Anak berlajar mengaji di salah satu Taman Pendidikan Al-Quran di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu (4/11). | Republika/Thoudy Badai

Opini

Pesona Peradaban Islam

Saat justru Eropa dan Amerika tercerahkan oleh pesona peradaban Islam.

NASHIRUL HAQ, Ketua Umum DPP Hidayatullah

Memperhatikan perkembangan dan dinamika Islam di Tanah Air juga di berbagai negara, terutama Amerika dan Eropa, secara spesifik yang belakangan trending, Prancis, Islam tampaknya sedang memasuki fase baru kebangkitan.

Hal itu dapat diperhatikan dari berbagai sisi. Pertama, gelombang masyarakat Eropa dan Amerika yang terus “berduyun-duyun” menjadi mualaf. Bahkan di Prancis, Islam menjadi agama terbesar kedua.  

Analisis Officer for National Statistics (ONS) menyebutkan, umat Islam di Inggris pada 2019 mencapai tiga juta jiwa. Bahkan, dilansir The Sun, beberapa wilayah di London, hampir 50 persen penduduknya beragama Islam.

Jika ditambah umat Islam di Skotlandia dan Wales, total umat Islam 3.363.210 jiwa.  Menyimak dinamika Islam di Eropa, bukan tidak mungkin angka itu terus bertambah dan mengubah demografi negara-negara Eropa, termasuk Inggris.

 
Ketika masyarakat yang cerdas semakin penasaran dan menggali Islam secara mendalam tanpa pretensi tertentu, ia melihat Islam sebagai solusi bagi kehidupan umat manusia.
 
 

 

Kedua, Islam sebagai jalan hidup semakin populis diberitakan dan dikonsumsi sebagai informasi paling hangat, menjadikan masyarakat Eropa dan Amerika, mencerna berbagai persoalan secara objektif dan rasional.

Ketika masyarakat yang cerdas semakin penasaran dan menggali Islam secara mendalam tanpa pretensi tertentu, ia melihat Islam sebagai solusi bagi kehidupan umat manusia.

Tak heran jika wanita seperti Silvia Constanza Romano saat membaca Alquran dengan hati jernih, kala berada dalam “tahanan” kelompok Kenya, justru tersentuh hidayah dan bersyahadat. Kehadirannya kembali ke Italia disambut gegap gempita oleh beragam kalangan.

Namun, siapa nyana, wanita yang ditunggu-tunggu itu telah menjadi Muslimah dengan nama Silvia Aisha. Ketiga, di tingkat nasional, ulama sempat menjadi sorotan, ulasan, dan kajian banyak pihak, terutama pemerintah dan penegak hukum.

Terlepas dari isu yang beredar, sorotan terhadap ulama secara tak langsung membuat umat Islam kian sadar, para pewaris nabi itu lentera hidup yang harus diikuti dan diteladan. Pada saat yang sama, umat lain mulai menyadari ulama bagian penting dari umat Islam.

Keempat, Islam sebagai ajaran sangat menghormati posisi akal dan kecerdasan manusia. Tidak ada ajaran dalam Islam yang tidak bisa dicerna, digali, dan dijabarkan sistem penjelasnya secara rasional bahkan suprarasional.

 
Islam akan dipandang penting diterapkan dalam sistem kehidupan dunia guna menjawab segala bentuk krisis dan konflik kepentingan negara-negara adidaya.
 
 

 

Karena itu, semakin seseorang mengoptimalkan akal pikirannya, semakin terang dan tenang hatinya. Karena sifat akal dan hati cenderung sangat ingin mengetahui, mengakui, dan hidup dalam kebenaran.

Mengapa orang yang sekian lama menjadi pegiat ajaran agama tertentu, ketika semakin hari semakin penasaran terhadap ajaran Islam, lantas ia berpikir, merenung, dan terus mencari tahu pada akhirnya, tercerahkan dan bersyahadat?

Seperti yang terjadi pada banyak mualaf dari kalangan intelektual dan saintis dari peradaban Barat. Sekadar menyebut nama, ada Julius Germanus yang berubah nama menjadi Abdul Karim Germanus dan Abu Bakr Siraj Ad-Din, yang sebelumnya bernama Martin Lings.

Keempat fakta di atas menunjukkan, Islam sedang menebar pesonanya. Islam akan dipandang penting diterapkan dalam sistem kehidupan dunia guna menjawab segala bentuk krisis dan konflik kepentingan negara-negara adidaya.

Islam akan dipandang dan sangat mungkin dalam beberapa dekade ke depan, diterima sebagian besar penduduk bumi dan menjadi peradaban baru yang akan menjadikan peradaban Islam benar-benar bangkit dan memesona dengan begitu indahnya.

Namun, satu tantangan yang penting dijawab kaum Muslimin di Tanah Air, bagaimana potensi umat betul-betul didayagunakan dalam upaya konkret mewujudkan umat Islam yang terbaik, adil, dan menjadi saksi bagi segenap umat manusia.

 
Penutup pesona peradaban Islam tak lain pola pikir, perilaku, dan orientasi hidup umat yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam.
 
 

Tidak ada pilihan lain, kecuali dengan membina silaturahim, mewujudkan sinergi, dan lebih jauh membangun barisan yang rapat dan solid, seperti bangunan kokoh sehingga umat Islam pantas dan patut mendapat cinta dari Allah SWT.

Tanpa kesadaran dan kesungguhan, di Indonesia umat Islam boleh jadi akan stagnan dan tidak dapat berperan strategis dalam menjawab beragam masalah keumatan, kebangsaan, bahkan penduduk dunia.

Dalam hal ini, penting untuk merenungkan yang disampaikan Syekh Muhammad Abduh, "Islam tertutup oleh umat Islamnya sendiri." Penutup pesona peradaban Islam tak lain pola pikir, perilaku, dan orientasi hidup umat yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam.

Misalnya, mudah berpecah belah, suka berdebat, membesar-besarkan perbedaan dalam hal furu’iyah, hingga saling menuduh, saling menstigma. Pada saat yang sama, umat juga melupakan perkara-perkara prinsip (akidah dan persatuan).

Akibatnya, umat Islam tertinggal dalam segala bidang. Walaupun mayoritas secara kuantitas, eksistensi umat ini kehilangan kualitasnya.

Nabi Muhammad menyebutnya laksana buih di lautan, yang tentu itu akan menjadikan umat Islam terus dalam keadaan inferior dan tertinggal, saat justru Eropa dan Amerika tercerahkan oleh pesona peradaban Islam. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat