Sejumlah pegawai dan warga mengantre untuk menjalani rapid test antigen di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Senin (4/1). Rapid test antigen gratis yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung dan | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Nasional

Pemerintah Tambah 10 Ribu Nakes

Pemerintah akan menambah nakes di berbagai fasilitas kesehatan hingga 10 ribu orang.

JAKARTA -- Pemerintah akan menambah tenaga kesehatan (nakes) di berbagai fasilitas kesehatan (faskes) hingga 10 ribu orang. Penambahan nakes ini dilakukan seiring tingginya jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia yang mencapai 110.089 orang per Senin (4/1).

“Kementerian Kesehatan akan menambah jumlah tenaga kesehatan. Targetnya 10 ribu, terutama peningkatan perawat sejumlah 7.900 orang dari 141 fasilitas kesehatan,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (4/1).

Airlangga mengatakan, pelayanan pasien Covid-19 di rumah sakit nonrujukan Covid-19 juga akan diperbaiki untuk mengantisipasi lonjakan pasien pascalibur akhir tahun 2020. Selain penguatan tata laksana pelayanan pasien Covid-19 di RS nonrujukan, pemerintah juga melakukan optimalisasi ketersediaan tempat tidur untuk perawatan.

Targetnya, alokasi tempat tidur untuk pasien Covid-19 bisa bertambah 30 persen dari sebelumnya. Namun, pemerintah tidak menjelaskan perinci, apakah optimalisasi ini dilakukan dengan mengambil alih porsi ruang perawatan pasien non-Covid-19 atau menambah ruang perawatan dengan RS lapangan.

“Pemerintah mendorong agar terjadi optimalisasi dari tempat tidur, baik di tingkat pemerintah, RSUD, maupun RS swasta dengan target peningkatan kapasitas tempat tidur 30 persen,” ujar dia.

Angka penularan kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi. Hal ini terlihat dari capaian positivity rate atau tingkat positif Covid-19 harian yang selalu di atas 20 persen dalam lima hari terakhir. Bahkan, dalam dua pekan terakhir, tingkat positif harian tidak pernah dilaporkan di bawah 17 persen. Positivity rate ini menggambarkan jumlah temuan kasus positif dari satu komunitas yang dites.

Pada Senin (4/1), dilaporkan angka positivity rate harian mencapai 22 persen. Angka ini memberi gambaran bahwa dari setiap lima orang yang dites dalam 24 jam terakhir, ada satu orang yang positif Covid-19.

Masih tingginya positivity rate juga diperburuk dengan jebloknya kinerja pemeriksaan secara nasional. Sudah menjadi masalah sejak awal pandemi, kapasitas tes Covid-19 selalu anjlok saat hari libur, baik akhir pekan maupun tanggal merah lainnya.

Jebloknya kapasitas pemeriksaan juga terjadi sepanjang libur akhir tahun 2020. Pada 1-3 Januari 2021, misalnya, jumlah orang yang diperiksa ‘hanya’ 24 ribu-27 ribu orang per hari. Jumlah tersebut jauh di bawah kapasitas tes pada hari biasa yang selalu tembus 40 ribu orang per hari.

Bahkan, pada Sabtu (2/1) lalu, jumlah spesimen yang diperiksa hanya 33.530 spesimen dengan 24.379 orang diperiksa. Pada hari itu, ditemukan 7.203 kasus positif sehingga angka positivity rate menyentuh 29,5 persen. Artinya, satu dari tiga orang yang dites dikonfirmasi positif Covid-19.

photo
Pengunjung menjalani rapid test antigen di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Senin (4/1). Rapid test antigen gratis yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung tersebut dilakukan secara acak kepada sedikitnya 50 orang pengunjung, pegawai serta warga sekitar sebagai langkah antisipasi potensi penyebaran Covid-19. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Ancaman pascalibur

Tren penularan Covid-19 di Tanah Air memang terus memburuk. Libur akhir tahun 2020 lalu bisa saja justru memperburuk kondisi ini. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sempat menjelaskan mengenai kondisi ini.

Berdasarkan laporan satgas, sepanjang Maret-Juli 2020 lalu, jumlah kasus aktif naik dari hanya 1.107 kasus menjadi 37.342 kasus. Peningkatan ini bersamaan dengan libur panjang Idul Fitri pada 22 sampai 25 Mei 2020.

Kemudian pada Agustus-Oktober 2020, kasus aktif menanjak dari 39.354 orang menjadi 66.578 orang. Pada periode ini bersamaan dengan libur panjang saat HUT RI dan Tahun Baru Islam. Berlanjut ke November-Desember, lonjakan kasus aktif naik dua kali lipat dari 54.804 menjadi 103.239 orang hanya dalam waktu satu bulan.

Kesimpulannya, Wiku menyebut, lonjakan kasus aktif selalu didorong naiknya jumlah daerah yang tidak patuh protokol kesehatan dan selalu bertepatan dengan momen libur panjang. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan pada Ahad (3/1) kembali memutuskan untuk memperpanjang penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Keputusan berlaku mulai 4 Januari hingga 17 Januari 2021.

photo
Kondisi ruang isolasi di Indonesia. - (Kementerian Kesehatan)

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, persentase total kasus aktif positif Covid-19 menunjukkan kenaikan. Per 2 Januari 2021, kasus aktif di Jakarta mencapai 15.471 kasus atau meningkat 18 persen dari dua pekan sebelumnya, yakni 13.066 kasus pada 20 Desember 2020.

“Kenaikan persentase kasus aktif ini patut kita waspadai bersama terlebih pascalibur Natal dan Tahun Baru 2021 yang berpotensi terjadi penambahan kasus,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti.

Kewaspadaan itu didasarkan pada incidence rate (IR) dan penambahan RW rawan atau zona merah yang ada di DKI Jakarta. Per 27 Desember 2020, kata Widyastuti, sebanyak 21 RW berada di zona merah dan bertambah menjadi 55 RW saat ini.

Data itu menunjukkan tidak ada kota/kabupaten administrasi sekaligus kecamatan di Jakarta yang tidak mengalami penambahan kasus Covid-19. Hanya ada dua kelurahan yang tidak memiliki penambahan kasus, yaitu Kelurahan Pulau Pari dan Pulau Kelapa di Kabupaten Kepulauan Seribu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat