Sejumlah warga memadati pasar rakyat di Pasar Tengah, Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Pemerintah menjelaskan perekonomian nasional berangsur membaik. | JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA FOTO

Kabar Utama

BI: Kuartal III Titik Balik Perekonomian

Sejumlah indikator perekonomian telah menunjukkan tren peningkatan sejak kuartal III 2020.

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis kondisi perekonomian nasional semakin membaik. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, sejumlah indikator perekonomian telah menunjukkan tren peningkatan sejak kuartal III 2020.

Perry menjelaskan, perbaikan ekonomi domestik terjadi pada hampir semua komponen produk domestik bruto (PDB) sisi pengeluaran. Meningkatnya realisasi stimulus pemerintah, terutama berupa bantuan sosial, belanja barang dan jasa lainnya, serta transfer ke daerah dan dana desa (TKDD, berpengaruh kuat pada konsumsi pemerintah yang pada kuartal III 2020 tumbuh tinggi sebesar 9,76 persen (yoy).

"Perbaikan ekonomi nasional sudah mulai terlihat pada kuartal III 2020. Kuartal III jadi titik balik meskipun memang masih mengalami kontraksi," katanya dalam rapat kerja Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dengan DPR RI, Kamis (12/11). 

Ia mengatakan, perbaikan ekonomi tersebut tak lepas dari hasil sinergi antara pemerintah, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta pihak lainnya untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

Ia menambahkan, meningkatnya stimulus fiskal dan membaiknya mobilitas masyarakat turut menopang perbaikan kontraksi konsumsi rumah tangga menjadi sebesar 4,04 persen (yoy). Kinerja investasi juga membaik dengan kontraksi yang berkurang menjadi 6,48 persen (yoy), terutama didorong investasi nonbangunan.

Selain itu, kinerja ekspor mengalami kontraksi yang lebih kecil sebesar 10,82 persen (yoy). Perbaikan tersebut sejalan dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan membaiknya kinerja mitra dagang utama Indonesia, terutama Cina.

Perry menambahkan, pada kuartal III kemarin terdapat dua provinsi yang ekonominya tumbuh positif, yakni Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Pertumbuhan positif tersebut, kata dia, ditopang oleh kinerja positif industri berorientasi ekspor. 

Perbaikan ekonomi domestik diperkirakan akan terus berlanjut ke depan. Ini tecermin pada sejumlah indikator yang membaik, seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) dan penjualan eceran serta daring. Belanja Pemerintah juga akan terus meningkat pada kuartal IV 2020 sehingga akan menopang konsumsi rumah tangga.

Di samping itu, kinerja positif ekspor akan berlanjut ditopang berlanjutnya permintaan global, terutama dari AS dan Cina. Peningkatan permintaan akan terjadi untuk komoditas besi dan baja, pulp dan waste paper, serta tekstil dan produk tekstil (TPT).

Ia menambahkan, stabilitas eksternal ekonomi Indonesia juga tetap terjaga. Transaksi berjalan kuartal III 2020 diprakirakan mencatat surplus dipengaruhi perbaikan ekspor dan penyesuaian impor sejalan permintaan domestik yang belum kuat. Hal ini tecermin pada neraca perdagangan selama kuartal III 2020 yang mencatat surplus sebesar 8,03 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dari surplus neraca perdagangan kuartal sebelumnya sebesar 2,89 miliar dolar AS.

Neraca transaksi modal dan finansial juga masih kuat, terutama didukung oleh aliran masuk modal portofolio asing sejalan dengan besarnya likuiditas global, tingginya daya tarik aset keuangan domestik, dan terjaganya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik.

Cadangan devisa pada Oktober 2020 juga memadai, yaitu sebanyak 133,7 miliar dolar AS, jauh berada di atas standar kecukupan internasional. NPI diperkirakan akan mengalami surplus dengan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dan surplus neraca modal yang lebih besar. Untuk 2020, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan di bawah 1,5 persen PDB sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal.

BI sejak awal pandemi Covid-19 berkomitmen mengerahkan seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Sinergi juga dilakukan dengan pemerintah dan KSSK. Ia mengatakan, BI telah melakukan quantitative easing (QE) sebesar Rp 672,4 triliun hingga saat ini. "Pelonggaran moneter dengan injeksi likuiditas ke perbankan ini untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional," katanya.

Pelonggaran moneter dilakukan melalui ekspansi moneter Rp 501,6 triliun dan penurunan giro wajib minimum (GWM) sebesar Rp 155 triliun. QE tersebut merupakan salah satu dari bauran kebijakan yang ditempuh untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19.

Selain QE, penguatan bauran kebijakan dilakukan dengan penurunan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang sudah dilakukan sebanyak empat kali pada 2020 sebesar 100 bps menjadi 4,00 persen. Keputusan ini sejalan dengan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi serta dengan mempertimbangkan rendahnya tekanan inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah.

BI juga menyepakati adanya burden sharing atau skema berbagi beban dengan pemerintah, salah satunya membeli surat berharga negara (SBN) di pasar perdana. Ia menjelaskan, pembelian SBN oleh BI dan pembagian beban untuk pendanaan APBN Tahun 2020 telah mencapai Rp 322,35 triliun.

Optimisme membaiknya perekonomian Indonesia juga telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada kuartal III lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Namun, jika dibandingkan dengan kuartal II yang minus 5,32 persen (yoy), ekonomi kuartal III tumbuh 5,05 persen.

photo
Presiden Joko Widodo - (Republika/Edwin Dwi Putranto)

 

 

Perekonomian kita sudah mulai ke arah pulih dan bangkit.

 

JOKO WIDODO, Presiden Republik Indonesia
 

Jokowi pada Rabu (11/11) mengatakan, data tersebut menunjukkan bahwa ekonomi kuartal III sudah mengalami peningkatan dibandingkan uartal II. “Perekonomian kita sudah mulai ke arah pulih dan bangkit," ujar Jokowi.

Sementara itu, Kepala BPS Suhariyanto saat mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III pada Kamis (5/11), angka pertumbuhan ekonomi secara kuartalan yang sebesar 5,05 persen menjadi modal positif untuk melanjutkan pemulihan pada kuartal IV dan seterusnya.

Pertumbuhan simpanan

photo
Suasana aktivitas pelayanan perbankan di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/3). Ditengah merebaknya wabah virus corona (COVID-19), aktivitas perbankan tetap berjalan normal - (Putra M. Akbar/Republika)

Membaiknya perekonomian juga tecermin dari kinerja industri perbankan. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan, industri perbankan Tanah Air semakin stabil setelah sempat dihantam badai Covid-19 pada awal Maret. Kondisi tersebut terlihat dari pertumbuhan simpanan nasabah.

"Pertumbuhan simpanan nasabah pada seluruh kategori BUKU (bank umum kelompok usaha) telah menunjukkan tren yang positif," kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, Kamis (12/11).

Sepanjang tahun ini, kata dia, penurunan bulanan nominal simpanan tertinggi terjadi pada April yang turun sebesar 1,5 persen secara bulanan. Namun, sejak Mei sampai September 2020, pertumbuhan simpanan berada pada tren yang positif.

Berdasarkan data LPS, Purbaya menjelaskan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank BUKU I mengalami pertumbuhan negatif sejak Maret sampai Juli 2020 dibandingkan Desember 2019. Nasabah yang tadinya menyimpan uang di bank BUKU I ramai-ramai berpindah ke bank-bank besar.

Namun, dengan berbagai kebijakan moneter yang dikeluarkan, pada Agustus hingga September 2020 dana-dana tersebut sudah kembali lagi ke bank BUKU I, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun lalu. "Ini menunjukkan bahwa perbankan kita semakin stabil," ujar Purbaya menerangkan.

Melihat kondisi tersebut, menurut Purbaya, perbankan seharusnya sudah siap memberikan kredit yang lebih besar. Jika terlaksana, prospek ekonomi ke depan akan menjadi lebih baik. "Bisa dibilang titik terendah dari perbankan kita untuk likuiditas sudah lewat," tuturnya.

Per september 2020, total nominal simpanan mencapai Rp 6.721 triliun, naik 10,6 persen secara year-to-date (ytd). Sementara, total rekening simpanan per September 2020 mencapai 335,6 juta atau naik 11,2 persen ytd.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat