Petugas mengantre untuk mengembalikan logistik hasil Pilkada Kota Surabaya di Kantor Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/12). | Didik Suhartono/ANTARA FOTO

Nasional

Survei: Partisipasi Pilkada Meningkat

Masyarakat yang datang ke TPS, menyebut protokol kesehatan di tiap TPS dijalankan secara maksimal

JAKARTA -- Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan partisipasi pemilih yang datang ke TPS pada Pilkada 2020 sekitar 76,1 persen. Jumlah ini juga bersesuaian dengan perkiraan KPU sekitar 76 persen.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan mengatakan, jumlah ini cukup tinggi dibandingkan prediksi sebagian pihak mmengenai kekhawatiran ada penurunan tajam.

"Ini tidak terjadi, dan ada dua faktor dugaan," kata Djayadi dalam paparannya saat merilis hasil survei secara daring, Ahad (10/1).

Ia menilai, hal ini karena penyelengara pemilu dan kandidat pasangan calon maupun partai politik peserta yang terus meyakinkan masyarakat pilkada tetap aman sepanjang mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, berdasarkan pengakuan responden, masyarakat yang datang ke TPS, menyebut protokol kesehatan di tiap TPS dijalankan secara maksimal

"Mungkin salah satu faktornya adalah masyarakat masyarakat melihat kesehatan dijalankan dengan ketat sehingga Pilkada dianggap aman sehingga mereka mau berpartisipasi," ungkapnya.

Survei LSI dilakukan pada rentang 11-14 Desember 2020 dengan metodologi menggunakan telepon ke 2.000 responden yang dipilih acak. Adapun database itu diperoleh dari survei face to face bertemu langsung responden dlam berbagai survei beberapa waktu terakhir.

Survei menggunakan asumsi metode simple random sampling ukuran sampai 2000 responden memiliki toleransi kesalahan sekitar 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Anggota Dewan Pembina Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini menyebut, kekhawatiran mengenai rendahnya partisipasi pemilih pada Pilkada 2020 tidak terbukti. Justru partisipasi pemilih  Pilkada 2020 mengalami kenaikan jika dibandingkan Pilkada 2015. 

Titi juga menyatakan, partisipasi pemilih Pilkada 2020 di kisaran 76 persen mematahkan prediksi soal merosotnya partisipasi pemilih karena pandemi Covid-19. "Justru dibandingkan Pemilu 2015 ada kenaikan sekitar 7 persen, karena ini kan adalah pengulangan dari siklus tahun 2015 meski kalau dibandingkan tahun 2018 dan 2019 angkanya bisa dikatakan menurun," ungkap Titi dalam acara yang sama. 

Titi mengatakan, partisipasi pemilih yang cukup tinggi ini menunjukan kesadaran masyarakat terhadap demokrasi atau kepemiluan makin baik. Meskipun, Titi tidak memungkiri jika tetap tingginya partisipasi pemilih di Pilkada 2020 ditopang banyak faktor.

photo
Warga memperlihatkan surat suara saat petugas KPPS memberikan pelayanan jemput bola kepada warga yang sakit di kawasan Depok, Jawa Barat, Rabu (9/12). Pelayanan jemput bola tersebut dilakukan guna memenuhi hak pilih warga yang sakit dan terkena COVID-19 pada Pilkada 2020 - (Republika/Thoudy Badai)

Titi menyebut, pemerintah pada Pilkada 2020 begitu aktif menyosialisasikan kepada masyarakat untuk hadir di pilkada. Hal ini, kata Titi, belum pernah terjadi pada pilkada sebelumnya.

"Pilkada 2020, pilkada yang memperlihatkan peran dan habis-habisannya pemerintah di dalam ikut serta mensosialisasikan pemilihan, tidak pernah ada kontribusi terkait sosialisasi sebesar Pilkada 2020," ungkap Titi.

Bahkan, Titi memantau media penyiaran iklan yang ditayangkan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika jauh lebih besar daripada kontribusi penyelenggara pemilu, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, Titi menilai hal ini merupakan bagian konsekuensi Pemerintah saat memutuskan tetap menggelar Pilkada serentak di tengah pandemi Covid-19.

Pemerintah kata Titi, ingin menyelamatkan harkat keputusannya yang sudah memutuskan untuk melanjutkan pilkada di tengah situasi pandemi. "Maka emerintah sangat terlihat habis-habisan melakukan upaya untuk memastikan masyarakat itu mau pergi ke TPS dan proses pemilihan tersosialisasikan dengan maksimal," ungkapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat