Bushra Jamal Al-Thawil sudah empat kali ditahan militer Israel tanpa alasan jelas. | Dokumen Pribadi

Uswah

Bushra Jamal Al-Thawil: Lawan Propaganda Zionis Lewat Media

Bushra Jamal Al-Thawil sudah empat kali ditahan militer Israel tanpa alasan jelas.

 

Menjadi wartawan di tengah-tengah negeri yang sedang berkonflik bukan hal mudah. Terlebih bagi para kuli tinta di Palestina, negeri terjajah yang masih merasakan langsung kekejaman Israel.

Memilih menjadi jurnalis, Bushra Jamal Al-Thawil (27 tahun) sudah empat kali ditahan militer Israel tanpa alasan yang jelas. Dia mulai ditangkap ketika berusia 18 tahun saat baru saja menamatkan pendidikan SMA.

Pada usia semuda itu, ia ditangkap tanpa alasan. Bushra pun kembali masuk ke terali besi dua kali tiga kali ber turut- turut. Tidak ada alasan yang jelas dalam penangkapan tersebut. Pada masa tahanan yang keempat kalinya, Bushra baru dibebaskan pada Juli 2020 ini.

Penjara bukan dunia baru bagi Bushra dan keluarganya. Mereka merupakan aktivis perjuangan kemerdekaan Palestina yang gagah berani. Sebelum Bushra dilahirkan, ayahnya bahkan ditangkap militer Israel.

Bushra baru bertemu ayahnya saat usia lima bulan. Enam bulan setelah itu, ayah dan anak tersebut kembali dipisahkan militer Israel yang memenjarakan ayahnya. Terhitung, ayah Bushra sudah delapan kali mendekam di penjara sepanjang usia Bushra hingga kini.

Tak hanya ayah, ibunda serta saudara-saudaranya juga mengalami hal serupa. Seperti sudah menjadi kebiasaan yang disengaja Israel, setiap ada satu anggota keluarganya yang bebas dari penjara, maka saudara lainnya akan dijebloskan ke penjara. Mereka yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara tak pernah diadili. Bushra dan keluarganya pun tak pernah mengetahui dengan jelas apa kesalahannya.

"Mereka (Israel) selalu mengada-ada terkait alasan penangkapan," kata Bushra dalam Zoom Meeting, Rabu (4/11).

 
Mereka (Israel) selalu mengada-ada terkait alasan penangkapan.
 
 

Hidup di keluarga aktivis membuat Bushra menjadi saksi hidup bagaimana propaganda Israel dilancarkan. Terlebih, penyuara Zionis tersebut merupakan media internasional yang berafiliasi pada Israel. Misalnya, Israel pernah menerbangkan pesawat berpita kuning simbol kepedulian kepada penyintas wanita kanker di langit Palestina.

Propaganda tersebut diberitakan sejumlah media global yang kemudian menisbatkan betapa Israel memiliki kepedulian besar terhadap perempuan- perempuan Palestina. Padahal realitanya, kata dia, Israel menutup akses kesehatan dan pengobatan bagi perempuan Palestina.

"Untuk itu saya rasa dunia harus tahu kondisi sesungguhnya yang menimpa warga Palestina karena nyaris tak ada pembelaan bagi warga Palestina terhadap kesewenang-wenangan Israel," ungkap dia.

Saat di penjara, Bushra menceritakan bagaimana sikap para sipir penjara terhadap tawanan Palestina. Pemenuhan akses hidup dan kesehatan sangat diabaikan sipir Israel. Hingga suatu hari, kata Bushra, seorang sipir penjara tak berani untuk memberikan izin berobat bagi tawanan yang menderita sakit kritis lantaran kepala sipirnya sedang tertidur.

Dari pengalamannya itu, Bushra pun bertekad menekuni dunia jurnalistik dengan segala risiko yang ia tahu bakal menghampirinya. Bushra yang memiliki mobilitas terbatas akibat statusnya sebagai mantan tahanan, terpaksa mencoba mengoptimalisasi segala kemampuannya untuk bisa mengabarkan kepada dunia tentang Palestina.

 
Entitas Zionis tidak mau terganggu oleh pemberitaan yang benar, maka mereka kerahkan berbagai cara untuk membungkam kebenaran.
 
 

"Dunia perlu tahu bahwa di atas bumi ini ada yang namanya negara Palestina, ada yang namanya Masjid al-Aqsha. Dunia juga perlu tahu bagaimana Israel yang selalu bersikap manipulatif, entitas Zionis tidak mau terganggu oleh pemberitaan yang benar, maka mereka kerahkan berbagai cara untuk membungkam kebenaran," ujar dia.

Menurut Bushra, seorang jurnalis mesti terjun menyaksikan langsung suatu peristiwa, mendengarkan, dan bergerak atas nama kejujuran. Maka di tengah keterbatasan akses sumber daya manusia (SDM), dana, hingga ruang gerak, Bushra bertekad untuk tidak akan berhenti melawan media-media Zionis dalam pemberitaan.

photo
Bushra Jamal Al-Thawil - (Dokumen Pribadi)

 

PROFIL

Nama lengkap : Bushra Jamal al-Thawil

Tempat, tanggal lahir : Al-Quds, 25 April 1993

Pekerjaan : Wartawan lepas dan telah bergelut di bidang ini selama 8 tahun

Pendidikan : Lulusan Studi Jurnalisme dan Media di Modern University College Ramallah

Riwayat aktivitas : Founder Aneen Al-Qaid Network, seorang hafidzah

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat