Ilustrasi ibu. Sejumlah seniman mengungkapkan teladan ibu dalam bait bait puisi dan sajak. | JOJON/ANTARA FOTO

Geni

Sajak-Sajak Kasih Ibu

Sajak ibu menginspirasi masyarakat untuk meneladani sosok ibu dalam kehidupan.

 

 

Tidak ada yang bisa menandingi kasih ibu. Sosok mulia itu adalah pahlawan dalam hidup setiap anak. Puisi berjudul "Ibu" karya D Zawawi Imron merekam dengan cermat pemaknaan itu. 

"Kalau aku ikut ujian, lalu ditanya tentang pahlawan, namamu ibu yang ‘kan kusebut paling dahulu," demikian penggalan untaian baitnya, yang dibacakan aktris Christine Hakim.

Penampilan Christine membuka acara "Puisi Cinta untuk Indonesia". Program besutan Balai Pustaka dan Titimangsa Foundation itu tayang di kanal Youtube Balai Pustaka, Selasa (10/11) petang.

Melanjutkan deklamasi Christine, aktor Slamet Rahardjo membaca puisi berjudul "Apa Ada Angin di Jakarta?". Karya ciptaan Umbu Landu Paranggi itu berbicara tentang cinta pada kampung halaman. 

Umbu hadir sesudah Slamet, menyenandungkan bait puisi yang dia ciptakan. Sang penyair kemudian melanjutkan dengan pembacaan puisi "Catetan Th 1946" karya Chairil Anwar.

Usai penampilan ketiga sosok senior tersebut, pemandu acara Widi Mulia menyapa penonton virtual. Widi berbincang bersama Direktur Utama Balai Pustaka, Achmad Fachrodji.

Mereka berdua mengulas tentang tujuan program. "Puisi Cinta untuk Indonesia" menggalang donasi untuk para sastrawan yang ekonominya terdampak akibat pandemi Covid-19. "Betapa dalam situasi seperti ini, puisi benar-benar dibutuhkan untuk menyentuh semua insan, membangun solidaritas, cinta dan persaudaraan," ujar Fachrodji.

Acara menampilkan sajak karya Abdul Hadi WM, Asrul Sani, Dorothea Rosa Herliany, Hasan Aspahani, dan WS Rendra. Dibacakan pula puisi Joko Pinurbo, Mutia Sukma, dan Subagio Sastrowardoyo.

Selain Umbu yang membacakan sendiri puisi karyanya, beberapa sastrawan melakukan hal sama. Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Warih Wisatsana, Isbedy Stiawan ZS, M Aan Mansyur, dan Kurnia Effendi membawakan langsung puisi mereka.

Puisi kritis karya Widji Thukul dengan elok digubah menjadi musikalisasi oleh putranya, Fajar Merah. Lantunan puisi "Bunga dan Tembok" berbalut musik itu kian artistik dengan gerak teatrikal dari Asmara Abigail.

Musikalisasi puisi juga dilakukan seniman Sri Krishna untuk puisi "Guruku" karya KH Ahmad Mustofa Bisri. Pun, Reda Gaudiamo yang bermain ukulele sambil melagukan bait puisi "Pada Suatu Hari Nanti" karya Sapardi Djoko Damono.

"Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi, tapi dalam bait-bait sajak ini, kau tak akan kurelakan sendiri," kata Reda melantunkan puisi Sapardi.

Mewakili generasi muda, aktor Iqbaal Ramadhan mendaraskan bait menggelitik "Surat Kepada Bunda: tentang Calon Menantunya". Puisi WS Rendra itu memuat surat dari seorang lelaki yang memberi tahu ibunya tentang sang tambatan hati.

"Mama yang tercinta, akhirnya kutemukan juga jodohku. Seseorang yang bagai kau: sederhana dalam tingkah dan bicara, serta sangat menyayangiku," ujar bintang film Dilan itu. 

Secara bersahut-sahutan, pasangan selebritas Vino G Bastian dan Marsha Timothy membaca sebuah sajak romantis. Puisi berjudul "Sungsang Buku Sepasang" itu ditulis oleh Hasan Aspahani.

Muatan cinta terasa dalam "Sajak" karya Subagio Sastrowardoyo yang dibacakan Sha Ine Febriyanti. Atiqah Hasiholan membawakan "Puisi Cinta" gubahan penyair Mutia Sukma. "Aku mencintaimu, bahkan ketika kemiskinan mengintai kita. Sebab, seburuk-buruknya kemiskinan, ada sekaya-kayanya doa," ujar Atiqah.

Cinta yang terangkum, tidak melulu soal romansa. Aktris dan penyanyi Widi Mulia yang memandu acara, membaca puisi berjudul "Doa" karya Amir Hamzah, wujud kerinduan kepada Sang Pencipta.

Dengan gaya serta ekspresi khasnya, pelakon Butet Kartaredjasa mementaskan puisi tentang guru. Sajak berjudul "Dengan Kata Lain" itu merupakan karya penyair Joko Pinurbo. 

Sebagai penutup, aktris Happy Salma membacakan "Tuhan, Kita Begitu Dekat" karya Abdul Hadi WM. Berlanjut dengan "Doa", puisi karya Chairil Anwar yang dideklamasikan Reza Rahadian.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat