Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) meninjau pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 di TPS 5, Jalan Raya Gading Tutuka, Soreang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (9/12). | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Jawa Barat

Jabar Terima Produk Inovasi Penanganan Covid-19

Gubernur Jabar mengapresiasi inovasi peralatan penangangan Covid-19 agar tak andalkan dari luar negeri.

 

BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menerima sejumlah produk inovasi penanganan Covid-19 dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Produk yang dihasilkan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 ini diserahkan langsung oleh Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Selasa (8/12). 

Ridwan Kamil mengapresiasi langkah inovasi kementerian sehingga peralatan untuk penanganan Covid-19 tidak harus mengandalkan produk dari luar negeri. Ia menilai, inovasi dalam negeri memiliki kualitas yang sama dengan biaya lebih murah. "Karena itu, saya apresiasi produk yang diserahkan (oleh Kemenristek) ini yang juga datang mayoritas dari inovator asal Jawa Barat," ujar pria yang akrab disapa Emil.  

Bantuan yang diterima tersebut adalah 3 unit Autonomous UVC mobile robot untuk sterilisasi dan disinfeksi ruang isolasi medis, 3.000 unit uji CePAD Covid-19 antigen test, 3 unit ventilator X-VENT XMV 20 frontliner, 5 unit purifier/respirator PAPR LCC-Respira V.01, 1 unit ventilator Transport Covent-20 UI. Kemudian, 1 unit teknologi pembersih udara ATTACT, 1 unit ventilator Indonesia (Vent-I), 1 unit mobile lab BSL-2, dan 2 unit ventilator Robotflow HFNC. Emil pun meminta jajarannya langsung menggunakan alat tersebut untuk mempercepat penanganan Covid-19 di Jabar. 

Bambang Brodjonegoro mengatakan, produk inovasi tersebut sifatnya langsung seperti ventilator maupun tidak langsung seperti suplemen. Ia berharap inovasi yang diserahkan bisa menambah fasilitas penanganan Covid-19 di rumah sakit yang menangani banyak pasien. "Nanti produknya disebarkan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang kekurangan peralatan medis untuk (penanganan) Covid-19," katanya. 

95 persen impor

Bambang mengatakan, inovasi menjadi solusi terhadap masalah bangsa dan negara agar tidak kebergantungan impor akan bahan baku obat dan alat kesehatan. Saat ini, 94 persen kebutuhan alat kesehatan dalam negeri dan 95 persen bahan baku obat berasal dari impor, bahkan impornya tidak tanggung-tanggung, dari alat-alat canggih sampai alat-alat yang sederhana.

Bambang mengakui, bahan baku obat tersebut belum bisa disediakan Indonesia karena butuh investasi yang besar dan lama. Sementara itu, industri kimia di Tanah Air baru sampai level industri kimia dasar dan petrokimia yang jumlahnya sangat terbatas. "Turunannya dari kimia dasar dan petrokimia itu yang sebenarnya dibutuhkan untuk bahan baku obat dan itu kalau mau diadakan di Indonesia ya kita harus bikin pabriknya dulu, investasi yang tidak murah dan butuh waktu," kata dia.

Karena itulah, kata dia, Indonesia harus berinovasi untuk mengolah keanekaragaman hayati yang bisa menjadi sumber bahan baku obat. "Ini harus digali lebih lanjut," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat