Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Buktikan Iman dengan Akhlak

Alat ukur iman seseorang telah eksis di dalam dapat dilihat pada akhlak diri sendiri.

Oleh IMAM NAWAWI

OLEH IMAM NAWAWI

Betapa banyak orang mengira bahwa beriman, berislam, itu cukup dibuktikan dengan syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Tentu tidak salah, tapi itu belum memadai.

Dari Abi Dzar Al-Ghiffari sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam agar berakhlak yang baik kepada sesama manusia, bertakwa kepada Allah, dan menghapus kesalahan dengan kebaikan.

Umumnya orang memahami akhlak sama dengan budi pekerti, norma sosial, dan sopan santun. Padahal, bila ditelusuri dari asal kata akhlak itu sendiri, maknanya yang terkandung justru segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari Allah Ta'ala.

Jadi, akhlak adalah ketentuan sikap, perilaku dan respons yang harus ada dalam diri seorang Muslim sebagai bukti bahwa dirinya benar-benar beriman kepada Allah Ta'ala sebagai pencipta (Al-Khaliq).

Dalam pergaulan sehari-hari, Rasulullah meneladankan akhlakul karimah berupa seringnya beliau tersenyum kepada sesama. Abdullah bin Harits bin Juzu berkata, "Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah SAW." (HR Tirmidzi).

Kemudian Ibn Abi Aufa meriwayatkan, "Rasulullah SAW itu banyak berdzikir dan sedikit mengutuk; memperpanjang shalat dan mempersingkat khutbah. Beliau tidak memandang rendah siapapun, juga tidak gengsi untuk berjalan bersama janda atau pun orang melarat dalam rangka memenuhi keperluannya." (HR An-Nasa'i).

Bahkan, terhadap pembantunya, Nabi selalu memuliakannya. Hal ini diungkap oleh Anas bin Malik. Ia berkata, "Aku telah melayani Rasulullah SAW selama bertahun-tahun, beliau sama sekali tidak pernah mencelaku, tidak pernah memukulku, tidak pernah menghardikku, dan tidak pernah cemberut kepadaku.

Apabila beliau menyuruhku dengan suatu perintah namun aku lamban dalam melaksanakannya, maka beliau tidak mencaciku atas kelambanan itu. Bahkan, jika salah seorang anggota keluarganya mencelaku maka beliau bersabda, "Biarkanlah dia! Jika sesuatu telah ditakdirkan, niscaya akan terjadi juga."

https://youtu.be/MkACTBJh0SE

Semua itu menunjukkan bahwa akhlak berarti sikap yang harus diwujudkan atas dasar iman dan komitmen mengikuti Nabi Muhammad SAW. Bukan pas cocok, emosi stabil atau apapun. Oleh karena itu, Nabi menegaskan bahwa, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR Bukhari).

Dengan demikian, alat ukur untuk mengetahui apakah syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji benar-benar telah eksis di dalam diri dapat dilihat pada akhlak diri sendiri. Jika ternyata masih mudah tersinggung, gampang sekali marah dan murka, memandang orang lemah sebagai rendahan dan karena itu bisa diperlakukan semena-mena, maka sungguh iman belum tegak dan kokoh di dalam dadanya.

Rasulullah SAW bersabda, “Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.” (HR Tirmidzi).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat