Personel kepolisian mengatur arus lalu lintas saat banjir di jalur Pantura Kedungkelor, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (14/1). | ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Tajuk

Mencermati Calon Kapolri Baru

Sosok polisi sipil yang diidam-idamkan publik ini kerap tertutup oleh aksi aparat yang mencoreng korpsnya sendiri.

Presiden Joko Widodo pekan lalu, mengumumkan nama calon tunggal kepala Polri yang baru. Komjen Listyo Sigit Prabowo, yang saat ini menjabat kepala Bareskrim Mabes Polri, diusung untuk menggantikan Jenderal Idham Aziz, yang pensiun akhir bulan ini. Dari pengumuman calon tunggal kapolri itu, Presiden juga mengirim surat ke DPR agar wakil rakyat melakukan uji publik terhadap Komjen Listyo.

Uji publik itu rencananya berlangsung Rabu (20/1). Kemarin, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang diketuai oleh Menko Polhukam Mahfud MD menyambangi Kompleks Parlemen Senayan. Rombongan Kompolnas mengadakan rapat tertutup dengan Komisi III DPR. Tema utama rapat tersebut tentu saja pemilihan kapolri, termasuk jalannya agenda Rabu.

Dari opini yang berkembang di publik, termasuk di media sosial, sejauh ini tidak ada gejolak terkait pencalonan Komjen Listyo Sigit Prabowo. Apakah itu terkait angkatan, rekam jejak, karier, prestasi, 'kedekatan' politik, sampai dengan soal agama yang bersangkutan. 

 
Dari opini yang berkembang di publik, termasuk di media sosial, sejauh ini tidak ada gejolak terkait pencalonan Komjen Listyo Sigit Prabowo.
 
 

Secara kemampuan kepolisian, Komjen Listyo Sigit Prabowo, dianggap sosok yang mumpuni. Bahkan, Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi yang kita kenal selalu kritis, menilai sosok Komjen Listyo sebagai polisi yang reformis. Sehingga bisalah kita berandai-andai uji publik oleh Komisi Hukum DPR pada lusa akan berjalan mulus bagi Listyo. 

Namun kenyataannya, Komjen Listyo akan memimpin sebuah institusi penegak hukum yang masih perlu perbaikan di sana-sini. Kita tentu berharap Komjen Listyo memahami situasi internal ini. Reformasi di tubuh besar Polri bukan sudah selesai. Tapi tengah berjalan, terus bergulir, di tengah banyak persoalan internal korps tersebut.

Karena itu pertama-tama, publik akan melihat, apakah naiknya Komjen Listyo ke kursi Trunojoyo 1 tentu bisa membawa perubahan lebih besar lagi ke dalam tubuh Polri. Yang terlihat dengan bagaimana sikap aparat polisi di lapangan nanti. Kita yakin internal polisi sendiri sudah tahu apa sebetulnya harapan publik terhadap polisi sipil. 

Paling tidak kita bisa memilah ada dua permasalahan utama yang harus dibereskan kapolri baru ini. Pertama, dan ini masalah klasik, adalah citra polisi di bawah. Ini terkait aparat yang benar-benar berhubungan dengan masyarakat. Aparat-aparat yang bertugas di pos polisi, di polsek, sampai dengan aparat yang bertugas saat terjadi huru-hara atau aksi demonstrasi. 

 
Pada kenyataannya, ini permasalahan kedua, sosok polisi sipil yang diidam-idamkan publik ini kerap tertutup oleh aksi-aksi aparat, yang mencoreng korpsnya sendiri. 
 
 

Publik terus mengharapkan sosok polisi ideal, yang hadir untuk menyelesaikan masalah, bukan malah menambah masalah yang membuat masyarakat enggan ke kantor polisi. Sejumlah kebijakan kapolri sebelumnya terkait polisi sipil sudah berjalan cukup baik. Pendekatan pendekatan humanis, tegas, kadang humoris kita bisa rasakan. 

Polisi menjalin kerja sama dengan televisi swasta untuk menyiarkan, bagaimana aparat sehari-hari berjibaku mengejar kriminal di lingkungan masyarakat. Atau kisah-kisah humanis heroik polisi di perbatasan, terutama di daerah terpencil yang bertugas tanpa pamrih. Bukan lagi sebagai aparat penegak hukum, melainkan juga guru, guru ngaji, petani, dan lain sebagainya.

Pada kenyataannya, ini permasalahan kedua, sosok polisi sipil yang diidam-idamkan publik ini kerap tertutup oleh aksi-aksi aparat, yang mencoreng korpsnya sendiri. Apakah itu kekerasan terhadap warga sipil, salah tembak, main pukul, menerima suap, memihak kepada kelompok tertentu, tidak imparsial, penembakan melanggar HAM, ataupun banyak kasus lainnya. Beberapa tahun terakhir, kita melihat kekerasan-kekerasan ini makin dekat dan mendominasi. 

Kasus-kasus seperti yang terkini, penembakan laskar FPI di dalam mobil, penembakan mahasiswa yang berdemonstrasi, pemukulan terhadap warga berunjuk rasa, polisi yang lepas kontrol saat menangani kerumunan warga, polisi yang gampang main emosi, dan seterusnya dan seterusnya. 

Ke depan, tentu kita ingin peristiwa semacam ini makin berkurang. Polisi menunjukkan diri bukan sebagai sekadar berwajah garang, melainkan sosok yang teduh dan membantu masyarakat. Inilah pekerjaan utama reformasi Polri yang harus dituntaskan Komjen Listyo. Masyarakat akan menilai sendiri bagaimana hasilnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat