Pada zaman Nabi Sulaiman AS, ada seorang lelaki yang selamat dari rencana setan mencelakakannya. Sebab, pria itu bersedekah kepada seorang pengemis kelaparan meskipun dirinya pun dalam kondisi serba terbatas. | PIXABAY

Kisah

Sedekah Penolak Bala

Ternyata, sedekah yang dilakukan si pria telah membuatnya aman dari marabahaya setan.

OLEH HASANUL RIZQA

Dalam kitab Tanqihul Qaulil Hatsits karya Syekh Nawawi al-Bantani, terdapat sebuah kisah yang mengajarkan tentang keutamaan sedekah. Karena gemar bederma, seorang pria selamat dari bahaya yang mengancam. Padahal, waktu itu dirinya pun mengalami kesulitan harta.

Lelaki yang dimaksud hidup pada zaman Nabi Sulaiman AS. Ia tinggal bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil. Di samping rumahnya, ada sebuah pohon besar dan rindang. Banyak burung yang hinggap dan bersarang di atas rimbunnya pohon tersebut.

Pada suatu hari, sang istri memintanya untuk memanjat pohon itu dan mengambil telur dari sarang burung merpati. Telur itu akan dijadikannya makanan bagi anak-anak mereka. Laki-laki itu pun lantas melakukannya.

Tak lama kemudian, induk merpati kembali ke sarangnya. Betapa terkejutnya ia mendapati telur-telurnya telah raib. Burung tersebut lantas mencium aroma masakan dari arah dapur rumah sekitarnya. Akhirnya, hewan itu menyadari, seseorang dari rumah tersebut telah mengambil telur-telurnya dan bahkan memasaknya.

Induk merpati tersebut segera pergi untuk menghadap baginda Nabi Sulaiman AS. Sambil tersedu-sedan, sang induk menuturkan kejadian tersebut. Raja yang juga utusan Allah SWT itu lantas memanggil laki-laki itu dan menyuruhnya bertobat. Setelah mengakui kesalahannya, pria tersebut berjanji kepada Nabi Sulaiman untuk tidak akan mengulangi perbuatannya itu.

Beberapa hari kemudian, makanan di rumahnya habis. Istrinya lagi-lagi memintanya untuk mengambil telur merpati di atas pohon. “Aku tidak mau melakukannya. Sebab, Nabi Sulaiman telah melarangku untuk mengambil telur burung itu,” kata lelaki tersebut.

“Apa menurutmu Nabi Sulaiman peduli pada keadaan dirimu atau merpati itu? Dia terlalu sibuk mengurus kerajaannya yang besar!” sanggah sang istri.

“Bukan begitu,” jawab sang suami, “Aku telah bersalah karena mengambil telur merpati itu.”

Namun, istrinya terus saja membujuknya agar mau mengambil telur burung merpati lagi. Akhirnya, lelaki itu mengalah. Ia pun memanjat pohon di samping rumahnya dan mencomot telur-telur merpati dari sarang,

Beberapa saat kemudian, induk merpati pulang ke sarangnya. Dia sangat kaget dan sedih karena telur-telur yang akan dieraminya sudah lenyap. Maka induk merpati kembali menemui Nabi Sulaiman AS untuk mengadukan kejadian itu.

Mendengarnya, Nabi Sulaiman pun menjadi gusar. Kali ini, putra Nabi Daud AS itu tidak memanggil lagi si pelaku. Beliau menyuruh dua setan untuk segera menghadap kepadanya. Satu setan berasal dari penjuru timur bumi, sedangkan yang lain dari ujung barat.

“Kalian berdua saya tugaskan untuk menjaga pohon besar tempat burung merpati ini bersarang. Begitu lelaki dari rumah samping pohon itu mengambil telur merpati ini, kalian harus meringkusnya. Pegang kedua kakinya, jatuhkan ia dari atas pohon!” demikian instruksi Nabi Sulaiman.

Kedua makhluk dari bangsa jin itu bergegas pergi. Demi melaksanakan perintah, mereka pun menjaga pohon itu siang-malam.

 
Kedua makhluk dari bangsa jin itu bergegas pergi. Demi melaksanakan perintah, mereka pun menjaga pohon itu siang-malam.
 
 

Beberapa waktu kemudian, burung merpati itu beranak lagi. Saat sedang mencari makan, sarang di atas pohon itu tampak kosong, tak terjaga. Melihat itu, lelaki tersebut segera bersiap memanjat pohon.

Belum sampai tangannya meraih tangga, lelaki itu mendengar pintu rumahnya diketuk. Ternyata, ada seorang pengemis tua yang mendatanginya untuk meminta makan. Pengemis itu tampak sangat kepayahan, tubuhnya kurus kering, dengan pakaian yang compang-camping dan kusam.

“Kami tidak punya apa-apa, maafkan,” kata sang istri.

Namun, lelaki itu teringat ada sekerat roti yang tersisa di dapur. Itulah makanan terakhir di dalam rumah ini. Ia pun memberikannya kepada si pengemis.

Wajah peminta-minta itu berubah cerah. Sambil terus mengucapkan terima kasih, pengemis itu pun pergi.

“Jangan khawatir, kita masih bisa makan telur burung merpati yang akan kuambil dari sarangnya di atas pohon!” ujar sang suami sebelum sang istri mendebatnya.

Lelaki itu kemudian memanjat pohon besar di samping rumahnya. Ia segera mengambil beberapa telur di sarang yang ditinggalkan induk burung merpati. Dengan telur itu, ia dan keluarganya dapat makan untuk sehari.

Pulanglah sang ibu merpati ke sarangnya. Ia sangat kesal karena lelaki itu lagi-lagi mengambil telurnya. Perasaannya bercampur kecewa karena kedua jin yang ditugaskan Nabi Sulaiman ternyata tidak menjalankan perintah baginda.

Maka induk merpati itu kembali menghadap Nabi Sulaiman dan mengadukan kejadian tersebut kepadanya. Nabi Sulaiman bertambah marah. Kedua setan yang diberi tugas menjaga pohon itu dipanggilnya.

 
Induk merpati itu kembali menghadap Nabi Sulaiman dan mengadukan kejadian tersebut kepadanya.
 
 

“Kalian berdua telah berkhianat!” seru Nabi Sulaiman.

“Kami sama sekali tidak mengkhianatimu!” jawab para setan itu serempak.

“Kami berdua siang-malam selalu menjaga pohon itu dan juga sarang burung merpati ini,” tutur salah satu jin itu, “Tetapi ketika lelaki itu akan memanjat pohon, datanglah seorang pengemis mengetuk pintu rumahnya.”

“Lelaki itu memberikan sekerat roti kepada pengemis tersebut. Begitu ia memanjat pohon, kami berdua hendak menahannya. Tiba-tiba, dua malaikat datang kepada kami. Yang satu melemparku ke arah terbitnya matahari dan meninjuku terus-menerus hingga aku tak berdaya. Yang lainnya melemparkan kawanku ini ke arah tenggelamnya matahari, dan juga membuatnya tidak berdaya,” jelas si setan.

Nabi Sulaiman pun menyadari bahwa kedua jin itu tidak bermaksud ingkar terhadap perintahnya. Mereka hanya tidak mampu karena malaikat terlebih dahulu mencegah keduanya. Ternyata, sedekah yang dilakukan si pria telah membuatnya aman dari marabahaya setan.

Ingat sabda Rasulullah SAW, “Sedekah itu benar-benar menolak bala.” (HR Thabrani dari Abdullah ibnu Mas’ud).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat