
Khazanah
Perkuat Dakwah Islam Wasathiyah
Dakwah Islam yang wasatiyah atau moderat perlu diperkuat.
JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin bersilaturahim dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (12/11). Dua tokoh tersebut membahas kondisi dunia Islam saat ini.
Di hadapan para wartawan, Kiai Said mengatakan, Syafruddin banyak menyampaikan gagasan mengenai dakwah dan syiar Islam, tentunya dengan pemahaman Islam yang benar, wasathiyah, dan moderat.
Menurut Kiai Said, dakwah Islam yang wasatiyah atau moderat perlu diperkuat. Hal ini penting untuk menghadapi munculnya beberapa kelompok radikal atau kelompok yang tidak sesuai dengan Islam itu sendiri dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
"Kita ini bangsa yang beradab dan punya kepribadian yang menerima warisan estafet ajaran Islam para ulama leluhur kita, ajaran Islam yang ramah, (kita) enggak mengenal Islam radikal dari ulama Indonesia," ujarnya.
Menurut Kiai Said, Islam radikal ada baru-baru ini. Untuk mengatasinya harus dengan cara-cara yang lembut. Artinya, radikal tidak boleh dilawan dengan radikal.

Dalam silaturahim tersebut, dibahas pula perkembangan dunia Islam di luar negeri, khususnya terkait fenomena Islamofobia. Menurut Kiai Said, Islamofobia sudah ada sejak dulu dan bukan barang baru. Meski ada Islamofobia, bagaimanapun Islam nantinya akan menjadi agama nomor dua terbesar di Eropa. Penyebabnya, antara lain, keberadaan imigran ilegal dan imigran yang resmi dari Afrika.
Kiai Said juga memberikan masukan untuk umat Islam di Indonesia agar bersatu dalam arti bingkai kebangsaan. "Kita sesama bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, menjunjung tinggi UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika, soal ormas boleh beda-beda, mazhab boleh beda, karena perbedaan itu rahmat dari Allah. Tapi kita tetap dalam koridor yang sama," ujarnya.
Ia menegaskan, NKRI, Pancasila, dan UUD 1945 sudah final, sehingga tidak boleh didiskusikan lagi, kecuali diimplementasikan. "Mereka (NKRI, Pancasila, dan UUD 1945) didiskusikan sudah tidak boleh, apalagi dipertentangkan dengan Islam," katanya.
Di tempat yang sama, Syafruddin mengatakan, pertemuan dengan Ketua Umum PBNU banyak membahas hal-hal yang mencerahkan. Salah satunya tentang sejarah Islam dunia dan sejarah Islam di Indonesia.

Ia menyampaikan, saat ini umat Islam di Eropa sudah menjadi penduduk terbanyak nomor dua. "Bahkan, beberapa penelitian memprediksi, dalam 15 tahun sampai 25 tahun mendatang bisa saja menjadi seimbang (jumlahnya) antara penduduk yang beragama Islam dan penduduk beragama lain," kata Syafruddin kepada Republika.
Ia juga mengingatkan, banyak persoalan yang sedang dihadapi umat Islam, seperti persoalan radikalisme, fundamentalisme, dan Islamofobia yang perlu disikapi supaya ada keseimbangan. Untuk itu bangsa Indonesia perlu waspada.
Menurut mantan menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) ini, ke depan seluruh anak bangsa Indonesia harus bersatu demi kemajuan. Apalagi, sekarang sedang dalam kondisi pandemi Covid-19 yang dampaknya dirasakan seluruh umat manusia. "Maka seluruh anak bangsa Indonesia harus kompak," ujar Syafruddin.
Mengenai cara terbaik menyikapi Islamofobia di Barat, Syafruddin menyarankan agar umat Islam dari bangsa yang beradab ini menanggapinya dengan ilmu pengetahuan dan fakta untuk membantah Islamofobia.
"Bantah, bahwa Rasulullah SAW itu tidak begitu (tidak seperti yang diduga orang-orang di Barat yang tidak menyukai Islam--Red), Rasulullah adalah manusia yang sangat toleran."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.