Warga Cina mengenakan masker melakukan aksi mengenang dokter Li Wenliang yang meninggal pada awal-awal merebaknya Covid-19 di Wuhan pada Februari 2020. Li Wenliang sempat ditahan karena mencoba memperingatkan bahaya Covid-19.. | AP

Kabar Utama

WHO Kecewa tak Boleh ke Wuhan

Tim WHO ini bagian dari misi yang telah lama ditunggu untuk menyelidiki kasus awal Covid-19.

 

ZURICH – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan menyayangkan tindakan Pemerintah Republik Rakyat Cina yang dinilai menghalang-halangi penyelidikan tentang asal mula Covid-19 di Wuhan. Pernyataan tersebut disampaikan seiring tertahannya visa tim ahli internasional yang hendak memeriksa asal-usul virus Covid-19.

“Hari ini kami mengetahui bahwa pejabat Cina belum menyelesaikan izin yang diperlukan untuk kedatangan tim,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Rabu (6/1).

Menurut Tedros, izin masuk tersebut tak juga dikeluarkan meski ia telah mengontak sejumlah pejabat senior Cina. Ia juga mengatakan telah menjelaskan bahwa misi tersebut adalah misi prioritas WHO.

Misi tersebut akan dipimpin oleh Peter Ben Embarek, ahli penyakit hewan, dan telah datang ke Cina untuk misi pendahuluan Juli lalu. Tim yang beranggotakan 10 orang itu dijadwalkan berangkat pada awal Januari 2021 sebagai bagian dari misi yang telah lama ditunggu untuk menyelidiki kasus awal Covid-19. 

Berdasarkan informasi dari Kepala Bagian Kedaruratan WHO Mike Ryan, dua anggota tim internasional telah memulai perjalanan mereka ke Cina. Satu sekarang telah kembali dan yang lainnya sedang transit di negara ketiga. Namun, masalah izin tersebut diharapkan hanya berupa masalah logistik dan birokrasi yang mudah diselesaikan.

Menjelang perjalanan tersebut, Beijing telah berusaha membentuk narasi tentang waktu dan tempat pandemi dimulai. Hal itu santer digaungkan oleh diplomat senior Cina Wang Yi. Menurut Yi, hingga kini makin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa virus Covid-19 muncul di berbagai wilayah.

Namun, pendapat itu dibantah Ryan yang menyebut pernyataan Yi sangat spekulatif. Cina sejauh ini juga telah menepis kritik atas penanganan kasus awal yang muncul pada akhir 2019. 

Merujuk investigasi sejumlah media internasional serta laporan resmi Pemerintah RRC dan WHO, Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan pada 1 Desember 2019 mencatatkan pasien perdana dengan gejala penyakit yang kemudian dikenal dengan Covid-19. Pasien-pasien pertama penyakit baru tersebut dilaporkan tertular di pasar hewan Wuhan. 

Pada 30 Desember 2019, sejumlah dokter di Wuhan yang memperingatkan lewat media sosial soal munculnya virus baru itu ditangkap polisi. Pada 20 Januari 2020, sejumlah virolog dan dokter di Cina melaporkan potensi penularan antarmanusia dari virus baru tersebut, tetapi hal itu diabaikan otoritas kesehatan Cina.

Pemerintah RRC kemudian memberlakukan karantina wilayah di wilayah Wuhan, Xiantao, dan Chibi di Hubei. Langkah itu diambil setelah jutaan warga melakukan perjalanan mudik pada tahun baru Cina. 

photo
Tentara Cina berbaris mengenakan masker di jembatan yang berada diatas sungai Yangtze di Wuhan, Cina, Kamis (2/4/2020). Wuhan sebagai pusat penyebaran wabah virus Covid-19 telah mengizinkan orang untuk memasuki kota setelah lebih dari dua bulan pasca karantina wilayah. - (ROMAN PILIPEY/EPA-EFE)

Respons pada awal-awal pandemi itu mengundang kritik berbagai pihak. Di antara yang paling kencang adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kerap mempertanyakan tindakan Beijing selama wabah tersebut.

Washington, yang telah mengumumkan rencana untuk keluar dari WHO, telah menyerukan penyelidikan "transparan" dan mengkritik persyaratan yang menyebut para ahli Cina akan melakukan penelitian tahap pertama.

Sebaliknya, Pemerintah RRC mendesak Amerika Serikat bersikap rasional terhadap asal-usul infeksi Covid-19. Dalam pernyataan melalui Kementerian Luar Negeri Cina pada Selasa (5/1), negara itu mendesak AS melindungi kehidupan dan kesehatan rakyat mereka dengan upaya serta kerja sama internasional. 

Pernyataan Cina itu menjadi tanggapan atas komentar Wakil Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS, Matthew Pottinger, yang menuduh bahwa virus korona jenis baru berasal dari kebocoran di sebuah laboratorium di Cina. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying, hampir semua ilmuwan dan ahli pengendalian penyakit di seluruh dunia, termasuk di AS, secara terbuka menolak tuduhan bahwa virus korona jenis baru berasal dari Wuhan. 

"Karena beberapa pejabat senior AS sangat mementingkan asal virus, mengapa AS tidak mengundang ahli WHO untuk melakukan penyelidikan lapangan?" ujar Hua, dilansir china.org, Selasa (5/1).  

photo
Petugas kesehatan membantu warga melakukan isolasi di Wuhan awal 2020. - (CHINATOPIX)

Hua juga mempertanyakan alasan Washington membangun lebih dari 200 laboratorium biologi di luar negeri, tetapi tidak mengundang jurnalis internasional untuk mengunjunginya. Hua menegaskan, dalam menghadapi gelombang baru pandemi Covid-19, Cina siap memperkuat solidaritas bersama negara lain untuk memerangi wabah.

Respons WHO terhadap Covid-19 pada awal-awal menyeruaknya penyakit tersebut juga sempat terombang-ambing. Dari keterangan yang dilansir WHO, lembaga itu mula-mula mendapatkan laporan munculnya penyakit di Wuhan pada 31 Desember 2019. 

Pada 1 Januari 2020, WHO mulai meminta informasi dari Pemerintah Cina soal kasus pneumonia di Wuhan. WHO akhirnya memperoleh informasi lebih lengkap soal penyakit baru tersebut dari Pemerintah Cina pada 3 Januari 2020. 

Baru pada 9 Januari 2020, WHO melansir bahwa wabah di Wuhan disebabkan virus korona jenis baru. Pada 14 Januari 2020, dalam jumpa pers yang dilakukan WHO, epidemiologis Maria D Van Kerkhove menyatakan, ada kemungkinan terjadi penularan antarmanusia secara terbatas dari penyakit baru di Wuhan. Kesimpulan itu diambil dari 41 kasus yang dianalisis di Wuhan.

Meski begitu, pada hari yang sama, melalui akun Twitter resmi, WHO menggaungkan temuan investigasi sementara Pemerintah Cina bahwa "tak ada bukti yang jelas menunjukkan adanya penularan manusia ke manusia". WHO menambahkan, investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengenali cara penularan virus yang menyebabkan wabah pneumonia di Wuhan kala itu. 

WHO kemudian mengirim misi pertamanya ke Wuhan pada 20-21 Januari 2020 untuk mempelajari klaster virus korona baru tersebut. Pada 21 Januari 2020, Kantor Wilayah WHO di Pasifik Barat melansir melalui Twitter soal adanya sebagian penularan antarmanusia berdasarkan bukti adanya penularan di antara para pekerja kesehatan. Pada hari yang sama, kasus perdana di Amerika Serikat muncul.

Setelah kunjungan misi ke Wuhan, WHO akhirnya melansir pernyataan soal bukti bahwa virus korona baru memang bisa menular antarmanusia. Direktur Jenderal WHO kemudian mengumumkan status kedaruratan publik internasional tersebut pada 30 Januari. Saat status itu diumumkan, telah terlacak 98 kasus di 18 negara di luar Cina daratan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat