Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara di hadapan kongres Politbiro Partai Komunis Korea pada 15 November lalu. | EPA-EFE/KCNA

Internasional

NIS: Kim Perintahkan Eksekusi

Kim disebut murka dan menunjukkan tanda-tanda stres.

SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un memerintahkan sekurangnya dua orang dieksekusi, melarang nelayan melaut, dan mengunci ibu kota, Pyongyang. Semua itu dilakukan untuk meredam dampak pandemi Covid-19 dan perekonomian yang memburuk. Ini dipaparkan badan intelijen Korea Selatan (Korsel), National Intelligence Service (NIS), di hadapan parlemen, Jumat (27/11).

Salah seorang anggota parlemen, Ha Tae-keung, mengutip pernyataan NIS yang menyebutkan Kim menunjukkan sikap murka atas keadaan saat ini. Kim disebut mengambil "tindakan tidak rasional" dalam menangani pandemi dan dampaknya pada ekonomi Korut.

"Ia (Kim, Red) menunjukkan sikap amat emosional, murka, dan tanda-tanda stres, dan semakin banyak memberi perintah yang tanpa alasan," ujar Ha.

Briefing tertutup yang digelar NIS memberi gambaran tentang kondisi Korut yang penuh rahasia. NIS memang kerap berbagi intelijen dan analisis dengan mitra timpalannya di antara negara-negara tetangga.

Pernyataan Ha dikonfirmasi anggota parlemen lain, Kim Byung-kee, yang ikut menghadiri briefing NIS. Menurutnya, pemimpin Korut telah mengalami paranoid Covid-19.

Kim Byung-kee juga mengutip laporan NIS yang menyebut Korut cemas karena persahabatannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sia-sia. Sejauh ini Korut belum memberikan tanggapan resmi atas hasil pemilihan presiden AS.

photo
Presiden AS Donald Trump berjalan bersama Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un dalam kunjungan ke zona demiliterisasi tauhn lalu. - (AP/Susan Walsh)

Namun, Korut memerintahkan para diplomat mereka yang sedang bertugas di negara lain untuk tidak melakukan tindakan yang bisa memancing aksi dari AS. Alasannya, Korut khawatir pada kebijakan AS di bawah presiden terpilih Joe Biden.

Sementara itu, menurut Ha, NIS menjelaskan, pemerintahan Kim juga mengeksekusi seorang pengusaha penukaran mata uang terkemuka di Pyongyang pada Oktober. Sang pengusaha disebut bertanggung jawab atas nilai tukar mata uang won yang mendadak fluktuatif.

"Korut berhadapan dengan tiga tekanan, yaitu sanksi, Covid-19, dan kerusakan akibat banjir," lapor KBS World, mengutip Ha.

NIS mengatakan, ada pejabat tinggi Korut yang juga dieksekusi pada Agustus. Sang pejabat dinyatakan melanggar aturan pemerintah yang melarang barang-barang dari luar negeri. Sejauh ini nama kedua orang yang dieksekusi tersebut tidak disebutkan.

Untuk urusan pangan, Korut juga melarang para nelayan mencari ikan dan melarang produksi garam di laut. Langkah tersebut diambil karena khawatir air laut tercemar virus korona. Korut kini membiarkan 110 ribu ton beras asal Cina terbengkalai di pelabuhan Dalian, Cina. Beras itu tak kunjung dikirimkan ke Korut.

Baru-baru ini, Korut mengunci Pyongyang dan Provinsi Jagang di utara karena Covid-19. Awal November, penguncian wilayah juga dilakukan di bagian lain setelah aparat menemukan ada barang-barang dari negara lain dan mata uang asing.

photo
Dalam foto yang didistribusikan oleh stasiun televisi Korut, KRT, Sabtu (10/10/2020) ini, pemimpin Korut Kim Jong-un menyampaikan pidato saat peringatan hari ulang tahun ke-75 Korut - (AP/KRT)

Retas pengembang vaksin

Ha menyebutkan, Korut mencoba meretas sejumlah perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid-19. Namun, Ha tak menyebutkan jumlah perusahaan yang diretas Korut. Menurutnya, upaya itu gagal.

Awal bulan ini, perusahaan Microsoft juga mengatakan para peretas yang bekerja untuk Rusia dan Korut mencoba menerobos jaringan tujuh perusahaan farmasi dan periset vaksin di Kanada, Prancis, India, Korsel, dan AS.

Korut masih belum melaporkan kasus infeksi virus korona. Namun, NIS mengatakan, wabah tak mungkin dihindari di Korut. Apalagi, Korut juga aktif berinteraksi antarorang dan melakukan perdagangan dengan Cina sebelum menutup perbatasan mereka pada akhir Januari lalu, saat wabah Covid-19 kian meluas.

Penutupan itu menjadi pukulan hebat bagi Korut, karena selama ini amat tergantung pada Cina. Sedangkan, Korut masih terus menjalani sanksi ekonomi yang dimotori AS.

Wabah Covid-19 di Korut akan mengakibatkan kondisi parah karena sistem kesehatan negara tersebut masih lemah. Korut juga mengalami masalah kronis, yaitu kurangnya pasokan medis.

Laporan NIS menyebutkan, perdagangan Korut dan Cina dalam 10 bulan pertama tahun ini mencapai 530 juta dolar AS. Angka ini terhitung merosot 25 persen dibanding tahun lalu. Harga gula dan bumbu-bumbu juga melejit empat kali lipat.

Kini para pengamat sedang memperhitungkan kemungkinan Korut melanjutkan uji coba rudal nuklirnya, untuk menarik perhatian Biden. Pada serangkaian momen pergantian kepemiminan AS sebelumnya, Korut biasa melakukan peluncuran senjata kelas berat untuk meningkatkan posisi tawarnya dengan pemerintahan baru AS.

NIS kali ini memperkirakan, Korut akan tetap melakukan parade militer menjelang kongres partai mereka, Workers’ Party, pada Januari. Menurut Kim Byung-kee, parade itu akan dilakukan untuk menunjukkan kekuatan yang bertepatan waktunya dengan pelantikan Biden pada 20 Januari. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat