Jami SIrah yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Kelengkapan Tarikh Rasulullah | DOK PRI

Kitab

Sejarah Lengkap Nabi dan Sahabat

Buku karya Imam Ibnu Qayyim ini mengulas secara bernas babak-babak kehidupan Rasulullah SAW.

OLEH HASANUL RIZQA

 

 

Penulisan riwayat hidup (sirah) Nabi Muhammad SAW telah dimulai setidaknya sejak 100 tahun pascawafatnya beliau. Ibnu Ishaq (704-768 M) disebut-sebut sebagai sejarawan Muslim pertama yang menulis sirah Rasulullah SAW secara komprehensif. Untuk menyusun biografi tokoh utama dalam Islam itu, ulama kelahiran Madinah tersebut mengandalkan sumber lisan dari para sahabat dan generasi di bawahnya.

Sesudah Ibnu Ishaq, tentu semakin banyak penerbitan buku yang mengulas kehidupan Nabi SAW. Terkait itu, salah satu kitab fenomenal yang terus dibaca hingga saat ini ialah Jami’ Sirah karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa. Adapun edisi bahasa Indonesia dari karya tersebut diterbitkan Pustaka al-Kautsar dengan judul Kelengkapan Tarikh Rasulullah.

Penulisnya, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, memiliki nama lengkap Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa'ad Zur'i ad-Damsyiq. Seperti tampak dari gelarnya, murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah itu berasal dari Damaskus, Suriah.

Ulama kelahiran tahun 691 H/1292 M ini mendalami berbagai bidang ilmu keislaman, seperti tafsir Alquran, hadis, fikih, tasawuf, dan tata bahasa Arab. Pada akhirnya, ia pun memiliki banyak murid. Yang terkemuka di antaranya adalah Ibnu Katsir penyusun kitab al-Bidayah wa an-Nihayah dan Ibnu Rajab al-Hambali al-Baghdadi penggubah Thabaqat al-Hanabilah.

Sepanjang hayatnya, Ibnu Qayyim adalah seorang alim yang prolifik. Selain Jami’ Sirah, ada puluhan karya lain yang lahir dari tangannya. Sejarawan Taha Abdur Ra'uf mengatakan, sedikitnya terdapat 49 judul karya sang mujadid yang meliputi berbagai disiplin ilmu.

Di antaranya adalah Tahzib Sunan Abi Dawud, Safar al-Hijratain wa Bab as-Sa'adatain, Madarij as-Salikin, Syarh Asma' al-Kitab al-Aziz, dan Zad al-Ma'ad fi Hadyil 'Ibad. Selain itu, ada pula Nuzhah al-Musytaqin wa Raudah al-Muhibbin, Tuhfah al-Wadud fi Ahkam al-Maulud, Tafdhilu Makkah wa al-Madinah, dan masih banyak lagi.

Jami’ Sirah merupakan sebuah kitab yang komprehensif. Secara keseluruhan, karya itu terdiri atas dua bagian, yakni sirah Nabi Muhammad SAW dan profil para sahabat beliau. Uraian tentang riwayat Rasulullah SAW disajikannya begitu lengkap. Mulai dari kelahiran, perjuangannya baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi utusan Allah SWT, hingga wafatnya. Bahkan, dijelaskan pula perihal dasar kenabian beliau shalallahu ‘alaihi wasallam serta mengapa risalah diturunkan.

 
Uraian tentang riwayat Rasulullah SAW disajikannya begitu lengkap. 
 
 

Pada bagian pembuka sirah Nabi SAW, Ibnu Qayyim menegaskan bahwa manusia membutuhkan risalah. Melalui jasa para rasul Allah SWT, ridha-Nya dapat sampai kepada umat manusia.

Bahkan, penulis kitab tersebut menyimpulkan, kebutuhan manusia terhadap para utusan Allah jauh melebihi kebutuhan raga akan nyawa atau mata akan cahaya. “Sesungguhnya tidak ada jalan kebahagiaan serta keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali di tangan para rasul,” tulisnya.

Oleh karena itu, Ibnu Qayyim menyayangkan bila perikehidupan para nabi, khususnya Rasulullah SAW, tidak dipelajari dengan baik. Malahan, ia merasakan sebagian umat Islam—pada masanya menulis kitab tersebut—cenderung enggan mempelajari sirah Nabi SAW.

Akibatnya, lanjut dia, penyimpangan terjadi di mana-mana. Alim ulama tetap muncul, tetapi banyak di antaranya menyampaikan kepalsuan dengan tujuan hanya menguasai orang-orang bodoh.

Pada bagian berikutnya, Ibnu Qayyim menjabarkan perihal nasab Nabi SAW. Lengkapnya, sang penerima wahyu Alquran al-Karim itu bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrat bin Ka’ab bin Lu’ayyi bin Ghalib bin Fiher bin Malik bin Nadher bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazzar bin Ma’ad bin Adnan.

Semua ulama sepakat bahwa Adnan adalah keturunan Nabi Ismail AS. Dan putra pertama Nabi Ibrahim AS itulah yang dimaksud sebagai adz-dzabih atau anak yang hampir disembelih, bukan Ishaq AS.

Selanjutnya, ia memaparkan riwayat panjang Nabi SAW. Jami’ Sirah menunjukkan karakteristik sebuah buku ensiklopedia dengan alur kronologis. Alhasil, penjelasan tentang babak-babak kehidupan beliau ditulis Ibnu Qayyim secara padat dan bernas, tanpa mengurangi substansi fakta sejarah sedikit pun.

 
Jami’ Sirah menunjukkan karakteristik sebuah buku ensiklopedia dengan alur kronologis.
 
 

Bahkan, dalam banyak tempat sang penulis menyampaikan banyak sumber hadis dan sebab turunnya (asbabun nuzul) ayat-ayat Alquran untuk mendukung argumentasinya.

Misalnya, perkara apakah Rasulullah SAW melihat Allah SWT tatkala mengalami perjalanan isra dan miraj? Ibnu Qayyim menjelaskan, para sahabat Nabi SAW berbeda pendapat mengenai hal itu.

Menurut riwayat yang sahih dari Ibnu Abbas, beliau tidak melihat Tuhannya. Dan, menurut riwayat yang sahih juga dari tokoh yang sama, Rasul SAW melihat Tuhannya dengan mata hati beliau. Abu Dzar pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Apakah Anda melihat Tuhan Anda?” Beliau bersabda, “Cahaya yang aku lihat.”

Ibnu Qayyim mengutip penjelasan dari gurunya, Ibnu Taimiyah, mengenai soal tersebut. Ucapan Ibnu Abbas bahwa “sesungguhnya Rasulullah SAW tidak melihat Tuhannya” dan “sesungguhnya beliau melihat Tuhannya dengan mata hatinya” tidak bertentangan.

Sebab, Nabi SAW diketahui pernah bersabda dalam riwayat yang sahih, “Aku melihat Tuhanku Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.” Namun, hal itu terjadi tidak dalam peristiwa isra miraj, melainkan di Madinah tatkala beliau ketiduran. Nabi SAW dalam mimpinya melihat Allah SWT.

Oleh karena itu, Imam Ahmad berkesimpulan, “Sungguh, Rasulullah SAW benar-benar melihat Tuhannya karena mimpi yang dialami para nabi adalah kebenaran.” Namun, lanjut Ibnu Taimiyah, Imam Ahmad tidak pernah mengatakan, “Sungguh, Rasulullah SAW melihat Tuhannya dengan sepasang mata kepalanya dan dalam keadaan terjaga.”

Bagian kedua Jami’ Sirah menampilkan kemuliaan sosok para sahabat Nabi SAW. Beberapa sahabat yang dibahas dalam kitab tersebut ialah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, ‘Aisyah, Hasan, Husain, dan lain-lain. Para sahabat Rasulullah SAW merupakan pemimpin para ulama. Mereka mencintai Nabi SAW, begitu pula antara satu dan lainnya.

 
Bagian kedua Jami’ Sirah menampilkan kemuliaan sosok para sahabat Nabi SAW.
 
 

Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, disebutkan sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud. Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia (generasi) adalah pada masaku, kemudian masa setelah mereka, kemudian masa setelah mereka.” Maknanya, Rasulullah SAW sendiri menyatakan keutamaan para sahabat beliau dan dua generasi sesudahnya, yakni tabiin dan tabiit tabiin.

Sepeninggalan Nabi SAW, para sahabat meneruskan perjuangan syiar Islam dan ilmu. Mereka mengajar dan masyhur dengan spesialisasi keilmuan tertentu. Sebagai contoh, Umar bin Khattab pernah menyampaikan kepada khalayak, “Barangsiapa ingin bertanya tentang ilmu faraidh (waris) datanglah kepada Zaid bin Tsabit. Barangsiapa ingin bertanya tentang ilmu fikih, datanglah kepada Mu’adz bin Jabal.”

Di samping itu, Aisyah binti Abu Bakar juga dikenal terdepan dalam pengajaran hukum Islam. Sehingga, berkatalah Urwah bin az-Zubair, “Tidaklah aku duduk bersama seseorang yang lebih paham tentang hukum, tidak juga tentang hadis, daripada Aisyah. Dan juga tidak seorang pun yang lebih indah dalam syair, lebih paham tentang faraidh dan kedokteran daripada dirinya.”

Kitab Jami’ Sirah telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia dengan cukup baik. Edisi yang diterbitkan Pustaka al-Kautsar juga telah melalui proses tashih dan tahqiq hadis oleh Syekh Yusri Sayyid Muhammad. Dengan demikian, kualitasnya semakin baik sebagai salah satu buku rujukan tentang biografi Rasulullah SAW.

 
Kitab Jami’ Sirah telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia dengan cukup baik.
 
 

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah benar-benar berhasil menghidangkan sejarah Rasulullah SAW. Uraiannya membuat siapa saja betah berlama-lama membaca. Bahasa yang dipakai dalam buku ini mudah dimengerti, tidak membosankan apalagi bertele-tele.

Tak sekadar menerangkan alur kehidupan beliau “dari A sampai Z”, tetapi juga menyampaikan berbagai analisis menarik dan mendalam yang memang sudah menjadi ciri khas kepenulisan salah seorang hujjatul Islam itu.

 

 

DATA BUKU

Judul: Kelengkapan Tarikh Rasulullah (terjemahan bahasa Indonesia atas Jami’ Sirah)

Penulis: Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Penerjemah: Abdul Rosyad Shiddiq dan Muhammad Muchson Anasy

Penerbit: Pustaka al-Kautsar

Tebal: 753 halaman

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat