Didin Hafidudin | Daan Yahya | Republika

Refleksi

Menguatkan Kepribadian Muslim 

Menguatkan kepribadian Muslim sebagai mayoritas bangsa merupakan keniscayaan sekaligus kebutuhan.

Oleh PROF KH DIDIN HAFIDHUDDIN

OLEH PROF KH DIDIN HAFIDHUDDIN

Sebagaimana telah kita rasakan bersama bahwa pada saat ini bangsa dan negara, dan terlebih lagi umat Islam, sedang dihadapkan pada berbagai persoalan berat dan kompleks. Persoalan ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, bahkan juga persoalan kesatuan dan persatuan.

Karena itu, penguatan kepribadian muslim sebagai mayoritas bangsa (syakhsiyyah islamiyyah) merupakan suatu keniscayaan sekaligus kebutuhan. Dari realitas kehidupan nyata, kita pun disadarkan bahwa setiap manusia (pribadi, keluarga, kelompok, institusi, maupun negara) dapat membuat prediksi dan rencana serta analisis tentang masa depan yang akan terjadi, tetapi tidak bisa memastikannya.

Pengalaman pademi Covid-19 merupakan bukti nyata dari ketidakpastian itu. 

Perhatikan QS Al Kahfi [18] ayat 23 dan 24. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah sekali-kali engkau mengatakan: Sungguh aku benar-benar pasti melaksanakan hal itu besok hari (23). Kecuali dengan mengatakan: Insya Allah (jika Allah menghendaki). Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau lupa. Dan ucapkanlah: Semoga Rabbku akan memberikan bimbingan kepada yang lebih dekat untukku dari petunjuk (24).” 

 
Istiqamah yang akan mengundang pertolongan Allah SWT melalui para malaikat-Nya. 
 
 

Juga firman-Nya tentang lima kunci ghaib seperti termaktub dalam QS Lukman [31] ayat 34 yang artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan penguatan kepribadian Muslim ini, antara lain, sebagai berikut. Pertama, tetap istiqamah dalam iman dan amal saleh. Istiqamah yang akan mengundang pertolongan Allah SWT melalui para malaikat-Nya.

Firman Allah dalam QS Fushshilat [41] ayat 30 sampai dengan 32 berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu (30)'. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta (31). Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (32).”

Kedua, harus terus menerus menguatkan azimah dan keyakinan, tidak boleh berputus asa ketika menghadapi godaan dan tantangan. Harus menjadi keyakinan orang yang beriman bahwa godaan, tantangan, dan kesulitan akan selalu hadir dalam kehidupan.

Firman Allah dalam QS. Yusuf [12] ayat 87 berbunyi, “Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” Juga QS al-Insyirah [94] ayat 6 dan 7 yang artinya, “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (7).”

 
Kelima, kita terus-menerus membangun semangat untuk selalu berjamaah dalam ibadah maupun muamalah. 
 
 

Ketiga, harus menjadi pribadi yang saleh secara pribadi, jujur, dan bertanggung jawab sekaligus menjadi Muslih (مصلح) menjadi pelopor untuk memperbaiki keadaan, melaksanakan amar makruf nahyi munkar. Perhatikan firman-Nya dalam QS an-Nahl [16] ayat 97, QS. Ali Imran [3] ayat 104, QS Lukman [31] ayat 17 dan QS Huud [11] ayat 117.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl [16]: 97).

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104).

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS.  Lukman [31]: 17).

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Hud [11]: 117).

 
Mudah-mudahan dengan penguatan kepribadian Muslim kita akan tetap mampu mempersembahkan yang terbaik bagi agama, umat, dan bangsa.
 
 

Keempat, harus terus menerus menguatkan etos kerja dan etika kerja sesuai bidang kerja masing-masing. Perhatikan firman-Nya dalam QS al-Isra [17] ayat 84, QS at-Taubah [9] ayat 105 dan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. 

“Katakanlah: 'Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing'. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS al-Isra’ [17]: 84). 

“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah [9]: 105).

“Telah menceritakan kepada kami (Musaddad) telah menceritakan kepada kami (Mu'tamir) dia berkata; saya mendengar (Ayahku) dia berkata; saya mendengar (Anas bin Malik) radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu 'alahi wasallam selalu mengucapkan: 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, pengecut, kekikiran dan kepikunan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian'.” (HR Bukhari).

Kelima, kita terus-menerus membangun semangat untuk selalu berjamaah dalam ibadah maupun muamalah. Saling membantu dalam bekerja, saling mengisi, berkolaborasi, saling mendukung dalam kebaikan dan takwa. Terus membangun networking dalam berbagai bidang.

Firman Allah dalam QS at-Taubah [9] ayat 71 berbunyi, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Mudah-mudahan dengan penguatan kepribadian Muslim kita akan tetap mampu mempersembahkan yang terbaik bagi agama, umat, dan bangsa yang kita cintai ini meskipun berhadapan dengan berbagai persoalan yang berat dan kompleks. Wallahu a‘lamu bi ash-shawab.     

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat