Ilustrasi Kemenag membuka penerimaan PTKIN. | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Kemenag: Murid MA Berprestasi Masuk PTKIN Tanpa Tes

Kemenag menjelaskan sistem penerimaan mahasiswa baru di PTKIN tidak semata-mata berbasis ujian kompetensi.

JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau seluruh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) untuk membuat jalur penerimaan khusus bagi siswa-siswi madrasah aliyah (MA) yang berprestasi. Dengan demikian, mereka dapat diterima di PTKIN tanpa melalui tes.

Hal itu disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag Suyitno dalam acara Pertemuan Wakil Rektor/Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan, Kerja Sama, dan Alumni PTKIN se-Indonesia di Manado, Sulawesi Utara. “Wakil rektor (WR)/wakil ketua (WK) bidang kemahasiswaan, kerja sama, dan alumni (di setiap PTKIN—Red) harus mengundang siswa MA berprestasi untuk masuk PTKIN tanpa melakukan tes,” ujar Suyitno, seperti dikutip laman resmi Kemenag, Ahad (13/12).

Ia mencontohkan sejumlah prestasi yang dapat menjadi pertimbangan setiap PTKIN, misalnya murid-murid MA yang hafal Alquran, juara olimpiade sains nasional, atau menorehkan prestasi akademik dan nonakademik. Menurut Suyitno, mereka berpotensi menjadi bibit-bibit unggul bagi pengembangan seluruh kampus Islam negeri.

“Kita ingin memastikan input mahasiswa yang masuk ke PTKIN dari tahun ke tahun adalah yang berkualitas. Dan, WR/WK III mempunyai data prestasi mahasiswa sejak awal untuk memudahkan pembinaan,” katanya.

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Sumatra Selatan, ini menegaskan, seluruh PTKIN bertugas mengajarkan substansi keagamaan kepada para peserta didik. Harapannya, calon mahasiswa dan mahasiswi yang diterima di kampus Islam negeri sudah memiliki kemampuan dasar keagamaan selama di sekolah menengah. Ia menduga, saat ini masih ada mahasiswa Muslim PTKIN yang belum bisa mengaji Alquran.

“Mestinya, kemampuan membaca Alquran sudah selesai saat mereka di pendidikan dasar dan menengah, bahkan MI dan MTs,” ujarnya menegaskan.

Karena itu, ia berharap sistem penerimaan mahasiswa baru di PTKIN tidak semata-mata berbasis ujian kompetensi, semisal computer based test (CBT). Menurut dia, CBT kurang begitu efektif dalam mendeteksi pemahaman dan pengalaman keagamaan setiap calon mahasiswa. Suyitno menambahkan, kalau perlu kuota khusus diadakan untuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah bagi mereka yang mempunyai kualitas khusus. Hal itu diharapkan dapat turut menjaring bibit-bibit unggul untuk masuk ke PTKIN.

“Di antara kuota KIP Kuliah yang saat ini sebanyak 17.565 orang, memungkinkan untuk diberikan kepada siswa yang berprestasi, tetapi mengalami keterbatasan ekonomi,” katanya.

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado Delmus Puneri Salim menyambut positif imbauan Kemenag. Selain itu, ia meminta pemerintah untuk memberikan kebijakan khusus kepada kampus-kampus PTKIN yang masih berstatus institut. “Perlu afirmasi khusus agar kami cepat menjadi UIN dan pemerintah daerah sudah merekomendasikannya,” katanya, kemarin.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Waryono Abdul Ghofur berharap PTKIN dapat mengembangkan sinergi dengan pondok pesantren. Menurut dia, sinergi demikian bisa dilakukan, antara lain, melalui ma’had al-jami'ah. Saat ini, dia menambahkan, pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian dalam memperkuat aspek pemberdayaan ekonomi di pesantren-pesantren.

“Kita harus saling sinergi agar PTKIN dan pondok pesantren berkembang dengan baik dengan potensinya masing-masing,” ujar Waryono, kemarin.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat