Anak-anak berkumpul di bawah payung menanti rasio makanan gratis di Sana,Yaman, beberapa waktu lalu. | EPA-EFE/YAHYA ARHAB

Internasional

PBB: 235 Juta Orang Butuh Bantuan

Penyebab utama krisis adalah pandemi Covid-19, konflik, migrasi, dan dampak pemanasan global.

NEW YORK -- Kantor PBB untuk urusan kemanusiaan, UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), Selasa (2/12), menyebutkan krisis kemanusiaan meningkat pada 2021. Krisis ini terjadi akibat pandemi Covid-19 dan tantangan global seperti konflik, migrasi, dan dampak pemanasan global.

OCHA memperkirakan akan ada 235 juta orang yang membutuhkan bantuan tahun depan. Ini menunjukkan kenaikan 40 persen dari tahun ini. "Gambaran yang kami paparkan tahun ini adalah perkiraan yang paling muram dan gelap dari yang pernah kami sampaikan mengenai kebutuhan kemanusiaan. Ini karena pandemi telah mengenai hidup negara-negara yang paling rentan dan rawan di planet ini," kata kepala OCHA Mark Lowcock, Selasa.

Dalam laporan tahunan OCHA kali ini menyampaikan harapannya untuk bisa memenuhi kebutuhan 160 juta orang. Biaya yang diperlukan sebesar 35 juta dolar AS, atau dua kali lipat dari dana pendonor yang sudah dikucurkan.

"Untuk pertama kalinya sejak 1990-an, kemiskinan ekstrem akan meningkat, tingkat harapan hidup merosot, kematian tahunan akibat HIV, tuberkolosis, dan malaria menjadi dua kali lipat," katanya. "Kami khawatir jumlah orang yang menderita kelaparan akan berlipat."   

Kini OCHA mengharapkan peran lebih dari sejumlah pendonor baru. Salah satu harapan itu adalah pada Amerika Serikat di bawah pemerintahan presiden baru Joe Biden. OCHA bertekad untuk memenuhi kebutuhan dua pertiga jumlah orang yang memerlukan bantuan global. Sisanya, kata Lowcock, akan diupayakan oleh Palang Merah dan lembaga kemanusiaan lainnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, anggaran bantuan kemanusiaan saat ini merosot akibat dampak Covid-19 yang terus memburuk. "Kehidupan orang di setiap negara dan sudut dunia telah jungkir balik untuk pertama kalinya dalam kurun lebih dari satu generasi," ujar Guterres.

Paparan OCHA ini dipandang sebagai tinjauan paling komprehensif mengenai kebutuhan kemanusiaan secara global. Data yang dikumpulkan berasal dari lebih dari 30 skema di 56 negara yang rentan.

Negara terdampak, Lowcock mengatakan, masalah terbesar kini di Yaman, tempat kelaparan berskala besar mengintai saat ini. Ia bahkan langsung menyebutkan kurangnya dana bantuan dari negara-negara Teluk menjadi alasan krisis di Yaman. Tersendatnya bantuan itu membuat klinik kesehatan ditutup.Perang saudara selama enam tahun di Yaman juga telah menyebabkan 233 ribu orang tewas.

Termasuk dalam angka itu adalah 131 ribu orang yang meninggal karena pengaruh tidak langsung dari perang, yaitu berupa kekurangan pangan, layanan kesehatan buruk, dan infrastruktur.

Lowcock menyebut anggaran bantuan terbesar kini diperlukan Suriah dan negara sekitar yang terkena tumpahan konflik. Jutaan warga Suriah menyelamatkan diri ke negara-negara sekitar dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari sembilan tahun. OCHA juga menyebutkan, negara yang membutuhkan perhatian adalah Afghanistan, Kongo, Haiti, Nigeria, Sudan Selatan, Ukraina, dan Venezuela.

Salah satu pendatang baru dalam daftar ini adalah Pakistan, Zimbabwe, dan Mozambik, tempat aktivitas ekstremis meningkat di kawasan utara."Semua ini menimpa paling parah pada warga termiskin di negara termiskin," ujar Lowcock.

"Bagi mereka yang termiskin, rasa limbung akibat pandemi akan terasa lama dan berat."Namun, kata Lowcock, piihannya jelas. "Kita bisa membiarkan 2021 menjadi kemunduran besar-besaran --merusak kemajuan yang dicapai 40 tahun terakhir-- atau kita bisa bekerja sama untuk memastikan kita semua mendapat jalan keluar dari pandemi ini," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat