IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Israel Membidik Indonesia

Negara yang mereka bidik kali ini adalah Oman dan Indonesia.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Tujuh negara Islam (berpenduduk mayoritas Muslim) telah menormalisasi hubungan dengan Israel. Enam negara merupakan anggota Liga Arab, yaitu Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.  

Liga Arab beranggotakan 22 negara. Satu negara lagi non-Arab adalah Turki. Empat negara, yakni UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun terakhir periode kepresidenan Donald Trump.

Tepatnya, sejak pertengahan September lampau hingga Kamis (10/11/2020), ketika Presiden Trump mengumumkan Maroko menjadi negara Arab terbaru, yang setuju menormalisasi hubungan dengan Israel.

Salah satu alasannya, di negara ini para pemimpin dunia Islam untuk pertama kalinya bertemu pada 25 September 1969. Mereka membentuk Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang kemudian berubah menjadi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

 
Negara yang mereka bidik kali ini adalah Oman dan Indonesia.
 
 

Pembentukan OKI di Rabat, ibu kota Maroko ini respons terhadap pembakaran Masjid al-Aqsa oleh orang-orang Yahudi beberapa hari sebelumnya, juga antara lain yang menjadi dasar anggotanya (57 negara) tidak mengakui Negara Israel selama bertahun-tahun.

Saat Maroko, pendiri OKI dan tuan rumah pertemuan pertama pemimpin dunia Islam, menormalisasi hubungan dengan Israel, Presiden Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu beranggapan tak ada lagi halangan negara Islam lain melakukan hal sama.

Negara yang mereka bidik kali ini adalah Oman dan Indonesia. Oman, negara Arab Teluk, seperti UEA, Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar. Oman dikenal bersikap moderat, dalam banyak hal. Pemimpin negara ini juga pernah bertemu Benjamin Netanyahu.

Indonesia adalah negara Islam non-Arab, luas wilayah dan jumlah penduduknya terbesar di Asia Tenggara, bahkan berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan anggota G-20, kelompok negara-negara dengan perekonomian besar di dunia.

Pejabat tinggi Israel, yang dikutip al Sharq al Awsat edisi 15 Desember 2020, memperkirakan dua perjanjian damai dengan Israel segera ditandatangani dua negara Islam lain, Oman dan Indonesia, sebelum Trump meninggalkan Gedung Putih bulan depan.

Al Sharq al Awsat adalah media internasional berbahasa Arab, bermarkas di London, milik keluarga penguasa Saudi. Menurut Ofir Akunis, pejabat tinggi Israel tadi, Wakil Presiden AS Mike Pence akan datang ke Israel untuk kunjungan perpisahan.

Dari salah satu tempat suci di Israel, kata Akunis, Wapres Pence akan mengumumkan kesediaan dua negara itu menormalisasi hubungan dengan Israel. Ia memperkirakan kunjungan Pence ke Israel pada 13 Januari 2021, sepekan sebelum presiden terpilih Joe Biden dilantik.

 
Imbal balik diperoleh empat negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel, yaitu UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
 
 

Akunis adalah menteri kerja sama regional Israel. Ia anggota senior partai berkuasa, Likud dan rekan dekat Netanyahu. Al Sharq al Awsat tak menjelaskan, apa yang ditawarkan Netanyahu, tepatnya Trump, andaikata Indonesia menormalisasi hubungan dengan Israel.

Imbal balik diperoleh empat negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel, yaitu UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko. Sebagai presiden berlatar belakang pebisnis, Trump lebih suka melakukan pendekatan transaksional termasuk dalam politik.

Lalu tawaran apa yang diberikan Trump kepada UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko? Jaminan keamanan. Itu yang diberikan kepada UEA dan Bahrain, termasuk ketika AS menjual pesawat F-35 ke UEA, terutama dalam menghadapi apa yang mereka sebut bahaya Iran.

Untuk Sudan, Trump mencabut cap sebagai negara sponsor teroris dunia plus embargo ekonomi. Sementara itu, untuk Maroko, Trump mengganjarnya dengan pengakuan AS bahwa ‘Sahara Barat adalah bagian dari wilayah Maroko’.

Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, hingga kini tidak berniat membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Menurut Retno, sikap Indonesia ini sebagai tindak lanjut arahan Presiden Jokowi, sekaligus menanggapi pemberitaan yang menyebutkan Indonesia segera menormalisasi hubungan dengan Israel.

 
Dengan kata lain, normalisasi dengan Israel hanya bisa terjadi bila negara Zionis itu menarik diri dari tanah Palestina yang didudukinya tahun 1967.
 
 

Dalam press briefing virtual, 16 Desember lalu, Retno menyatakan, Indonesia akan terus mendukung kemerdekaan Palestina, dengan solusi dua negara dan parameter lain yang disepakati dunia internasional.

Dengan kata lain, normalisasi dengan Israel hanya bisa terjadi bila negara Zionis itu menarik diri dari tanah Palestina yang didudukinya tahun 1967, untuk memungkinkan pembentukan Negara Palestina merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Sikap Indonesia ini juga perwujudan pembukaan UUD 1945, bahwa ‘sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan’.  

Pendirian Indonesia ini bisa menjadi alat tawar yang bagus kepada Trump dan penggantinya, presiden terpilih Joe Biden. Apalagi, Indonesia negara besar, baik penduduk maupun wilayahnya.

Indonesia juga berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi terbesar di dunia Islam. Nilai plus-plus Indonesia ini tentu akan menjadi perhitungan Israel dan Netanyahu, eh AS dan Trump.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat