Tabung cairan hasil tes usap Polymerase Chain Reaction (PCR) di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (18/11). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

Memperlambat Penyebaran Pagebluk

Ternyata kebijakan yang diambil untuk memperlambat pagebluk ini mudah ditebak.

 

Beberapa tajuk harian ini sejak Juli-Oktober mencoba untuk memproyeksikan seberapa cepat peningkatan kasus harian Covid-19 di Indonesia. Proyeksi kasar diambil dengan memperhitungkan sejumlah variabel, seperti data historis laju kasus harian, kebijakan pengetatan sosial, dan kebijakan pencegahan yang dilakukan pemerintah. Hasilnya ternyata cukup mendekati realitas. 

Proyeksi kasus harian di level 4.000-an kasus per hari dan kasus total 500 ribu kasus Covid-19 pada akhir tahun. Bahkan, sejak menyentuh 200 ribu kasus pada Agustus, hanya butuh tiga bulan untuk mencetak tambahan 300 ribu kasus.

Tajuk pada 29 Juli lalu mengungkapkan, "Kita asumsikan dengan situasi yang sama seperti ini, tanpa ada terobosan kebijakan pengetatan pembatasan sosial, abainya warga terhadap protokol kesehatan, maka situasi kasus positif 200 ribu orang per hari. Katakanlah awal Oktober." Prediksi 200 ribu orang ternyata lebih cepat terlampaui sebelum Oktober.

Adapun, "...pada akhir tahun kasus Covid-19 di Indonesia bisa menyentuh angka 500 ribu (asumsi moderat) atau mendekati satu juta kasus (asumsi maksimal)." Ini diambil dari tajuk yang tayang pada pekan pertama September. Saat itu, imbas akibat kebijakan libur panjang membuat lonjakan kasus harian Covid-19 dan total kasus menyentuh 200 ribu kasus.

 
Kita mengkritik pemerintah atas ketidakmampuannya menghadirkan satu strategi komprehensif mencegah meluasnya pagebluk sampai saat ini.
 
 

Kemudian dalam tajuk yang ditulis pekan terakhir September disebutkan, "...tanpa ada perubahan strategi pencegahan pagebluk, maka kita bisa asumsikan secara kasar angka kasus harian mencapai 5.000 kasus per Oktober. Desember, kemungkinan besar sudah mencapai 7.000 kasus per hari." Kita masih ingat, ledakan 5.000 kasus terlampaui pada pekan kedua November.

"Diperkirakan pada November, kalau tidak ada kebijakan pencegahan yang drastis, angka kasus sudah akan menembus 500 ribu lebih. Berarti, kita bisa asumsikan secara kasar, pada Desember, saat hari pencoblosan, maka tren angka kasus terus menaik, di 600 ribu kasus total." Prediksi terakhir ini ditulis pada pengujung Oktober. 

Apa benang merah dari prediksi kasus harian Covid-19 di atas? Secara relatif ini memperlihatkan, bagaimana ternyata kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencegah perluasan pagebluk ini mudah ditebak, berjalan tidak efektif dan efisien. 

Kita mengkritik pemerintah atas ketidakmampuannya menghadirkan satu strategi komprehensif mencegah meluasnya pagebluk sampai saat ini. Peraturan besarnya adalah sebuah protokol kesehatan: Menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker.

Namun, realitas sehari-hari memperlihatkan pelanggaran terus terjadi, publik dan pejabat acuh, pelanggaran cenderung dibiarkan, tanpa ada penegakan disiplin dan hukum yang serius. Ini menjadi masalah utama, satu-satunya.

 
Tanpa koordinasi disertai ketegasan kepemimpinan nasional, amat mungkin orang kesatu juta yang terjangkit Covid-19 ada di sekitar kita dalam waktu dekat.
 
 

Di sisi lain, tentu kita harus mengapresiasi kerja para dokter dan perawat, yang mampu menyembuhkan para penderita Covid-19. Angka kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia termasuk tinggi, sekitar 80 persen. Ini di atas rata-rata angka kesembuhan pasien Covid-19 internasional.

Kita bisa mensyukuri rendahnya angka kematian pasien Covid-19, yang bisa dijaga relatif rendah. Di Indonesia, Covid-19 mematikan bagi pasien yang memiliki penyakit lain, seperti hipertensi, diabetes, jantung, serta asma. Covid-19 juga lebih mematikan bagi pasien dengan umur di atas 50 tahun. 

Tempo-tempo akhir tahun ini kita sedang menunggu kabar baik dari hasil uji vaksin Covid-19. Pemerintah bahkan sudah mengadakan beberapa kali simulasi. Presiden Joko Widodo menargetkan, pada akhir Desember, sudah bisa melakukan vaksinasi terbatas pada kelompok tenaga kesehatan dan aparat keamanan. Ini tentu memberikan harapan positif bagi kita semua. Mungkin, mungkin saja, pada tahun depan situasi penyebaran pagebluk bisa lebih dikendalikan.

Koordinasi yang baik dari berbagai pihak: Kementerian Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Satuan Tugas Penanganan Covid-19, organisasi masyarakat, menjadi faktor yang amat menentukan berhasil tidaknya kita menekan laju penyebaran Covid-19 pada 2021. Tanpa koordinasi disertai ketegasan kepemimpinan nasional, amat mungkin orang kesatu juta yang terjangkit Covid-19 ada di sekitar kita dalam waktu dekat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat