Alun-alun Naqsh-i Jahan di Isfahan, Iran, memiliki luas 560x160 meter persegi. | DOK WIKIPEDIA

Dunia Islam

Naqsh-i Jahan, Keindahan 'Separuh Dunia'

Naqsh-i Jahan, alun-alun terbesar di Isfahan ini menawarkan keindahan panorama menawan.

OLEH HASANUL RIZQA

 

 

Iran memiliki berbagai destinasi wisata yang menampilkan ragam arsitektur Islam. Salah satunya adalah Alun-alun Naqsh-i Jahan di Provinsi Isfahan.

Kawasan tersebut mencakup lahan yang cukup luas di Kota Isfahan, dengan panjang 560 meter dan lebar 160 meter. Dalam bahasa Persia, namanya berarti ‘separuh dunia'. Sejak Revolusi 1979, tanah lapang itu juga disebut sebagai Maidan Syah atau Alun-alun Imam.

Sejarahnya bermula sejak zaman Dinasti Safavid. Pada 1598, Shah Abbas memindahkan ibu kota negerinya dari Qazvin ke Isfahan. Raja kelima dari Wangsa Safavid itu menunjuk Bahauddin Muhammad bin Husain al-Amili sebagai juru rancang tata kota tersebut.

Sekurang-kurangnya, ada dua tugas yang mesti dilaksanakan Bahauddin al-Amili. Pertama, merancang jalan raya untuk mendukung mobilitas warga Isfahan dan arus distribusi barang.

Kedua, membangun taman yang luas berdekatan dengan istana raja dan kediaman para duta besar negara-negara sahabat. Baik tugas yang pertama maupun kedua ditunaikan dengan baik oleh sang arsitek.

Bahkan, hingga kini masyarakat setempat dapat menikmati salah satu ruas jalan yang dibangun al-Amili, yakni Jalan Raya Chahar Bagh (harfiah: Empat Taman). Jalan sepanjang 5,5 kilometer itu menghubungkan antara area Shohada dan Azadi di Isfahan.

 
Jalan sepanjang 5,5 kilometer itu menghubungkan antara area Shohada dan Azadi di Isfahan.
 
 

Adapun taman yang didambakan Shah Abbas terwujud dalam Alun-alun Naqsh-i Jahan. Denah alun-alun tersebut menunjukkan pemaknaan sang raja akan kekuasaan yang terpusat.

Di sekitarnya, terdapat Masjid Shah yang melambangkan kekuasaan para agamawan. Kemudian, ada pasar (bazaar) yang merepresentasikan kekuatan ekonomi. Terakhir, tentu saja kekuatan politik yang dilambangkan dengan Istana Ali Qapu, tempat tinggal sang raja yang terletak persis di sisi barat alun-alun.

photo
Istana Ali Qapu di Alun-alun Naqsh i Jahan, Isfahan, Iran. - (DOK WIKIPEDIA)

Naqsh-i Jahan dibangun sebagai titik pertemuan antara penguasa dan rakyat setempat. Secara geografis, Isfahan sangat strategis, khususnya di sepanjang Jalur Sutra yang menghubungkan Asia dan Eropa.

Karena itu, bazaar yang menjadi bagian dari alun-alun tersebut selalu ramai disinggahi para pedagang ataupun pelancong mancanegara. Barang-barang dari pelbagai belahan dunia pun dapat ditemukan dengan mudah di sana.

Keindahan Naqsh-i Jahan mencuri perhatian banyak pengelana. Sebagai contoh, seorang petualang yang juga komposer musik asal Italia, Pietro Della Valle (1586-1652).

Tokoh dari era Renaisans itu memuji keasrian taman “separuh dunia” itu. Bahkan, ia mengakui, pesonanya mampu mengalahkan Piazza Navona di kota kelahirannya, Roma, Italia. Sebab, alun-alun di jantung kota Isfahan itu selalu hidup dengan aneka ragam aktivitas masyarakat setempat.

Di sana, orang tidak hanya akan mendapati kaum bangsawan berjalan-jalan, tetapi juga para pedagang, pelajar, imam, orang asing, penghibur, kaum musafir yang kehabisan bekal atau bahkan pengemis. Warna-warni dunia disuguhkan sekaligus oleh panorama Naqsh-i Jahan, salah satu alun-alun terbesar di seluruh bumi.

Alun-alun yang kini termasuk daftar situs warisan dunia versi UNESCO itu menjadi simpul budaya sekaligus keramahtamahan (hospitality). Dahulu, para raja Safavid kerap mengadakan acara amal di sana. Bagi mereka yang lapar, tersedia makanan gratis yang dimasak atau buah-buahan, seperti melon dan anggur. Air minum pun disediakan secara cuma-cuma untuk siapapun yang memerlukan.

Bagian pasar atau bazaar pada alun-alun tersebut tidak hanya berisi lapak-lapak pedagang. Ada pula sejumlah kedai kopi tempat orang-orang dapat bersantai sambil menikmati udara sejuk.

Bahkan, kedai-kedai tersebut sudah eksis sejak abad ke-17 silam hingga saat ini meskipun minuman yang menjadi mode selama 100 tahun terakhir adalah teh, bukan kopi. Saat senja, penjaga toko berkemas, dan hiruk-pikuk pun dimulai. Para pedagang melayani kerumunan pembeli yang bersemangat menawar harga.

photo
Bagian dari Istana Ali Qapu di area kompleks Alun-alun Naqsh i Jahan, Isfahan, Iran. Tampak dinding dan langit-langitnya berongga untuk meredam gema di ruangan musik tersebut. - (DOK WIKIPEDIA)

Salah satu konstruksi paling mempesona di kompleks Naqsh-i Jahan adalah Istana Ali Qapu. Bangunan setinggi 48 meter ini tampak begitu megah dan eksotis. Letaknya persis di sisi barat alun-alun itu. Terdiri atas enam lantai, tiap lantai pada istana ini dihubungkan oleh tangga spiral. Lantai terakhir menjadi tempat yang cukup unik karena difungsikan sejak awal sebagai ruang musik atau ruang suara.

Pada zaman Safavid, ruangan tersebut menjadi tempat pertunjukan para musisi istana. Dindingnya berongga sehingga mampu menahan gema dan membuat suara nyanyian serta alat musik terdengar dengan jelas di seluruh sudut ruangan. Perancangnya adalah seorang seniman terkenal, Reza Abbasi.

Masjid Shah juga sayang dilewatkan begitu saja bila Anda menyambangi Alun-alun Naqsh-i Jahan. Sebab, inilah sebuah mahakarya arsitektur Islam dari abad ke-17. Untuk membangunnya, Dinasti Safavid memerlukan waktu sekitar 18 tahun.

Salah satu letak keindahan bangunan ini adalah burung merak yang dirancang pada tengah bagian dalam kubahnya. Bentuk bulunya dilengkapi dengan cahaya yang masuk dari lengkungan di atas pintu masuk masjid ini.

Yang lebih kecil dari masjid itu adalah Masjid Syekh Lotfollah. Bangunan ini khusus dirancang untuk para istri raja Safavid. Bentuknya pun cenderung berbeda dari kebanyakan masjid di Iran. Syekh Lotfollah tidak memiliki menara atau halaman.

Hal itu menandakan, masjid tersebut memang tidak difungsikan untuk penggunaan umum. Pada masanya, tempat itu hanya dipakai kalangan keluarga istana.

photo
Masjid Syekh Lotfollah termasuk dalam kawasan Alun-alun Naqsh i Jahan di Isfahan, Iran. - (DOK WIKIPEDIA)

Semasa pemerintahan Shah Abbas dan para penggantinya, Alun-alun Naqsh-i Jahan menjadi pusat keramaian yang utama di Isfahan. Pihak istana memanfaatkannya sebagai ajang memamerkan pelbagai pencapaian negeri, termasuk parade tentara, perayan hari-hari besar, dan bahkan arena bermain polo. Alun-alun itu juga merupakan lokasi pasar Jumat besar.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat