Petugas keamanan melintas di dekat baliho sosialisasi manfaat vaksinasi Covid-19 di kawasan Fatmawati, Jakarta, Selasa (15/12). | Republika/Putra M. Akbar

Tajuk

Gerilya Komunikasi Vaksin Covid-19

Komunikasi soal vaksin dan vaksinasi ini harus berjalan mulus sampai masyarakat.

Babak penting vaksinasi Covid 19 dimulai. Beberapa negara mulai menggelar vaksinasi massal Covid-19. Langkah cepat mereka lakukan dengan menyetujui darurat sejumlah vaksin Covid-19. Vaksin Covid-19 ini diproduksi dengan amat cepat dan lewat uji klinis yang juga kilat, melibatkan jutaan relawan.

Vaksinasi Covid-19 amat penting dilakukan. Ini agar warga bisa kembali beraktivitas normal dan tidak terlalu khawatir akan virus Covid-19. Dengan berupaya kembali normal maka utamanya, mesin mesin perekonomian yang tadinya mati bisa kembali berputar.

Para siswa kembali ke sekolah. Para pekerja tak lagi bekerja dari rumah. Pariwisata kembali bergairah. Bisnis transportasi, manufaktur, ritel, perbankan, dan lainnya bisa bangkit.

Meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti agar protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker harus tetap dilakukan, sampai beberapa tahun ke depan, kita harus akui, vaksinasi massal di beberapa negara Barat memberikan harapan positif.

Kapan Indonesia akan melakukan vaksinasi? Melihat situasinya, kemungkinan paling cepat Januari 2021. Vaksinasi terbatas diberikan kepada kelompok nakes dan prioritas. Baru kemudian disusul vaksinasi massal. Semoga pada triwulan I 2021, kita bisa melakukan vaksinasi massal perdana dengan baik.

 

 
Komunikasi soal vaksin dan vaksinasi ini harus berjalan mulus sampai masyarakat, dimengerti dan diterima dengan baik.
 
 

 

Namun sebelum itu, pemerintah kembali harus bekerja keras. Tidak sekadar menahan laju penyebaran virus Covid-19 yang makin dahsyat, tetapi juga menyiapkan tenaga dan fasilitas vaksinasi, anggaran vaksinasi, serta yang paling penting adalah menyiapkan warganya.

Komunikasi soal vaksin dan vaksinasi ini harus berjalan mulus sampai masyarakat, dimengerti dan diterima dengan baik. Semua lini pemerintah yang terlibat dalam vaksinasi harus satu suara. Jangan membingungkan warga. Kebingungan bisa berujung pada keengganan vaksinasi.

Strategi komunikasi pemerintah soal vaksinasi harus mampu menjangkau ruang ruang media sosial sampai Whatsapp grup warga. Komunikasi yang jelas akan meminimalisasi hoaks soal vaksin dan vaksinasi.

Dalam beberapa pekan terakhir ini, kita melihat mulai marak kabar simpang siur soal vaksin dan vaksinasi. Namun, belum terlihat upaya serius dari pemerintah untuk menangkal hoaks vaksin-vaksinasi ini. Padahal, ini adalah momentum pembenahan komunikasi pemerintah yang baik. Jangan sampai terlambat.

Secara umum, ada dua jenis hoaks soal vaksin dan vaksinasi yang harus dilawan di publik. Pertama adalah pemilihan vaksin. Informasi di publik yang beredar adalah vaksin untuk Indonesia hanya dari Sinovac. Ini jelas menyesatkan. Pertama, karena Kementerian Kesehatan juga memasukkan lima merek vaksin, seperti AstraZeneca, Pfizer, dan lainnya.

 

 
Penyesatan informasi soal vaksinasi lebih dahsyat lagi. Karena terkait soal efek setelah vaksinasi. 
 
 

 

Kedua, karena vaksin dari Cina maka dianggap tidak manjur atau tidak semanjur vaksin yang digunakan di Amerika Serikat atau Inggris. Padahal, menurut WHO, keampuhan vaksin amat bervariasi, mengacu pada berbagai variabel relawan dan pagebluk di negara masing-masing. Selain itu, uji klinis tahap III Sinovac juga belum tuntas, tidak seperti uji klinis vaksin lainnya yang berjalan lebih dulu.

Penyesatan informasi soal vaksinasi lebih dahsyat lagi. Karena terkait soal efek setelah vaksinasi. Beredar di media sosial, berita soal orang yang usai disuntik vaksin pingsan atau masuk rumah sakit karena memicu reaksi alergi lainnya. Melihat efek vaksinasi yang tidak jelas sumbernya itu bisa mengubah persepsi warga akan amannya vaksinasi Covid-19.

Kalau ingin program vaksinasi ini diterima dengan baik di masyarakat, pemerintah harus melakukan gerilya komunikasi tentang amannya vaksinasi. Saluran komunikasi pemerintah harus dipenuhi dengan informasi yang benar dan positif soal vaksin serta dampak setelah vaksinasi. Harus interaktif dengan melibatkan para relawan vaksin yang sudah disuntik uji coba sejak September kemarin.

Pemerintah juga harus mengajak publik dan organisasi masyarakat seluas mungkin dan sebanyak mungkin. Pelibatan publik dan ormas kita yakini memiliki dampak berantai yang dibutuhkan pemerintah, yakni publik bisa meyakini vaksinasi Covid-19 bermanfaat untuk mereka.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat