Pendeta Yeremia Zanambi | Istimewa

Nasional

Polri Belum Percaya Komnas HAM

Komnas HAM menyimpulkan Pendeta Yeremia ditembak oknum TNI.

 

JAKARTA -- Polri menyatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan siapa pelaku penembakkan Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Hal itu menanggapi temuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang menyatakan Yeremia didiksa dan ditembak oleh wakil Danramil Hitadipa, Alpius Hasim Madi.

"Tentunya kita Polri kembali lagi tidak bisa mengomentarin itu, karena apa. Kita masih terlalu dini untuk menyimpulkan itu. Kenapa, untuk autopsi saja belum," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (3/11). 

Kendati demikian, kata Awi, penyidik Polda Papua telah melakukan pemeriksaan terkait kasus meninggalnya pendeta Yeremia. Bahkan, hingga saat ini sudah diperiksa ada sekitar 24 saksi, dan hal juga sudah disampaikan kepada tim gabungan pencari fakta (TGPF) bentukan Kemenkopolhukam. Penyidik Polri juga sudah berkoordinasi dengan kedokteran forensik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

 "Dari RS sendiri sudah menyanggupi, sewaktu-waktu dibutuhkan, siap untuk membantuk pelaksanaan visum maupun autopsi almarhum," kata dia.

Awi mengklaim, dari 24 saksi, tidak ada satu pun yang melihat secara langsung kejadian yang menyebabkan Yeremia terluka dan meninggal enam jam setelahnya. "Saksi seusai KUHAP, yang mendengar, melihat, merasakan kejadian peristiwa pidana itu. Saksi itulah sampai sekarang kita belum dapatkan (keterangan melihat langsung)," tutur Awi.

Bahkan, isteri Yeremia tidak mengetahui persis kejadiannya. Menurut pengakuan isteri korban, suaminya pergi sekitar jam 13.00 WIT.Hingga pukul 18.00 WIB, Yeremia tak kunjung pulang sehingga disusul ke TKP yang berjarak 2 kilometer. Kemudian diketemukanlah Yeremia yang bersimbah darah.

"Jadi saksi yang melihat langsung belum ada, termasuk saksi-saksi yang menolong yang lainnya ya itu. Semua istilahnya, kesaksiannya tidak secara langsung," terang Awi. Hingga saat, lanjut Awi, kepolisian masih terus melakukan penyelidikan.

Pada Senin, tim pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM menyimpulkan, rangkaian peristiwa kekerasan di Hitadipa pada 17-19 September berakhir pada kematian Pendeta Yeremia Zanambani yang diduga akibat penyiksaan dan penembakan oleh oknum anggota TNI pada 19 September.

"Diduga pelaku adalah Alpius sebagaimana pengakuan langsung korban sebelum meninggal dunia kepada dua orang saksi, dan juga pengakuan saksi-saksi lainnya yang melihat Alpius berada di sekitar TKP pada waktu kejadian dan tiga atau empat anggota lainnya," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab menyatakan akan menindak tegas bila ada anggota TNI yang terlibat dalam kasus penembakan yang menewaskan Pendeta Yeremias Zanambani. Menurutnya, saat ini pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan.

"Yang pasti kami akan tindak tegas, oknum pelaku nya," kata Mayjen TNI Asaribab di Jayapura, Selasa. Menurutnya, Kodam XVII Cenderawasih sudah mengirim tim investigasi yang dipimpin Danrem 171/PVB untuk menyelidiki kasus tersebut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat