Petugas menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas Antam, Jakarta (ilustrasi). | Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO

Keluarga

Tetap Investasi Meski Pandemi

Pilih instrumen investasi yang aman untuk pemula.

Selama pandemi Covid-19, simpanan dana dalam bentuk tabungan di bank meningkat. Kondisi perlambatan ekonomi akibat Covid-19 tersebut membuat masyarakat mencari langkah aman. Akibatnya kegiatan investasi melambat. Selain memilih untuk berhati-hati, masih banyak masyarakat belum mengerti instrumen investasi apa saja yang bisa dipilih untuk dilakukan di masa pandemi.

Padahal dalam merespon dampak pandemi di sektor ekonomi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) meliputi upaya pemulihan pada sisi permintaan dan pada sisi penawaran secara simultan. Berbagai program telah dibuat untuk menjaga pergerakan dan ketahanan ekonomi di masyarakat dan mendukung pergerakan angka pertumbuhan ekonomi nasional semakin membaik.

Dengan begitu iklim investasi nasional juga bisa pulih dengan cepat. Selain itu pemerintah juga menerbitkan instrumen investasi. Salah satunya Obligasi Negara Ritel (ORI) yang bisa dipilih masyarakat sesuai jangka waktu yang mereka inginkan. Investasi surat berharga negara ini dapat juga dibeli dengan minimum pembelian yang relatif terjangkau oleh masyarakat. Melalui ORI, masyarakat berinvestasi sekaligus ikut mendanai pembangunan negeri.

Eki Zatnika termasuk yang mulai menginvestasikan uangnya di era pandemi Covid-19. Karyawan swasta di Kota Bandung ini memilih instrumen deposito yang menurutnya lebih aman untuk pemula seperti dia. “Bulan lalu aku mulai investasi di deposito. Enggak banyak, cuma Rp 10 juta untuk jangka waktu satu tahun, ya coba belajar investasi dari yang risiko rendah dulu,” kata dia.

Menurut Eki, akses dan proses deposito lebih mudah dibanding investasi lain. Ia hanya tinggal membuat rekening deposito di bank tempat biasa menabung. “Awalnya ingin seperti teman, coba (berinvestasi) saham. Cuma lihat teman kok tiap hari dibikin dag-dig-dug sama naik-turunnya harga saham. Karena itu aku pilih yang aman-aman aja dulu,” jelas Eki.

Eki menilai bahwa investasi menjadi opsi terbaik dalam mengelola keuangan kala pandemi Covid-19. Asalkan, instrumen investasi yang dipilih sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing individu.

Perencana Keuangan Safir Senduk menyatakan bahwa investasi adalah cara strategis agar tabungan menjadi lebih bermanfaat. Model investasi yang berdasar pada tujuan setidaknya terbagi menjadi dua yaitu jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangka pendek atau menengah misalnya investasi Surat Berharga Negara (SBN) dan deposito.

Meski demikian, instrumen ini bersifat risiko rendah namun menawarkan keuntungan lebih rendah ketimbang investasi risiko tinggi. “Instrumen jenis ini cocok bagi pemula yang ingin mulai berinvestasi di era pandemi Covid-19, karena minim risiko,” kata Safir kepada Republika.

Adapun investasi jangka panjang bisa direalisasikan dengan investasi saham dan reksadana saham. Investor pemula tidak terlalu direkomendasikan memilih investasi ini mengingat risiko yang tinggi, namun jika tetap ingin investasi saham pastikan Anda jeli dalam berinvestasi.

Bagi investor pemula, bisa melihat ranking perusahaan saham dari perusahaan penjual efek. Biasanya mereka memiliki fitur analisis saham yang bisa melihat perkembangan harga saham dan performa perusahaan. “Gali informasi sedalam-dalamnya soal performa perusahaan yang kita pertimbangkan untuk investasi. Jangan sampai pengetahuan kita minim karena ini investasinya jangka panjang,” kata dia.

 

photo
Investasi (ilustrasi) - (Freepik)

 

Terbuka Peluang Baru

Perencana keuangan sekaligus pendiri firma perencanaan keuangan Halofina, Eko Priyo Pratomo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 merupakan peluang baru untuk memulai investasi. Ada banyak instrumen yang bisa menjadi pilihan investasi di kala pandemi seperti deposito, saham, emas, obligasi pemerintah, saham dan investasi mata uang asing.

“Bisa juga belajar reksadana. Jenis reksadana banyak sekali. Ada pasar uang, pendapatan tetap,  campuran, dan reksadana saham. Menurut saya ini bisa dilakukan orang kebanyakan,” kata Eko Priyo dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (20/10).

Namun, sebelum mulai berinvestasi, kita perlu menentukan dahulu tujuannya. Dengan memiliki tujuan tersebut, masyarakat bisa mengukur dan merencanakan investasi secara berkala. Tanpa adanya tujuan berinvestasi, sulit untuk menjaga motivasi untuk disiplin menyisihkan sebagian penghasilan bulanan tersebut. Bahkan bagi mereka yang terdampak oleh pengurangan penghasilan maupun PHK, masih bisa mencari ide tambahan penghasilan untuk melakukan investasi, tentunya setelah memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu.

“Dalam kondisi apa pun, kita harus tetap tenang. Karena saat kita tetap tenang dan tidak panik, maka kita akan lebih jernih berpikir. Kita juga percaya kalau kita mau berupaya pasti ada jalannya. Bagi yang beruntung masih memiliki pekerjaan, mari mencoba hidup minimalis dan usahakan untuk tetap berinvestasi. Banyak instrumen yang sudah dikeluarkan pemerintah, kita masih punya kesempatan untuk berinvestasi kalau kita mampu untuk hidup minimalis,” kata Eko Priyo.

Bagi masyarakat yang belum memiliki aset yang cukup untuk melakukan investasi, dalam kondisi seperti ini perlu untuk menyiapkan dana darurat. Bisa berasal dari aset tabungan atau dari metode disiplin  mengalokasikan anggaran 20 persen dari pemasukan bulanan.

“Golongan yang paling perlu berinvestasi justru adalah mereka yang belum memiliki aset tetapi punya kebutuhan masa depan. Berinvestasi itu bisa dipotong dari tabungan rutin tersebut. Misalnya untuk dana tabungan anak. Kita bisa berinvestasi mulai saat ini dengan memperhitungkan nilai inflasi empat persen per tahun,” kata dia.

photo
Investasi (ilustrasi) - (Pixabay)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat