegiatan di taman. (ed:setyanavidita livikacansera)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat