Para panelis dalam Forum Group Discussion bertemakan | Republika/nur hasan murtiaji
Anggota Badan Kontak Majelis Taklim saat menghadiri acara milad ke-38 tahun di Gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta, beberapa waktu lalu. | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Majelis Taklim Dirindukan di Tengah Pandemi

Majelis taklim virtual lebih banyak diikuti oleh jamaah yang melek teknologi.

JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 banyak majelis taklim yang berhenti berkegiatan. Hampir setahun tidak aktif, kini banyak jamaah yang menginginkan kegiatan majelis taklim digelar kembali.

Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja, dan Keluarga Majelis Ulama DKI Jakarta, Dr Faizah Ali Syibromalisi MA, mengatakan, tiga majelis taklim yang dipimpinnya pun terhenti kegiatannya akibat pandemi Covid-19. Dia mengaku sering dihubungi jamaahnya yang menanyakan mengapa kegiatan majelis taklim belum juga digelar.

Desakan tersebut, menurut Faizah, bukan tanpa alasan. Rupanya, para jamaah yang semuanya para ibu itu butuh solusi atas kesulitan yang dirasakan akibat pandemi.

"Banyak yang curhat soal kekurangan keuangan dan kesehatan keluarga. Jadi, di sinilah ibu-ibu majelis taklim bisa menjadi penyambung lidah antara mereka (jamaah yang kesulitan) dan kita (ustazah),’’ kata Faizah dalam focus group discussion (FGD) virtual bertajuk ‘’Geliat Majelis Taklim di Masa Pandemi’’ yang terselenggara atas kerja sama Republika dengan Satgas Penanganan Covid-19 BNPB, Sabtu (12/12).

‘’Lalu kalau ada masalah, kita bisa menyampaikan ke pihak lain, dan ini sudah kita lakukan," ujarnya menambahkan.

Majelis Ulama DKI Jakarta telah membentuk tim di lima wilayah kota administrasi yang berperan sebagai penghubung antara jamaah dan ustazah. Dia mengatakan, bagaimanapun ustazah punya peran untuk mengecek jamaahnya, misalnya apakah ada yang sedang dalam kesulitan. MUI dari tingkat Provinsi DKI hingga kecamatan saling berkoordinasi untuk mengetahui kebutuhan para jamaah majelis taklim.

"Sebelum Covid-19, ini belum ada. Dengan adanya Covid, kita adakan sehingga kita harus lebih aware bagi anggota yang membutuhkan penanganan secara pribadi," kata dia.

Faizah menyampaikan, kegiatan jamaah majelis taklim tidak berhenti seluruhnya. Jamaah tetap menjaga komunikasi melalui aplikasi percakapan di ponsel pintar. Mereka menjalin komunikasi untuk mendiskusikan tentang kegiatan yang ingin digelar pada masa pandemi. Salah satu kegiatan yang terlaksana, yaitu kegiatan bantuan sosial untuk para korban Covid-19.

"Selain itu, kami juga menyerahkan sumbangan kepada orang yang membutuhkan. Kalau di antara jamaah majelis taklim ada yang sakit, kami sambangi," tutur dia.

Pengajian majelis taklim secara tatap muka pun tetap diupayakan digelar karena sebagian jamaah, seperti dari kalangan lanjut usia dan yang tidak memiliki ponsel, tidak memungkinkan untuk mengikuti pengajian daring.

Bagaimanapun, kata Faizah, majelis taklim itu merupakan arena silaturahim dan juga kegiatan untuk bertukar pikiran. "Yang kalau itu ditutup membuat kangen ibu-ibu," tuturnya.

Pada forum yang sama, Mubalighah Muda dan Pendidik di Darus Sunnah International Institute for Hadith and Sciences, Izza Farhatin, menyampaikan, kegiatan pengajian majelis taklim pada masa pandemi Covid-19 lebih banyak dilakukan secara virtual. Model virtual ini menjadi opsi yang harus diambil meski ada jamaah yang kesulitan mengikutinya.

"Majelis taklim jadi tetap jalan, rata-rata jamaahnya adalah ibu-ibu yang melek teknologi," kata dia.

Izza mengakui, jumlah jamaah yang mengikuti pengajian pada masa pandemi mengalami penurunan signifikan karena digelar secara virtual. "Ibu-ibu yang menghadiri tidak sebanyak biasanya. Biasanya yang tidak ikut itu yang sudah sepuh. Sedangkan, yang usia muda-muda masih aktif mengikuti kajian," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah), Etty Pratiknyowati, yang juga hadir dalam acara diskusi itu menekankan pentingnya ketahanan iman dalam menghadapi pandemi Covid-19. Orang yang beriman harus menghadapi pandemi sebagai ujian Allah SWT dengan sikap yang diajarkan dalam Islam.

"Dalam konteks ke-Salimah-an, penting untuk disampaikan kepada ibu-ibu majelis taklim bahwa yang harus kita jaga itu adalah ketahanan, bahwa musibah atau ujian itu memang selalu ada, tetapi bagaimana daya tahan kita, itu yang paling penting," ucapnya.

 
Bahwa musibah atau ujian itu memang selalu ada, tetapi bagaimana daya tahan kita, itu yang paling penting.
 
 

PP Salimah, Etty menambahkan, terus memperkuat kegiatan pendidikan, pelatihan, dan ekonomi pada masa pandemi sekarang ini. Tiga jenis kegiatan ini termasuk dalam dakwah yang dilancarkan Salimah ke tengah masyarakat.

Berbagai hal pun menjadi objek kajian, misalnya pada bidang psikologi, parenting, entrepreneur, dan sebagainya sebagai langkah penguatan. Sementara untuk menguatkan ekonomi, Salimah memulainya dengan gerakan, yaitu membangun lembaga koperasi. ';