Petugas menunjukkan alat tes cepat Covid-19 melalui hembusan nafas yang diberi nama GeNose hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat peluncuran dimulainya penelitian GeNose di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, Sabtu (26/12). | Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO

Nasional

GeNose C19 UGM Kantongi Izin Edar

Biaya tes dengan GeNose C19 hanya Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu.

JAKARTA — Alat pendeteksi virus Covid-19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19, akhirnya mengantongi izin edar dan siap dipasarkan. Ketua tim pengembang GeNose, Prof Kuwat Triyana, mengatakan, izin edar GeNose dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) turun pada Kamis (24/12) lalu.

"Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak, GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar (Kemenkes RI AKD 20401022883) untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes, dalam membantu penanganan Covid-19 melalui skrining cepat," kata Kuwat dalam keterangannya, Sabtu (26/12).

Menurut Kuwat, setelah izin edar diperoleh, tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan. Kuwat pun berharap jumlah GeNose C19 yang masih terbatas ini dapat memberikan dampak maksimal.

photo
Dirut RSUP Dr Sardjito, Rukmono (kiri) menampung nafas untuk diuji dengan alat tes cepat Covid-19 melalui hembusan nafas yang diberi nama GeNose hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat peluncuran dimulainya penelitian GeNose di RSUP Dr Sardjito, Sleman, Sabtu (26/12). - (Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO)

Pada tahap pertama, GeNose akan diproduksi sebanyak 100 unit. Dengan jumlah itu, Kuwat menargetkan satu alat mampu melakukan 120 tes. Artinya, dari produksi tahap pertama akan dilakukan tes pendeteksian Covid-19 kepada 12 ribu orang.

"Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan tiga menit, termasuk pengambilan napas, sehingga satu jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama enam jam," kata dia.

Kuwat juga menegaskan, GeNose C19 akan segera diproduksi massal setelah mendapatkan izin edar. Penggunaannya, 1.000 unit GeNose akan mampu melakukan tes sebanyak 120 ribu orang sehari.

Tentunya, lanjut dia, bukan angka tersebut yang menjadi harapan utama. Namun, kemampuan GeNose diharapkan lebih mudah menemukan orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala dan bisa segera diambil tindakan isolasi atau perawatan.

Biaya tes dengan GeNose C19 cukup murah, yaitu sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. Hasil tes juga sangat cepat, yakni sekitar dua menit serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa embusan napas juga dirasakan lebih nyaman dibandingkan dengan usap atau swab.

Anggota tim pembuat GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra, mengakui, GeNose akan menghadapi tantangan baru setelah mendapat izin edar. Salah satunya, kapasitas produksi yang dimiliki masih terbatas karena modal awal penyertaan produksi di batch pertama baru 100 unit siap dengan produksi selanjutnya 100 unit.

Dian mengatakan, 100 unit produksi awal ini juga harus melalui penempatan yang strategis agar langsung bisa bermanfaat luas. 

 
photo
Pemasangan alat uji Covid-19, Genose. - (BKKP Kemenristek/BRIN AP)

“Mohon doa agar kami segera mendapat bantuan modal penyertaan awal sehingga bisa diproduksi 1.000-2.000 unit di batch berikut sehingga GeNose C19 bisa didistribusikan lebih luas lagi,” tuturnya, dikutip dari laman Facebook

Selain kapasitas produksi, tantangan GeNose adalah bagaimana memasukkan alat pendeteksi ini ke dalam ekosistem pemeriksaan Covid-19 di Indonesia. Menurut dia, hal ini membutuhkan bantuan organisasi profesi dan pemerintah dengan basis bukti hasil uji diagnostik yang sudah dilakukan melalui alat ini. 

GeNose C19 memiliki kemampuan sensitivitas 90 persen, spesifisitas 96 persen, akurasi 93 persen dengan PPV 88 persen dan NPV 95 persen. Dian mengakui, dengan melihat kemampuannya, GeNose bisa mempercepat upaya tracing dan tracking Covid-19 di Indonesia.

Presiden Joko Widodo saat pidato Dies Natalis UGM, Sabtu (19/12), sempat melontarkan harapannya terhadap kontribusi UGM dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia. Menurut Jokowi, inovasi dari UGM sangat ditunggu masyarakat Indonesia.

"Inovasi dan kreasi UGM untuk kepentingan rakyat selalu ditunggu masyarakat. Indonesia butuh talenta-talenta UGM yang berkarakter kebangsaan kuat, inovatif dan kompetitif, yang mampu memenangkan dunia," kata Jokowi.

Jokowi yakin pandemi tidak menyurutkan UGM berprestasi. Situasi ini justru mendorong penciptaan inovasi baru di berbagai bidang seperti GeNose yang sudah mampu melakukan deteksi terhadap Covid-19 melalui embusan napas.

"Selamat berinovasi mencetak talenta-talenta inovatif serta mengembangkan iptek untuk kemajuan negara," ujar Jokowi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat